6 Masalah Kulit Ini Sering Menyerang Pasien Diabetes

Diabetes adalah penyakit kronis yang paling cepat berkembang dan memengaruhi jutaan manusia di dunia. Ini merupakan kumpulan dari berbagai gangguan yang berkaitan dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah.
Diabetes dikaitkan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak karena sekresi insulin yang tidak memadai atau resistansi insulin. Diabetes terdiri dari tiga jenis utama, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
Menurut American Diabetes Association (ADA), masalah kulit sering kali merupakan tanda diabetes pertama yang terlihat. Masalah kulit adalah komplikasi umum dari diabetes tipe 1 dan tipe 2. Menurut laporan dalam jurnal Clinical Diabetes tahun 2015, sebanyak 79 persen orang dengan diabetes akan mengalami kelainan kulit yang berkaitan dengan penyakit tersebut pada suatu saat.
Diabetes bisa memengaruhi saraf dan pembuluh darah di tubuh, termasuk yang ada di kulit. Perubahan pada kulit dapat menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang terjadi di bawah permukaan. Saat diabetes memengaruhi kulit, sering kali itu merupakan tanda bahwa kadar gula terlalu tinggi dari waktu ke waktu.
Beberapa perubahan kulit bisa muncul bahkan sebelum seseorang didiagnosis diabetes. Lainnya bisa menandakan bahwa pengobatan diabetes perlu disesuaikan.
Dirangkum dari berbagai sumber, inilah beberapa masalah kulit yang sering menyerang pasien diabetes.
1. Akantosis nigrikans (AN)

Masalah kulit pertama yang sering menyerang pasien diabetes adalah akantosis nigrikans atau acanthosis nigricans. Akantosis nigrikans ditandai dengan bercak kulit di sekitar leher yang lebih gelap dibanding warna kulit normalnya. Area ini juga dapat muncul di ketiak dan selangkangan, serta terkadang di lutut, tangan, dan siku.
Kulit kemungkinan juga akan lebih tebal dan mempunyai tekstur seperti beludru. Dilansir Verywell Health, akantosis nigrikans merupakan tanda dari resistansi insulin dan terkadang merupakan tanda pertama pradiabetes atau diabetes tipe 2. Akantosis nigrikans pada seseorang yang mengalami obesitas.
Untuk menyamarkan bercak, banyak orang yang menutupinya dengan pakaian atau riasan. Namun, dalam jangka panjang, penurunan berat badan adalah perawatan yang paling efektif untuk mengatasi kondisi ini.
2. Nekrobiosis lipoidika

Nekrobiosis lipoidika mengakibatkan bercak kuning, kemerahan, atau cokelat pada kulit. Kondisi ini biasanya dimulai sebagai benjolan kecil yang terlihat seperti jerawat. Saat makin parah, benjolan berubah menjadi bercak kulit yang bengkak dan keras. Kondisi ini jarang terjadi, tetapi jika berkembang dapat terasa gatal dan nyeri, mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Penyebab nekrobiosis lipoidika tidak sepenuhnya diketahui, tetapi perempuan berisiko lebih tinggi mengalaminya dibanding laki-laki. Kondisi ini biasanya berkembang saat perubahan lemak dan kolagen (protein seperti serat dalam tubuh) terjadi di bawah permukaan kulit.
Tidak ada obat untuk nekrobiosis lipoidika. Pengobatan yang tersedia difokuskan untuk mengendalikan tanda dan gejala. Pada tahap awal, krim steroid topikal bisa membantu mencegahnya makin parah.
3. Lepuh diabetes

