Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kerap Dianggap Penyakit Orang Tua, Hipertensi Jadi Ancaman Anak Muda

dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K) dalam press conference The 19th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2025 di Jakarta, pada Jumat (21/02/2025) (IDN Times/Misrohatun)
Intinya sih...
  • Hipertensi dapat terjadi pada usia muda, termasuk saat hamil, yang dapat menyebabkan komplikasi serius.
  • Peningkatan angka hipertensi pada anak disebabkan oleh obesitas, kurang aktivitas, asupan makanan tinggi kalori dan garam, serta faktor lainnya.
  • Hipertensi pada usia muda memengaruhi 1 dari 8 orang dewasa berusia 20 hingga 40 tahun, tetapi sayangnya banyak yang kurang aware terhadap indikasi hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi kerap dianggap sebagai penyakit orang tua. Padahal, diam-diam penyakit ini juga bisa menjadi ancaman bagi usia yang lebih muda karena berbagai faktor yang sebetulnya bisa dicegah.

Hal ini dijelaskan oleh dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K) dalam konferensi pers "The 19th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2025" di Jakarta, pada Jumat (21/02/2025).

Pada ibu hamil

Hipertensi bisa terjadi pada ibu hamil, yang mana sebenarnya kelompok usia mereka masih relatif muda, rata-rata di bawah 30 tahun, bahkan di beberapa daerah ada di kisaran 15 tahun. Selanjutnya, hipertensi saat hamil dapat menyebabkan keguguran atau penyakit pada anak yang dilahirkan.

"Hipertensi pada ibu hamil adalah salah satu komplikasi dari proses kehamilan atau proses persalinan di mana darahnya tinggi. Selain bisa menemukan masalah kematian dari ibu maupun janin, jika survive maka keduanya bisa memiliki risiko hipertensi," ujarnya.

Kondisi ini tidak hanya meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas bagi ibu, tetapi juga menyebabkan komplikasi serius seperti preeklamsia, eklamsia, gangguan pertumbuhan janin, bahkan kematian ibu maupun janin.

Dalam beberapa kasus, hipertensi saat hamil juga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, yang keduanya memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Oleh sebab itu, pencegahan terhadap hipertensi secara dini perlu dilakukan dalam upaya mengendalikan dan menurunkan angka hipertensi di Indonesia.

Dipengaruhi berbagai faktor

ilustrasi cek hipertensi (pixabay.com)

Pada dasarnya, hipertensi pada anak dan remaja merupakan masalah kesehatan yang perlu diperangi karena insidensi, tingkat morbiditas, dan tingkat mortalitasnya makin substansial.

Peningkatan angka kejadian pada kelompok usia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Peningkatan kejadian obesitas.
  • Anak kurang beraktivitas, terlalu banyak bermain gadget.
  • Asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi garam.
  • Konsumsi minuman yang mengandung alkohol dan kafein.
  • Kebiasaan merokok.
  • Stres mental.
  • Kurang tidur.

"Jika sudah terkena hipertensi saat usia muda, maka sampai dewasa mereka akan menjalani hidup dengan pengobatan hipertensi, serta memperbesar risiko penyakit kardiovaskular pada masa dewasa,” imbuh dr. Ario.

Batasan tekanan darah normal pada anak, berbeda-beda untuk setiap kelompok umur, jenis kelamin dan tinggi badan, berbeda dengan dewasa yang menggunakan satu batasan tekanan darah normal.

Idealnya, mulai dari usia 3 tahun, anak bisa mulai menjalani pemeriksaan tekanan darah, setidaknya setahun sekali, seperti halnya pengukuran berat dan tinggi badan yang perlu dilakukan pada setiap anak.

Pada anak-anak dengan riwayat lahir prematur, berat lahir kurang dari 2500 gram, atau riwayat dirawat di ruang perawatan intensif, memerlukan pemeriksaan tekanan darah lebih dini.

Angka kejadian

Lebih lanjut, dr. Ario mengategorikan hipertensi pada anak muda sebagai sillent killer karena merupakan bibit dari penyakit yang lebih berat, bahkan bisa dialami pada usia yang relatif lebih dini.

Kelompok usia tersebut bisa tiba-tiba mengalami stroke, kolaps, hingga perdarahan karena hipertensi yang tidak terdiagnosis.

Hipertensi pada usia muda atau usia produktif memengaruhi 1 dari 8 orang dewasa berusia antara 20 hingga 40 tahun. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tensimeter sebesar 10,7 persen pada kelompok usia 18–24 tahun dan 17,4 persen pada kelompok 25–34 tahun.

Berdasarkan diagnosis dokter, kelompok umur 18–24 memiliki prevalensi hipertensi sebesar 0,4 persen dan kelompok umur 25–34 sebesar 1,8 persen. Kesenjangan antara angka kejadian berdasarkan tensimeter dan diagnosis dokter perlu menjadi perhatian.

"Ini memunculkan dugaan bahwa banyak anak muda yang kurang aware terhadap indikasi dari hipertensi, sehingga tidak melanjutkan pengobatan ke dokter meskipun angka tensimeternya tinggi," dr. Ario mengatakan.

Hipertensi pada usia muda perlu menjadi perhatian khusus, karena hipertensi tidak bisa disembuhkan total, hanya dapat dikontrol. Akan terjadi penurunan kualitas hidup saat dewasa hingga lansia. Namun, jika memang sudah terjadi, hipertensi dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup, mendapatkan pengobatan dari dokter, dan pemantauan rutin oleh dokter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Misrohatun H
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us