Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Dulu

Walau tampak bahaya, praktik ini membuka jalan dunia medis

Ruangan serba putih, lampu yang bersinar terang di atas kepala, serta aroma bahan kimia yang sangat kental. Di sekitar, kamu bisa melihat dokter dan suster dengan pakaian serba tertutup. Kira-kira seperti itulah kondisi ruang operasi atau pembedahan.

Bagi mayoritas orang, prosedur bedah memang menakutkan. Tak ada satu pun orang yang berharap dirinya menjalani hal itu. Akan tetapi, sebenarnya pembedahan medis di masa sekarang ini tak semenakutkan prosedur pada zaman dulu, lo!

Berkat kemajuan teknologi, pasien bisa menjalani operasi bedah hampir tanpa rasa sakit. Berbeda dengan apa yang terjadi di zaman dulu. Pembedahan yang seharusnya dilakukan secara rapi dan higienis, zaman dulu kondisinya jauh dari itu.

Metode yang dipakai untuk membedah tubuh manusia pada zaman dulu bisa dibilang sangat tradisional dan berisiko, apalagi belum ada teknologi medis yang bisa diandalkan.

Bahkan, menurut laporan dari Rasmussen University, Amerika Serikat, pembedahan yang dilakukan sebelum 100 tahun lalu tergolong tidak aman.   

Nah, agar lebih memahami apa saja yang dilakukan masyarakat zaman dulu untuk melakukan pembedahan, berikut ini beberapa metode yang pernah dipakai!

1. Operasi otak dengan melubangi tengkorak

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Duluilustrasi trepanasi (wikimedia.org)

Digunakan untuk menghilangkan tumor dan mengobati berbagai penyakit saraf, operasi otak pada zaman modern dapat berjalan dengan cepat dan minim luka.

Bahkan, ada beberapa prosedur yang tidak memerlukan sayatan dan obat bius sama sekali. Lain halnya dengan apa yang dilakukan masyarakat zaman dulu.

Tanpa adanya alat yang canggih dan pengobatan yang mumpuni, manusia dari Zaman Neolitikum mengenal prosedur yang disebut trepanasi. Dilansir LiveScience, mereka melakukannya untuk mengatasi cedera kepala, rasa sakit, serta dipercaya mampu mengeluarkan roh jahat dari tubuh.

Trepanasi dilakukan dengan cara melubangi tengkorak dengan alat yang menyerupai bor. Setelahnya, orang yang melakukan prosedur ini akan mengambil jaringan yang tidak normal di otak. Akan tetapi, praktik ini terbukti sangat.

Menurut sebuah laporan, para ilmuwan menemukan sekitar 1.500 tengkorak yang berlubang karena trepanasi di area situs yang sama. Mayoritas dari mereka ternyata sehat-sehat saja dan tidak membutuhkan operasi otak (Surgical Neurology International, 2015).

Ini artinya, trepanasi dilakukan tanpa indikasi yang tepat dan justru membuat orang yang menjalaninya cedera hingga bahkan mati setelahnya.

2. Operasi cabut gigi dan amputasi dilakukan oleh tukang cukur

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Duluilustrasi barber surgeon (wikimedia.org)

Pada Zaman Pertengahan di Eropa, tukang cukur memiliki peran lebih besar daripada yang kamu kira. Bukan hanya memotong rambut, mereka juga dikenal "mampu" melakukan operasi cabut gigi, amputasi, dan berbagai praktik medis lainnya. Itulah kenapa mereka disebut sebagai barber surgeon.

Dilansir Barber Surgeons Guild, alasan kenapa praktik tersebut dilakukan oleh tukang cukur adalah mereka dianggap lihai dalam menggunakan benda-benda tajam. 

Terlebih lagi, pada saat itu, masyarakat setempat kekurangan orang yang bisa melakukan praktik medis.

Umumnya, pasien mereka adalah tentara-tentara yang cedera setelah pulang dari peperangan. 

Pada masa itu, jangan kaget jika melihat barber shop yang dihiasi dengan gigi-gigi manusia tergantung di jendelanya. Itu adalah bukti dari praktik tersebut. Hal ini pula yang mendasari kenapa barber shop menggunakan tiang warna merah, putih, dan biru sebagai lambangnya.

