Studi: Infeksi COVID-19 Bisa Memengaruhi Fungsi Seksual Perempuan

Infeksi COVID-19 telah terbukti memberikan efek yang bermacam-macam bagi kesehatan, mulai dari indra perasa hingga fungsi kognitif.
Penelitian baru menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 dan long COVID meningkatkan kemungkinan perempuan mengalami masalah fungsi seksual. Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine pada Desember 2023.
Perempuan yang belum pernah menderita COVID-19 ditemukan memiliki hasrat, gairah, dan kepuasan seksual yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang pernah terkena COVID-19 atau long COVID.
1. Melibatkan sekitar 1.300 peserta

Penelitian ini melibatkan sekitar 1.300 peserta. Ini meliputi 645 perempuan yang belum pernah terkena COVID-19, 498 perempuan yang pernah terinfeksi COVID-19, dan 170 perempuan pernah menderita long COVID-19.
Fungsi seksual diukur dengan Female Sexual Function Index (FSFI). Ini merupakan sebuah kuesioner yang terdiri dari 19 pertanyaan yang terbagi dalam enam kategori, yaitu hasrat, gairah, pelumasan, orgasme, kepuasan, dan nyeri saat berhubungan seksual.
Setiap pertanyaan diberi skor pada skala Likert, mulai dari 0 hingga 6. Skor tersebut dapat berkisar dari 2 hingga 36. Berdasarkan penelitian sebelumnya, skor di bawah 26,55 mengindikasikan kemungkinan disfungsi seksual, menurut peneliti.
Untuk kasus long COVID, para peneliti bertanya kepada peserta apakah mereka sedang atau pernah menderita kondisi tersebut, berdasarkan diagnosis dokter. Peneliti kemudian menggunakan Skala Depresi, Kecemasan, dan Stres untuk mengukur gejala-gejala tersebut.
2. COVID-19 secara bertahap memberikan dampak negatif pada kesejahteraan seksual

Peneliti menemukan bahwa COVID-19 secara bertahap memberikan dampak negatif pada kesejahteraan seksual. Artinya, perempuan yang belum pernah tertular virus corona akan memiliki fungsi seksual yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan yang pernah terkena infeksi COVID-19.
Lebih lanjut, perempuan yang pernah mengidap virus tersebut akan memiliki fungsi seksual yang lebih baik dibandingkan perempuan dengan long COVID.
Walaupun begitu, para peneliti tidak melihat perbedaan dalam disfungsi seksual secara keseluruhan antara perempuan yang tidak pernah terkena COVID-19 dan perempuan yang pernah mengidap COVID-19.
"Kedua kelompok memiliki skor FSFI yang berada dalam kisaran yang umumnya dikaitkan dengan fungsi atau kesejahteraan seksual yang sehat. Perbedaan muncul antara perempuan yang terinfeksi COVID-19 dan perempuan yang mengalami long COVID," ungkap Amelia M. Stanton, PhD, salah satu penulis penelitian tersebut.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut

Para peneliti berharap dapat melihat hubungan antara depresi atau kecemasan dan disfungsi seksual. Namun, analisis mereka tidak menemukan hubungan apa pun.
Menurut para peneliti, temuan ini merupakan langkah awal yang berguna dalam mengonfirmasi hubungan antara COVID-19 dan gangguan fungsi seksual.
Lebih lanjut, tim peneliti menyatakan bahwa diperlukan analisis lebih dalam, khususnya pada data yang dikumpulkan dalam jangka waktu yang lama. Ini diperlukan untuk mempelajari hubungan COVID-19 dan fungsi seksual secara lebih komprehensif.
Penelitian menemukan bahwa infeksi COVID-19 dan long COVID memiliki dampak terhadap fungsi seksual perempuan. Namun, diperlukan penelitian lebih untuk memahami hubungan antara COVID-19 dan fungsi seksual perempuan.