Lepuh diabetes atau bullosis diabeticorum merupakan lesi seperti lepuh yang terjadi secara spontan pada kaki dan tangan pasien diabetes. Meski jarang, lepuh diabetes merupakan penanda yang berbeda untuk diabetes.
Lepuh diabetes tidak menyebabkan rasa sakit dan bisa berukuran sekitar 0,5–17 sentimeter (cm). Bentuk lepuh sering kali tidak beraturan. Lepuh diabetes ada dua jenis, yaitu:
- Lepuh intraepidermal: Ini merupakan lepuh berisi cairan kental bening dan steril. Biasanya sembuh secara spontan dalam 2–5 minggu tanpa jaringan parut dan atrofi.
- Lepuh subepidermal: Ini kurang umum dan bisa berisi darah. Lepuh yang sembuh kemungkinan menunjukkan jaringan parut dan atrofi.
Lepuh diabetes lebih sering dialami laki-laki daripada perempuan. Kondisi ini biasa terjadi pada usia antara 17 dan 84 tahun. Lepuh diabetes juga lebih sering terjadi pada seseorang yang telah lama mengidap diabetes atau komplikasi multipel, terutama neuropati.
Dalam kebanyakan kasus, lepuh diabetes sembuh secara spontan tanpa perawatan. Namun, penderitanya harus memastikan agar lepuh tidak pecah untuk mencegah infeksi sekunder.
4. Eruptive xanthomatosis

Dilansir Everyday Health, diabetes yang tidak terkontrol juga bisa menyebabkan eruptive xanthomatosis. Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan kulit yang keras, kuning, seperti kacang polong. Benjolan mempunyai lingkaran merah di sekitarnya dan kemungkinan terasa gatal. Mereka biasanya dapat ditemukan di punggung tangan, lengan, kaki, dan bokong.
Eruptive xanthomatosis biasanya terjadi pada laki-laki muda dengan kadar kolesterol dan trigliserida sangat tinggi. Pengobatan utamanya adalah dengan menurunkan kadar glukosa darah. Dokter kemungkinan juga akan meresepkan obat untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida.
5. Digital sclerosis

Digital sclerosis dimulai dengan kulit yang kencang, tebal, seperti lilin di jari-jari dan bisa mengakibatkan sendi jari menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan. Jika kadar gula darah tetap tinggi, maka digital sclerosis bisa mengakibatkan kulit menjadi keras, tebal, dan bengkak, serta bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Digital sclerosis lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dengan kadar gula darah tinggi. Satu-satunya pengobatan untuk digital sclerosis adalah dengan menurunkan kadar gula darah ke kisaran normal. Namun, terapi fisik juga bisa membantu meningkatkan jangkauan gerak sendi yang terdampak.
6. Vitiligo

Vitiligo merupakan masalah kulit ketika sel-sel kulit yang memproduksi melanin (pigmentasi cokelat) dihancurkan, mengakibatkan bercak tidak beraturan dan bernoda, yang sering terjadi di tangan, wajah, atau dada. Meski penyebab dari vitiligo tidak diketahui, tetapi para ahli percaya bahwa vitiligo adalah kondisi autoimun seperti diabetes tipe 1. Penelitian dalam jurnal BioMed Research International tahun 2016 mendeskripsikan hubungan antara kedua kondisi tersebut.
Tidak ada obat untuk vitiligo, tetapi terapi cahaya dan steroid digunakan untuk perawatannya. Jika memiliki kondisi ini, penting untuk memakai tabir surya minimal SPF 30, karena kulit yang mengalami depigmentasi tidak mempunyai perlindungan alami dari sinar matahari.
Itulah beberapa masalah kulit yang sering menyerang pasien diabetes. Mengontrol glukosa darah merupakan langkah pertama untuk mencegah dan mengobati masalah kulit yang terkait dengan diabetes. Saat diabetes memengaruhi kulit, menyebabkan luka kulit atau ruam diabetes, maka itu pertanda bahwa kadar gula darah terlalu tinggi.
Jika kamu memiliki masalah kulit, sebaiknya segera periksa ke dokter. Lakukan tes diabetes jika belum didiagnosis. Jika telah didiagnosis dengan diabetes dan memiliki masalah kulit, sebaiknya minta saran medis dari dokter tentang cara mengontrol kadar gula darah dengan pola makan, olahraga, dan obat-obatan jika dibutuhkan.
Selain itu, temui juga dokter kulit tentang masalah kulit diabetes. Beberapa masalah kulit diabetes mungkin tidak terlihat terlalu serius, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi di masa depan jika tidak segera ditangani.