Merah adalah simbol dari darah, putih adalah perban, sedangkan biru adalah lambang patriotisme terhadap negara. 

3. Operasi caesar di atas meja makan

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Duluilustrasi operasi caesar zaman dulu (Dok. US National Library of Medicine)

Dulu, operasi caesar umumnya hanya dilakukan untuk menyelamatkan bayi ketika ibu yang mengandungnya sudah mati atau sekarat. Jadi, ketika operasi caesar dijalankan, ini berarti sang ibu tidak akan bertahan hidup.

Dilansir US National Library of Medicine, praktik operasi caesar pertama yang berhasil menyelamatkan ibu dan bayinya dilakukan pada tahun 1500-an di Swiss. Kala itu, seorang laki-laki bernama Jacob Nufer mengoperasi istrinya sendiri yang menderita karena tak bisa melahirkan secara normal. 

Meskipun tak banyak bukti untuk praktik tersebut, para ahli meyakini bahwa Nufer menggunakan peralatan seadanya karena ia tinggal di area yang cukup terpencil.

Perempuan zaman dahulu yang menjalani operasi caesar umumnya akan ditidurkan di meja makan dan dibedah dengan pisau yang tersedia.

Masalah higienitas juga tidak menjadi prioritas. Itulah kenapa prosedur ini memiliki risiko yang sangat tinggi, mengingat tubuh perempuan hamil sangat rentan terhadap penyakit atau infeksi.

Baca Juga: Mengenal Mastopexy (Breast Lift), Operasi Pengencang Payudara

4. Operasi katarak pertama dilakukan oleh masyarakat Mesir Kuno

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Duluilustrasi operasi katarak Mesir Kuno (mivision.com.au)

Katarak adalah kondisi ketika mata tertutupi oleh selaput protein, sehingga penglihatan menjadi buram.

Jika ditelusuri ke belakang, prosedur ini pertama kali dilakukan oleh masyarakat Mesir Kuno sekitar tahun 2630 SM. Tak heran, mereka memang dikenal memiliki pengetahuan dan teknologi medis yang cukup canggih pada masanya. 

Disebut sebagai couching, operasi katarak zaman kuno ini dilakukan dengan cara menjauhkan lensa katarak dari pupil dan membiarkannya menempati rongga di belakang mata.

Dilansir The Eye Clinic Surgery Center, berdasarkan temuan di makam kuno, masyarakat setempat diperkirakan menggunakan jarum tembaga untuk melaksanakan operasi mata ini. 

Walaupun begitu, couching tidak bisa membuat pandangan menjadi terang sepenuhnya. Sebab, lapisan protein hanya dipindahkan, bukan diangkat. Sebagai tambahan, tak sembarang "dokter" pada zaman itu bisa melakukan tindakan ini. Sebab, jika pasien menjadi buta, tangan orang yang mengoperasi akan dipotong.

5. Operasi plastik kuno di India

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman DuluPatung Sushruta Samhita. (wikimedia.org)

Saat ini, negara yang terkenal akan praktik operasi plastiknya adalah Korea Selatan. Namun, ternyata pembedahan estetika tersebut sebenarnya berasal dari negara di Asia Barat, yaitu India. Masyarakat setempat diperkirakan telah melakukannya sejak tahun 500 SM.

Sebuah literatur menuliskan bahwa orang di balik praktik tersebut adalah Sushruta Samhita yang dikenal sebagai "bapak pembedahan" di India (Journal of Postgraduate Medicine, 2002).

Dalam bukunya, ia mendeskripsikan cara untuk melakukan bedah plastik, khususnya pada hidung, seperti berikut ini:

  1. Mengukur hidung dengan daun tumbuhan menjalar.
  2. Dengan ukuran yang sama, memotong daging dari area pipi.
  3. Menyayat hidung yang ingin direformasi dengan pisau, menempelkan daging dari pipi dengan cepat di sana.
  4. Memasukkan pipa kecil ke lubang hidung untuk memudahkan pernapasan dan mencegah daging menggantung ke bawah.
  5. Area yang menempel harus ditaburi bubuk tiga tanaman, yaitu Pattanga, Yashtimadhukam, dan Rasanjana. Selimuti hidung dengan kapas dan oleskan minyak wijen murni beberapa kali.
  6. Ketika masa penyembuhan selesai dan daging telah menyatu, buang kulit yang berlebih.

