Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makin Tua Usia Jadi Ayah, Makin Berisiko Wariskan Penyakit

Ayah menggendong bayinya.
ilustrasi ayah dan bayi (pexels.com/Laura Garcia )
Intinya sih...
  • Penelitian menemukan mutasi DNA pada sperma meningkat seiring penuaan laki-laki, terutama setelah usia 40 tahun.
  • Beberapa mutasi bersifat “egois”, yang artinya memperbanyak diri dalam testis dan dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan serta kanker.
  • Temuan penelitian ini membantu menjelaskan mengapa penuaan pada laki-laki bisa berdampak pada kesehatan anak kelak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami perubahan di hampir setiap sel, termasuk sel sperma. Sebuah penelitian baru dari Wellcome Sanger Institute dan King’s College London menemukan, mutasi DNA dalam sperma dapat menumpuk seiring waktu, berpotensi meningkatkan risiko gangguan genetik pada keturunannya.

Mutasi DNA dapat terjadi secara acak ketika sel bereplikasi, atau akibat paparan stres lingkungan. Sebagian mutasi tidak menimbulkan efek, tetapi sebagian lainnya bisa mengganggu fungsi tubuh, bahkan menyebabkan penyakit serius.

Para peneliti menggunakan teknologi analisis mutasi beresolusi tinggi bernama NanoSeq untuk meneliti sperma dari pria berusia 24–75 tahun. Hasilnya, makin tua usia laki-laki, makin banyak mutasi yang ditemukan dalam sperma mereka.

Ada sperma "egois" yang mengambil alih

Para peneliti juga menemukan hal mengejutkan, bahwa sebagian mutasi bersifat “selfish” alias egois, yang artinya memberikan sel yang membawanya keuntungan pertumbuhan, sehingga mereka bereplikasi lebih cepat atau bertahan lebih lama dibanding sel lain di testis, dan secara bertahap mengambil alih. Namun, efeknya tidak selalu baik. Sayangnya, banyak dari mutasi ini telah dikaitkan dengan gangguan perkembangan dan kanker.

Dalam penelitian terhadap 81 sampel sperma dari 57 laki-laki sehat, ditemukan:

  • Sekitar 2 persen sperma laki-laki usia 30-an membawa mutasi penyebab penyakit.
  • Angka ini naik menjadi 3–5 persen pada laki-laki di atas 43 tahun.
  • Pada laki-laki usia 70 tahun, rata-rata 4,5 persen sperma memiliki mutasi yang berpotensi berbahaya.

Para ilmuwan juga mengidentifikasi 40 gen yang dipengaruhi oleh mutasi egois ini. Temuan ini dianggap sebagai langkah penting untuk memahami kaitan antara perubahan genetik dan risiko penyakit tertentu di masa depan.

Dampaknya pada generasi berikutnya

Ayah dan anak perempuan yang sedang menikmati minuman dan camilan sambil mengobrol.
ilustrasi ayah dan anak perempuan yang sedang mengobrol (freepik.com/freepik)

Walaupun temuan para peneliti ini cukup mengkhawatirkan, tetapi tidak semua mutasi akan diwariskan. Beberapa justru menghambat proses pembuahan atau perkembangan embrio, sehingga tidak sampai diteruskan ke anak kelak.

Akan tetapi, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana penuaan laki-laki berperan dalam pewarisan genetik, terutama karena lingkungan testis ternyata adalah ekosistem yang dinamis. Di sana, mutasi bisa “bersaing” layaknya seleksi alam miniatur, dan terkadang yang menang adalah mutasi yang justru merugikan.

Dikatakan oleh Raheleh Rahbari, salah satu peneliti utama, “Garis keturunan pria adalah lingkungan tempat seleksi alam bisa memihak mutasi berbahaya, dan ini kadang berdampak bagi generasi berikutnya.”

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana penuaan memengaruhi sperma dan potensi risiko bagi keturunan di masa depan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Penyakit Menular Seksual yang Bisa Menyebar Tanpa Kontak Seksual

20 Okt 2025, 22:23 WIBHealth