Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyakit yang Mulai Kebal Obat, Apa Saja?

ilustrasi penyakit yang mulai kebal obat (pexels.com/Anna Shvets)

Antimikroba merupakan obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi. Yang termasuk antimikroba yaitu antivirus, antibiotik, dan antiparasit.

Resistansi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah menjadi lebih kebal terhadap obat. Mikroba yang menjadi resistan berisiko menyulitkan pengobatan dan meningkatkan risiko penyakit yang lebih mudah menular, penyakit lebih parah, hingga meningkatkan mortalitas.

Mikroba yang resistan tidak hanya ditemukan pada manusia, tetapi juga pada hewan, tanaman, dan lingkungan seperti perairan atau tanah.

Masalah resistansi antimikroba merupakan masalah yang serius, bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan masalah ini menjadi salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan masyarakat yang mengancam umat manusia. Sebab, tanpa adanya antimikroba yang efektif, maka pengobatan menjadi gagal dan orang yang meninggal karena infeksi makin banyak. Selain itu, prosedur medis seperti operasi akan lebih berisiko tanpa adanya antimikroba yang efektif.

Saat ini, terdapat beberapa infeksi yang mulai menunjukkan terjadinya resistansi tehadap obat antimikroba. Berikut penjelasan tentang penyakit yang mulai resistan obat, dihimpun dari WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

1. Pneumonia

ilustrasi infeksi paru-paru (pexels.com/Monstera)

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Infeksi tersebut bisa dialami semua usia dan dapat bersifat ringan hingga berat.

WebMD menjelaskan bahwa adanya bakteri yang kebal antibiotik telah menyebar ke seluruh dunia. Ini membuat beberapa penyakit seperti meningitis dan pneumonia menjadi lebih sulit diobati. Karena tidak mempan dengan antibiotik, maka diperlukan jenis antibiotik yang lebih kuat dan lebih mahal untuk menyembuhkannya.

2. Tuberkulosis

ilustrasi paru-paru (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Dilansir CDC, tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut lebih sering menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menginfeksi organ lainnya seperti tulang, otak, dan lainnya.

Pada umumnya, TBC dapat diobati dan disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Namun, ada pula bakteri yang mengalami resistan obat sehingga pengobatan TB menjadi lebih sulit.

Strain bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resistan termasuk ancaman global dalam mengatasi endemi tuberkulosis. TB resistan lebih sering terjadi pada mereka yang:

  • Tidak menggunakan obat secara teratur.
  • Tidak menggunakan semua obat yang sudah diresepkan sampai habis
  • Mengembangkan TB kembali setelah sebelumnya pernah dirawat karena TB.
  • Bepergian ke wilayah yang banyak kasus TB resistan.
  • Menghabiskan waktu dengan orang yang mengalami TB resistan.

3. Gonore

ilustrasi bakteri Neisseria gonorrhoeae resisten obat (unsplash.com/CDC/Alissa Eckert)

Resistansi antibiotik merupakan kemampuan yang dimiliki oleh bakteri untuk bertahan terhadap obat yang digunakan untuk membasmi bakteri. Artinya, bakteri menjadi kebal sehingga sulit dibunuh menggunakan antibiotik.

Gonore termasuk penyakit infeksi yang makin kebal terhadap obat. Bakteri yang makin kebal obat mengakibatkan pengobatan gonore menjadi lebih sulit. WHO menjelaskan bakteri gonore menunjukkan resistansi terhadap antibiotik sulfonamid, penisilin, tetrasiklin, makrolida, flurokuinolon, dan sefalosporin generasi awal. Karena sudah mengalami resistansi terhadap banyak antibiotik, maka pilihan pengobatan yang efektif menjadi lebih sedikit.

4. Malaria

ilustrasi Plasmodium (pixnio.com/Dr. Mae Melvin, USCDCP)

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu.

Tidak hanya bakteri, tetapi parasit juga mulai resistan terhadap obat. Parasit yang lebih kebal terhadap obat menjadi ancaman dalam mengendalikan malaria. Ini mengakibatkan pilihan obat antimalaria yang efektif menjadi lebih sedikit.

Selain itu, adanya resistansi juga menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit malaria. Seperti penjelasan CDC, dua dari empat parasit malaria yang menginfeksi manusia menunjukkan resistansi terhadap obat antimalaria, yaitu Plasmodium falciparum dan P. vivax.

Parasit Plasmodium falciparum menunjukkan resistansi terhadap antimalaria yang sudah ada, seperti klorokuin, sulfadoxine/pyrimethamine, meflokuin, halofantrin, dan kuinin. Begitu pula dengan P. vivax juga menunjukkan resistansi terhadap obat klorokuin.

5. HIV

ilustrasi virus HIV (warna kuning) menginfeksi sel manusia (unsplash.com/National Cancer Institute)

HIV merupakan kepanjangan dari human immunodeficiency virus. Virus tersebut menyerang sistem imun tubuh sehingga sistem imun melemah. Jika tidak ditangani, maka dapat menyebabkan AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome. Dengan penanganan yang tepat, virus HIV dapat dikendalikan.

WHO menerangkan bahwa virus HIV telah menunjukkan resistansi terhadap obat antiretroviral (ARV). Bahkan, semua obat ARV termasuk obat yang lebih baru berisiko tidak aktif karena adanya HIV yang lebih kebal terhadap obat.

6. Apa saja yang bisa kita lakukan?

ilustrasi minum obat (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Beberapa cara untuk membantu melawan resistansi antimikroba dan menjaga diri sendiri dari infeksi yaitu:

  • Hanya menggunakan antibiotik jika diresepkan dokter.
  • Tidak meminta antibiotik kepada dokter jika memang tidak diperlukan.
  • Menghabiskan dan menggunakan antibiotik sesuai saran dokter.
  • Tidak berbagai antibiotik kepada orang lain.
  • Tidak menggunakan antibiotik sisa.
  • Melakukan vaksinasi.
  • Menjaga kebersihan tangan.

Resistansi antimikroba menjadi ancaman kesehatan karena mikroba yang kebal obat berisiko menyulitkan pengobatan, meningkatkan risiko penyakit lebih parah, hingga meningkatkan mortalitas.

Beberapa patogen telah menunjukkan resistan obat, di antaranya pneumonia, TBC, gonore, malaria, dan HIV. Hal yang dapat kita lakukan untuk melawan resistansi antimikroba yaitu menggunakan antibiotik dengan bijak sesuai arahan dokter.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us