Pada masa itu, pembedahan plastik untuk hidung sangat populer di India. Alasannya mengejutkan. Ternyata, pada zaman tersebut diberlakukan hukuman potong hidung untuk orang yang mencuri dan melakukan pelacuran. Itulah kenapa operasi plastik ini dibutuhkan.

6. Pemasangan pen pada tulang yang patah

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman DuluMumi Usermontu di museum. (ancient-origins.net)

Ketika mengalami patah tulang, dokter sering kali menyarankan pasien untuk memasang pen. Tujuannya adalah untuk mengembalikan tulang yang patah ke posisi semula dan mencegahnya agar tidak bergeser. 

Ternyata, praktik ini lebih tua daripada yang kamu bayangkan. Diperkirakan, masyarakat Mesir Kunolah yang mengawalinya. Dilansir Ancient Origins, sebuah mumi bernama Usermontu yang diperkirakan hidup pada abad ke-11 hingga 16 SM adalah buktinya. 

Ketika ilmuwan melakukan sinar-X pada mumi tersebut, mereka menemukan pen di lutut sebelah kirinya. Awalnya, mereka mengira pen itu dimasukkan oleh orang-orang yang menemukannya. Namun, ternyata tidak.

Setelah diteliti kembali, pen tersebut terbuat dari resin dan diperkirakan berasal dari pembedahan tulang yang dilakukan 2.600 tahun lalu. 

Uniknya lagi, pen tersebut ternyata dimasukkan setelah orang yang menjadi mumi itu meninggal dunia. Kenapa demikian? Masyarakat Mesir Kuno percaya akan kehidupan setelah mati. Kemungkinan besar, keluarga mumi tersebut ingin dirinya bisa berjalan dengan lebih baik di kehidupan selanjutnya. 

7. Pengobatan yang mendukung pembedahan yang ditemukan masyarakat peradaban kuno

Awal Dunia Medis, Ini 7 Cara Pembedahan Orang Zaman Duluilustrasi pengobatan oleh masyarakat Yunani Kuno (wikimedia.org)

Praktik pembedahan yang disebutkan di atas tentunya dilakukan tanpa obat bius atau anestesi. Sebab, teknologi tersebut baru ditemukan pada tahun 1846.

Begitu pula dengan obat-obatan pereda nyeri dan pencegah infeksi yang ditemukan setelah dunia medis menjadi lebih modern. 

Alih-alih, masyarakat dari peradaban kuno menggunakan berbagai tumbuhan dan bahan-bahan seadanya sebagai pengobatan untuk menunjang operasi. Beberapa di antaranya adalah:

  • Cuka: Masyarakat Zaman Neolitikum menggunakannya untuk mencegah infeksi setelah pembedahan.
  • Madu: Masyarakat Mesir Kuno mengoleskan madu di atas luka bekas pembedahan dan luka lainnya agar tidak infeksi. Hal ini adalah langkah yang tepat mengingat madu adalah sumber antiseptik alami.
  • Kulit pohon willow: Bekerja seperti antiseptik dan aspirin, kulit pohon willow juga digunakan untuk menyelimuti luka bekas operasi oleh masyarakat Mesir Kuno dan sejumlah peradaban lainnya.
  • Wine: Penggunaan wine untuk luka adalah praktik yang biasa dilakukan bangsa Yunani dan Romawi Kuno. Dilansir British Medical Journal, wine bisa bekerja seperti disinfektan dan mencegah infeksi.

Jika kamu melihat daftar ini, tak ada satu pun bahan herbal yang menjadi pengganti obat bius. Jadi, praktik pembedahan di zaman kuno bisa dipastikan sangat menyakitkan. 

Walaupun terkesan seram, menyakitkan, dan tidak steril, tetapi praktik-praktik di atas adalah pembuka jalan bagi berkembangnya ilmu medis. Berkatnya, para ilmuwan mendapatkan banyak inspirasi untuk mengembangkan prosedur bedah. 

Baca Juga: Operasi Katarak: Persiapan, Prosedur, Risiko

Topik:

  • Izza Namira
  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya