11 Jenis Obat Doping Ilegal dalam Olahraga, Apa Saja?

Obat doping atau doping drug adalah zat terlarang yang dikonsumsi oleh atlet untuk meningkatkan performa mereka. Peraturan anti doping telah diterapkan di berbagai kompetisi besar, termasuk FIFA World Cup Qatar 2022™.
Obat doping bersifat ilegal atau dilarang karena dianggap tidak adil dan mengganggu sportivitas permainan. Tidak hanya itu, doping juga dilarang karena dapat mengganggu kesehatan para atlet. Berikut beberapa jenis doping yang dilarang dalam olahraga.
1. Steroid anabolik sintetis
Steroid anabolik adalah kelas obat yang populer digunakan di mana massa otot dan kekuatan menjadi aspek yang dinilai. Meskipun testosteron alami dapat digambarkan sebagai agen anabolik, tetapi berbagai versi sintetis steroid telah dipopulerkan oleh binaragawan.
Walaupun ini termasuk doping, tetapi penelitian oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA) menyebutkann bahwa penggunaan steroid lebih umum pada kalangan laki-laki non atlet berumur 20-an atau 30-an.
Selain itu, orang dengan rasa percaya diri rendah, peningkatan gejala depresi, dan pengetahuan kesehatan yang buruk lebih mungkin terlibat dalam penggunaan steroid.
2. Testosteron dan hormon sejenis

Testosteron adalah hormon alami yang ditemukan pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki kadar testosteron yang jauh lebih tinggi daripada perempuan. Menurut penelitian dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, meningkatkan testosteron tubuh memberikan efek anabolik.
Efek ini akan meningkatkan pertumbuhan umum pada jaringan tubuh, termasuk pertumbuhan pada massa otot.
Rentang referensi laboratorium mengategorikan kadar testosteron normal pada laki-laki adalah 280 ng/dL hingga 1.100 ng/dL, sedangkan kisaran normal untuk perempuan adalah 15 ng/dL hingga 70 ng/dL.
3. EPO
Erythropoietin, atau EPO, adalah hormon yang meningkatkan produksi sel darah merah (RBC). Meningkatnya RBC akan meningkatkan ketersediaan oksigen dalam darah. Alhasil, peningkatan oksigen akan meningkatkan kinerja tubuh, terutama dalam olahraga ketahanan seperti maraton, triatlon, dan balap siklus daya tahan.
Doping EPO umumnya digunakan oleh para atelt dengan cara disuntikkan ke dalam tubuh. Dengan doping ini, penggunanya akan mendapatkan tenaga yang banyak sepanjang kompetisi.
4. Hormon pertumbuhan manusia (HGH)

Hormon pertumbuhan manusia (HGH) telah digunakan sebagai obat tambahan selama bertahun-tahun oleh binaragawan. Baru-baru ini, HGH digunakan oleh para pelari atletik. Sama seperti doping lainnya, hormon ini digunakan untuk meningkatkan performa.
Penguji akan melihat berbagai obat yang merangsang produksi hormon pertumbuhan dalam tubuh.
Menurut World Anti-Doping Agency (WADA), beberapa beberapa aspek yang dilihat dari pengujian tersebut termasuk faktor pertumbuhan fibroblast (FGFs), faktor pertumbuhan hepatosit (HGF), faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1), dan faktor pertumbuhan yang diturunkan dari trombosit (PDGF).
5. Beta-blocker
Penghambat beta atau beta-blocker adalah kelas obat yang secara tradisional digunakan dalam pengobatan penyakit jantung dan tekanan darah. Obat ini akan memperlambat detak jantung secara signifikan.
Obat doping ini umumnya digunakan dalam olahraga akurasi, seperti pemanah, penembak, dan pemain biliar. Penggunaan beta-blocker akan menstabilkan tembakan mereka.
Menurut peraturan WADA, dalam memanah dan menembak, beta-blocker dilarang setiap saat. Dalam olahraga lain, seperti biliar, dart, dan golf, beta-blocker hanya dilarang selama kompetisi.
6. Amfetamin dan stimulan lainnya

