6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanja

Benarkah sekadar hobi atau ada indikasi masalah mental?

Dalam budaya populer, citra berbelanja kompulsif cenderung melekat pada diri kaum hawa. Perempuan seolah memiliki mekanisme tersendiri untuk menyukai keindahan suatu produk, seperti tas, sepatu, pakaian, perhiasan, dan lainnya. Oleh karenanya, mereka dapat mengembangkan keinginan untuk membeli dan memiliki sesuatu yang menarik perhatian.

Popularitas berbelanja tampaknya makin digaungkan, salah satunya lewat novel (yang kemudian dijadikan film) Confessions of a Shopaholic. Hal menarik untuk ditelisik di sini adalah topik yang berkaitan dengan kebiasaan belanja atau shopaholic.

Istilah shopaholic kadang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kecanduan belanja atau oniomania. Kendati demikian, shopaholic sering dianggap sebagai kondisi kecanduan yang dapat diterima secara sosial. Namun, apakah benar jika shopaholic hanya sebatas hobi? Atau justru tanda adanya gangguan mental? Berikut ini fakta menariknya.

1. Approval seeking

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Ron Lach )

Individu yang mengembangkan kecanduan berbelanja atau shopaholic cenderung memiliki kebutuhan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Kecenderungan tersebut akan berubah menjadi pola berulang untuk melakukan kebiasaan berbelanja kompulsif.

Saat berbelanja, seorang shopaholic bisa merasa bahagia karena mendapat pujian. Itu mengapa banyak di antara mereka mengembangkan sifat yang menyenangkan dan baik hati. Di samping itu, mereka memiliki tendensi untuk mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain.

2. Mengembangkan harga diri rendah

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berbelanja merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan harga diri, apalagi jika objek yang dibeli telah dikaitkan dengan produk mewah yang didamba banyak orang, misalnya tas desainer ternama atau barang limited edition. Namun, harga diri rendah bisa menjadi karakteristik umum dari kepribadian seorang shopaholic. Pasalnya, ini telah dikaitkan dengan konsekuensi kecanduan belanja, terutama karena terlilit utang. Pernyataan ini didukung oleh studi dalam Frontiers in Psychiatry tahun 2017.

Fakta lainnya ialah bahwa belanja berlebihan sering kali dijadikan pelampiasan untuk mengatasi emosi negatif. Emosi negatif biasanya berkaitan dengan stres, sedih, bosan, takut, atau marah. Tidak jarang pula para shopaholic merasa lebih baik setelah berbelanja.

Baca Juga: 7 Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan, Bahaya Banget!

3. Mengalami masalah terkait emosional

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Gustavo Fring)

Studi dalam Journal of Addictive Diseases tahun 2016 melaporkan bahwa kecanduan belanja telah dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, yakni kecemasan dan depresi. Meskipun terkadang para shopaholic menjadikan aktivitas belanja untuk menghalau rasa cemas atau depresi, tetapi efeknya ini tidak berlangsung lama.

Menimbang permasalahan yang didera karena kecanduan berbelanja, maka ada baiknya individu yang terdampak mengambil jalur intervensi yang lebih sehat. Ini dapat melibatkan kegiatan terapi psikologis sesuai anjuran ahli. Perawatan berbasis medis lebih berdampak positif terhadap masalah mental terkait kecemasan dan depresi ketimbang mempraktikkan pembelian kompulsif.

4. Kontrol impuls tidak stabil

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam ranah psikologi, impuls merupakan bagian dari keinginan untuk melakukan suatu perbuatan. Kebanyakan orang (terlebih orang dewasa) mengklaim bahwa diri mereka pandai mengontrol impulsnya. Namun, studi dalam Psychiatry Research tahun 2015 menunjukkan bahwa sisi lain shopaholic adalah ketidakmampuan meredam keinginan untuk membeli barang secara berlebihan.

Penting untuk dipahami bahwa berbelanja secara berlebihan terkadang bisa menjadi jebakan untuk mendapatkan kontrol impuls secara ilusi. Misalnya, pada kasus memborong barang-barang yang harganya sedang diskon atau murah. Kegiatan demikian menjadikan seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

5. Tidak jarang terjebak dalam fantasi

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Gustavo Fring)

Kemampuan "berfantasi" tampaknya lebih besar kemungkinannya menyerang individu dengan shopaholic. Fantasi dalam ranah ini melibatkan:

  • Anggapan bahwa belanja banyak adalah kegiatan yang menyenangkan ditambah melakukan aktivitas lain, misalnya memamerkannya di media sosial.
  • Seolah dapat membayangkan semua konsekuensi positif dari membeli barang-barang yang diinginkan.
  • Menikmati permainan dalam "dunianya" sebagai bentuk pelarian dari kenyataan hidup yang keras.

6. Materialistis

6 Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanjailustrasi shopaholic (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Penelitian menunjukkan bahwa para shopaholic lebih materialistis daripada konsumen pada umumnya. Akan tetapi, terdapat kompleksitas dalam ranah kecintaan terhadap harta benda. Secara mengejutkan, mereka sebenarnya tidak tertarik memiliki sesuatu dan kurang terdorong memperoleh harta benda. Inilah mengapa individu dengan shopaholic sering membeli hal-hal yang tidak digunakan atau dibutuhkan.

Shopaholic yang sampai memengaruhi aspek kehidupan sebaiknya diatasi dengan strategi perawatan yang melibatkan tenaga profesional. Ini karena kecanduan berbelanja bukanlah perilaku wajar. Selain itu, dampak potensial yang sifatnya destruktif juga mengintai para shopaholic apabila tidak dapat mengontrol diri dengan bijak.

Pada dasarnya, memiliki hobi berbelanja adalah hak setiap orang. Namun, esensi yang perlu diperhatikan adalah menerapkan prinsip hidup sebagaimana mestinya. Terkadang, seseorang lupa diri dan tidak hidup sesuai dengan kemampuan finansialnya. Maka dari itu, yuk, lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Baca Juga: Super Workaholic, Ini 8 Hal yang Terjadi Jika Kamu Bekerja Berlebihan

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya