Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Gejala Bipolar pada Perempuan yang Perlu Diwaspadai

ilustrasi perempuan dengan gangguan bipolar (pexels.com/SHVETS production)
Intinya sih...
  • Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati ekstrem, sulit mempertahankan rutinitas, hubungan, dan pekerjaan.
  • Gejala gangguan bipolar pada perempuan terkadang muncul secara berbeda dibandingkan dengan laki-laki.
  • Euforia, gangguan tidur, perilaku impulsif, mudah marah, dan sulit berkonsultasi dapat menjadi gejala gangguan bipolar pada perempuan yang perlu diwaspadai.

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem. Perubahan ini meliputi emosi yang tinggi, yang juga dikenal sebagai mania atau hipomania; dan emosi yang rendah, yang juga dikenal sebagai depresi. Hipomania tidak terlalu ekstrem dibandingkan dengan mania.

Gangguan bipolar dapat sangat menakutkan bagi orang yang hidup dengannya dan bagi orang-orang yang berada dalam kehidupan mereka.

Gangguan bipolar  dapat menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sehingga bisa sulit untuk mempertahankan rutinitas, hubungan, dan pekerjaan.

Perempuan cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap kondisi yang seringkali menyebabkan gangguan bipolar.

Menurut Global Burden of Disease tahun 2021, secara global, prevalensi gangguan bipolar pada perempuan mencapai 0,47 persen, sedangkan pada laki-laki sekitar 0,44 persen. Selain itu, hampir di semua negara, prevalensi gangguan bipolar pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Gejala gangguan bipolar pada perempuan terkadang muncul secara berbeda dibandingkan dengan laki-laki. Jika kamu adalah seorang perempuan dan merasa mungkin memiliki gangguan bipolar, penting untuk dapat mendeteksinya sedini mungkin. Berikut ini beberapa tanda perempuan mengalami gangguan bipolar.

1. Euforia

ilustrasi perempuan tampak gembira dan bersemangat (freepik.com/freepik)

Euforia merupakan salah satu ciri khas pada gangguan bipolar fase mania.

Euforia adalah perasaan gembira yang luar biasa intens, seolah-olah seseorang berada di puncak dunia dan tidak ada yang bisa menghentikannya. 

Dalam kondisi ini, seseorang mungkin terdorong untuk melakukan hal-hal menyenangkan atau tindakan yang diyakini dapat mempertahankan perasaan tersebut. Berbeda dari suasana hati yang baik, euforia biasanya tidak membawa ketenangan, melainkan energi berlebihan dan semangat menggebu-gebu.

2. Gangguan tidur

ilustasi insomnia (pexels.com/cottonbro studio)

Orang yang mengalami gangguan bipolar fase mania sering kali tidak merasa perlu tidur. Sebaliknya, mereka merasakan energi yang seolah tak terbatas dan mampu terus beraktivitas tanpa henti.

Mereka mungkin mencoba mengajak orang lain yang tidak mengalami untuk ikut serta, hanya untuk menyadari bahwa orang lain tidak memiliki energi yang sama untuk terus beraktivitas tanpa istirahat. Orang dengan gejala ini biasanya ingin terus aktif hingga larut malam.

3. Perilaku impulsif

ilustrasi overspending atau impulsive buying (pexels.com/Borko Manigoda)

Orang yang mengalami fase mania biasanya kesulitan membuat penilaian yang tepat. Mereka cenderung bertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensi dari perbuatannya.

Kesulitan muncul ketika mereka tidak menyadari bagaimana tindakan mereka itu dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari. Akibatnya, orang yang mengalami fase mania sering kali terjebak dalam situasi berisiko, seperti melakukan hubungan seks tanpa kondom, melanggar hukum, atau berada di lingkungan yang tidak aman.

Mereka juga cenderung membuat keputusan keuangan yang buruk, seperti pengeluaran berlebihan, pembelian impulsif, atau kemurahan hati yang berlebihan.

4. Psikosis

ilustrasi psikosis (pexels.com/cottonbro studio)

Psikosis muncul ketika seseorang meyakini hal-hal yang tidak benar atau mengalami halusinasi (melihat, merasakan, atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada). Gejala ini dapat sangat berbahaya.

Orang yang mengalami psikosis sering kali menjadi bingung, marah, atau frustrasi. Seseorang tidak dapat "dibujuk keluar" dari kondisi psikosis, karena bagi mereka, delusi yang dialami terasa sangat nyata dan sepenuhnya sesuai dengan keyakinan mereka.