Berbagai bentuk stimulan, seperti berbagai jenis amfetamin, telah digunakan dalam berbagai olahraga mulai dari sepak bola hingga bersepeda, dan angkat besi hingga lari cepat. Agen kimia dan obat ini bekerja dengan merangsang sistem saraf, meningkatkan waktu reaksi atlet, menurut laporan dalam British Journal of Sports Medicine tahun 2006.
Beberapa obat yang diresepkan juga merupakan stimulan, seperti untuk attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Seorang atlet yang menggunakan stimulan jenis ini harus mengajukan permohonan Therapeutic Use Exemption (TUE) agar dapat bertanding.
7. Doping darah
Doping darah adalah praktik mengambil dan menyimpan darah sendiri, memungkinkan tubuh untuk mengisi kembali suplai darahnya. Darah kemudian ditambahkan kembali ke aliran darah untuk meningkatkan kapasitas pembawa oksigen, seperti halnya doping EPO, seperti dijelaskan dalam laman Verywell Health.
8. Diuretik dan agen masing lainnya

Steroid dan obat lain pasti meninggalkan jejak yang dapat ditemukan saat pemeriksaan. Salah satu cara untuk menghindari ini adalah dengan menggunakan agen lain yang meningkatkan produksi urine, dengan harapan dapat membuang sisa-sisa penggunaan obat terlarang. Di sinilah diuretik dan agen masking berperan.
Namun, penguji bijaksana untuk pendekatan ini dan mencari agen masking serta zat terlarang. Jadi, tidak ada cara untuk lolos dari deteksi kecuali agen masking atau diuretik diekskresikan atau dimetabolisme juga.
9. Pembakar lemak
Beberapa atlet menggunakan obat yang mempromosikan otot dengan mengorbankan lemak. Doping jenis ini bisa sangat canggih, dengan senyawa seperti yang digunakan dalam perawatan penurunan berat badan tradisional yang bertindak sebagai agen peningkat kinerja potensial.
Salah satu contoh obat pembakar lemak yang juga dianggap sebagai bantuan binaraga 2,4-dinitrophenol (DNP). Namun, ini mendapat perhatian dari WADA setelah menyebabkan kematian pada satu orang dan membuat orang lain sakit parah. Sekarang ini ada dalam daftar terlarang WADA.
10. Hormon peptida

Beberapa atlet dapat menggunakan peptida, yang pada dasarnya adalah protein kecil, untuk berbagai target kinerja. Target ini termasuk merangsang produksi hormon pertumbuhan dan meningkatkan pertumbuhan otot.
Mayoritas peptida yang digunakan sebagai obat doping belum disetujui untuk dikonsumsi manusia, menurut laporan dalam Journal of Proteomics tahun 2016. Hal ini menempatkan atlet pada risiko karena tidak ada pemahaman yang jelas tentang bagaimana zat tertentu memengaruhi tubuh.
11. Senyawa lainnya
Kelompok ini mencakup bahan kimia dengan kegunaan yang agak istimewa, mulai dari manipulasi hormonal hingga efek metabolik. Misalnya, laki-laki telah menggunakan obat anti estrogen tamoxifen, yang diresepkan untuk pengobatan kanker payudara, untuk melawan efek estrogenik dari steroid anabolik, berdasarkan laporan dalam Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis tahun 2018.
Dilansir WADA, senyawa terlarang tambahan selama kompetisi meliputi:
- Narkotika (fentanil, morfin, oksikodon).
- Cannabinoid (kecuali cannabidiol).
- Glukokortikoid (kortison, hidrokortison, metilprednisolon).
Itulah jenis-jenis obat doping yang dilarang dalam olahraga. Tidak hanya mengacaukan sportivitas, obat-obatan tersebut juga bisa mengancam kesehatan para atlet karena punya konsekuensi negatif bagi kesehatan individu. Yuk, jaga integritas olahraga dengan cara yang sehat!