Zhang, Wenjie et al. "Genetically engineered pig-to-human liver xenotransplantation." Journal of Hepatology, Volume 0, Issue 0. DOI: 10.1016/j.jhep.2025.08.044.
"World’s First Pig-to-Human Liver Xenotransplant in a Living Recipient Reported in the Journal of Hepatology." European Association for the Study of the Liver. Diakses Oktober 2025.
Pria di China Hidup 171 Hari dengan Hati Babi Rekayasa Genetik

- Ada laporan kasus xenotransplantasi hati babi pertama di dunia pada manusia, dengan pasien yang bertahan selama 171 hari.
- Hati babi hasil rekayasa genetik terbukti mampu menjalankan fungsi metabolik dan sintetik penting, meski masih ada komplikasi serius.
- Kasus ini membuka peluang baru untuk mengatasi kelangkaan donor hati, tetapi tantangan imunologi dan etika masih harus diatasi.
Sebuah studi penting yang dipublikasikan di Journal of Hepatology melaporkan xenotransplantasi hati tambahan pertama di dunia dari babi hasil rekayasa genetik ke manusia yang masih hidup.
Pasien bertahan selama 171 hari, membuktikan bahwa hati babi yang dimodifikasi secara genetik dapat mendukung fungsi metabolik dan sintetik penting pada manusia, meski masih ada komplikasi yang membatasi hasil jangka panjang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ribuan pasien meninggal setiap tahun saat menunggu transplantasi organ karena keterbatasan donor manusia. Di China saja, ratusan ribu orang mengalami gagal hati setiap tahun, tetapi hanya sekitar 6.000 yang menerima transplantasi hati pada 2022. Kasus perintis ini membuka peluang baru untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan organ.
171 hari perjalanan pasien dengan cangkok hati babi rekayasa genetik
Kasus ini melibatkan pria berusia 71 tahun dengan sirosis akibat hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler, yang tidak memenuhi syarat untuk operasi reseksi maupun transplantasi hati manusia.
Tim bedah menanamkan cangkok hati tambahan dari babi mini Diannan yang telah dimodifikasi dengan 10 perubahan genetik, termasuk penghapusan xenoantigen dan penambahan transgen manusia untuk meningkatkan kompatibilitas imun dan koagulasi.
Selama bulan pertama, cangkok berfungsi efektif, menghasilkan empedu dan mensintesis faktor koagulasi tanpa tanda penolakan akut. Namun, pada hari ke-38, cangkok harus diangkat karena komplikasi xenotransplantation-associated thrombotic microangiopathy (xTMA). Terapi dengan inhibitor komplemen eculizumab dan pertukaran plasma berhasil mengatasinya. Meski demikian, pasien kemudian mengalami perdarahan saluran cerna berulang dan meninggal pada hari ke-171.
Dr. Beicheng Sun, peneliti utama dari Anhui Medical University, menyebut kasus ini sebagai bukti bahwa hati babi hasil rekayasa genetik dapat berfungsi lama pada manusia, meski masih ada tantangan besar terkait koagulasi dan imunitas. Editorial pendamping oleh Dr. Heiner Wedemeyer menegaskan bahwa laporan ini adalah tonggak penting dalam hepatologi, membuka jalan baru bagi pasien gagal hati akut maupun kronis.
Referensi