5. Mudah marah

ilustrasi sedang marah (pexels.com/Liza Summer)

Kemarahan bipolar dapat terjadi selama episode depresi atau mania. Satu studi menunjukkan bahwa kemarahan mungkin merupakan tanda peringatan dini bipolar: Orang yang didiagnosis dengan depresi yang mengalami kemarahan lebih mungkin untuk terus mengembangkan diagnosis bipolar.

Para ahli percaya orang dengan bipolar dapat memiliki amigdala yang terlalu aktif—wilayah otak yang mengendalikan respons "lawan atau lari"—dan korteks prefrontal dorsolateral yang kurang aktif, yang membantu mengatur emosi, sehingga mereka tidak mampu mengendalikan emosi yang meluap.

Kemarahan saat episode gangguan bipolar mungkin sangat menonjol pada masa remaja, saat otak masih berkembang, termasuk area untuk pengendalian impuls. Namun, salah satu kesulitan yang kita lihat pada populasi ini adalah membedakan perilaku umum remaja versus sesuatu yang patologis. Hal-hal seperti pengambilan risiko, oposisi, dan impulsivitas adalah bagian dari perkembangan remaja, yang dapat tumpang tindih dengan gejala gangguan bipolar.

6. Merasa putus asa

ilustrasi putus asa (pexels.com/MART PRODUCTION)

Seseorang yang mengalami fase depresi mungkin merasakan putus asa yang mendalam. Mereka cenderung merasa tidak ada yang dapat dilakukan, baik saat ini maupun di masa depan, sehingga merasa bahwa semua usaha menjadi sia-sia.

Mereka sering kali kesulitan merasakan emosi positif dan tidak dapat terhubung dengan harapan serta tujuan masa depan yang biasanya mereka miliki. Mereka merasa kewalahan oleh semua hal negatif yang dirasakan saat ini.

7. Sulit berkonsentrasi

ilustrasi sulit berkonsentrasi (pexels.com/cottonbro studio)

Gangguan bipolar juga dapat membuat pengidapnya sulit berkonsentrasi. Mereka mungkin tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas dasar sehari-hari tanpa merasa terganggu atau kewalahan. Merangkai pikiran menjadi satu sering kali terasa sangat sulit.

Saat berada pada fase mania, orang dengan bipolar mungkin mendapati pikirannya berpacu dan kesulitan mengendalikan pikiran. Mereka bahkan mungkin berbicara lebih cepat dari biasanya.

Episode depresi juga dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, tetapi pikiran mungkin terasa jauh lebih lambat dari biasanya. Orang dengan bipolar mungkin merasa gelisah dan kesulitan membuat keputusan. Daya ingat mungkin juga rendah.

8. Episode mania campuran

ilustrasi memegang kepala (pexels.com/David Garrison)

Seseorang terkadang mengalami mania campuran, yaitu ketika mengalami siklus cepat antara mania dan depresi, sehingga gejala keduanya muncul hampir bersamaan.

Misalnya, seseorang mungkin merasa sangat berenergi dan euforia pada saat yang sama merasa putus asa dan cemas. Kondisi ini dapat membuat perilaku mereka sangat tidak terduga dan sulit diprediksi, yang dapat menyebabkan tantangan dalam hubungan sosial dan pekerjaan.

Itulah beberapa gejala bipolar pada perempuan yang perlu kamu ketahui. Mengenali gejala-gejala ini adalah langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang tepat. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala ini, jangan ragu untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental, ya!

Penulis: Fadila Rosyada Hariri

Referensi

Healthline. Diakses pada Oktober 2024. Bipolar Disorder in Women: Know the Facts. 
Medical News Today. Diakses pada Oktober 2024. Signs and symptoms of bipolar disorder in women, plus treatment options.
SUN Behavioral Houston. Diakses pada Oktober 2024. 9 Bipolar Symptoms in Women.
MyDynamics.
Diakses pada Oktober 2024. Bipolar disorder making you overspend? Why it happens and 10 ways to prevent it.
Mayo Clinic. Diakses pada Oktober 2024. Bipolar Disorder.
Our World in Data. Diakses pada Oktober 2024. Bipolar disorder prevalence, males vs. females, 2021.
Mesbah, Rahele, Nienke Bles, et al. “Anger and cluster B personality traits and the conversion from unipolar depression to bipolar disorder.” Depression and Anxiety 38, no. 6 (January 27, 2021): 671–81.
Health Central. Diakses pada Oktober 2024. Managing Anger in Bipolar Disorder.
Healthline. Diakses pada Oktober 2024. Effects of Bipolar Disorder on the Body.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sierra Citra
Nurulia R F
Sierra Citra
EditorSierra Citra
Follow Us