Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penanganan

Kondisi yang terjadi akibat mengguncang bayi terlalu keras

Bayi atau balita memang menggemaskan dan bermain dengan mereka terasa menyenangkan. Namun, terkadang disadari maupun tidak, orang tua mungkin pernah mengguncangkan tubuh bayi saat bermain atau saat bayi terus menangis.

Hati-hati! Sebab, hal tersebut dapat menyebabkan shaken baby syndrome atau shaken impact syndrome yang bisa membahayakan kesehatan bayi. Kondisi apa ini dan apa dampak negatif yang ditimbulkannya? Simak ulasan di bawah ini sampai habis, ya!

1. Apa itu shaken baby syndrome?

Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penangananilustrasi ibu menggendong bayi (pexels.com/Pixabay)

Dilansir Healthline, shaken baby syndrome (SBS) atau abusive head trauma adalah cedera otak serius yang disebabkan oleh guncangan secara paksa atau kasar pada bayi. Sindrom ini termasuk salah satu bentuk kekerasan pada anak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak.

SBS umumnya terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak hingga usia 5 tahun atau balita. Menurut keterangan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebesar 95 persen cedera otak dan 64 persen cedera kepala pada anak usia kurang dari 1 tahun disebabkan oleh tindak kekerasan.

Guncangan dapat dilakukan secara sengaja, misalnya saat orang tua atau pengasuh tidak sabar untuk menenangkan bayi yang menangis atau rewel. Bisa juga terjadi karena ketidaksengajaan atau ketidaktahuan, yang timbul akibat cara bermain yang menyebabkan guncangan hebat pada kepala. Contohnya saat melemparkan anak ke udara lalu menangkapnya kembali, atau ketika mengayun anak terlalu keras.

2. Penyebab shaken baby syndrome

Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penangananilustrasi ibu menenangkan bayinya yang menangis (freepik.com/cookie_studio)

SBS bisa merusak sel otak bayi dan otak juga tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen, bahkan kematian.

Seperti diterangkan di laman Mayo Clinic, otot leher bayi masih terlalu lemah untuk menopang kepalanya yang berat dengan baik. Jika bayi diguncang dengan kuat, bagian otaknya yang masih lemah tersebut dapat bergerak ke depan dan belakang di dalam tengkorak. Itu dapat menyebabkan memar, pembengkakan, dan pendarahan.

SBS biasanya terjadi ketika orang tua atau pengasuh mengguncangkan tubuh bayi dengan kuat karena merasa frustrasi atau marah akibat bayi tidak kunjung berhenti menangis.

Baca Juga: 7 Fakta Biang Keringat, Jenis Ruam yang Sering Menyerang Bayi

3. Bayi menjadi rewel dan disertai gejala lainnya 

Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penangananilustrasi bayi menangis (pixabay.com/Ben_Kerckx)

SBS ditandai dengan kemunculan berbagai gejala pada bayi, meliputi:

  • Bayi menjadi rewel
  • Kesulitan untuk tetap terjaga
  • Mengalami masalah pernapasan
  • Tidak nafsu makan
  • Muntah
  • Kulit pucat atau kebiruan
  • Kejang
  • Lumpuh
  • Koma

Ada pula cedera yang tak langsung terlihat, seperti pendarahan di otak, mata, dan kerusakan sumsum tulang belakang. Seorang anak mungkin terlihat normal setelah diguncang. Namun, seiring waktu, anak bisa mengalami masalah kesehatan atau gangguan perilaku di kemudian hari.

4. Hubungi dokter jika muncul gejala untuk diagnosis

Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penangananilustrasi pemeriksaan kesehatan anak oleh dokter (freepik.com/pressfoto)

Jika orang tua atau pengasuh menyadari bayi telah mengalami guncangan atau muncul gejala seperti di atas, segera hubungi dokter untuk mendapatkan pertolongan.

Dokter akan melaksanakan serangkaian pemeriksaan, seperti CT scan dan tes lainnya dalam melakukan diagnosis.

Kondisi ini tidak boleh dianggap remeh karena berhubungan dengan otak yang bisa berakibat fatal. SBS dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen hingga kematian pada bayi.

Mengutip beberapa sumber, pada bayi yang bertahan hidup dari SBS, dapat terjadi komplikasi jangka panjang seperti:

  • Kehilangan penglihatan sebagian atau total
  • Gangguan pendengaran
  • Kejang
  • Keterlambatan perkembangan, gangguan belajar, atau perilaku
  • Disabilitas intelektual
  • Celebral palsy (lumpuh otak)

5. Pencegahan shaken baby syndrome

Shaken Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Penangananilustrasi orang tua dan bayinya (pexels.com/Andrea Piacquadio)

SBS bisa dapat dicegah sepenuhnya dengan menghindarkan bayi dari tindakan berbahaya, seperti tidak mengguncangkan tubuhnya atau berhati-hati saat bermain. Ingat, menangis adalah hal normal pada bayi dan mengguncangkan tubuhnya bukan cara yang tepat untuk menenangkannya.

Jika bayi terus menangis dan sulit ditenangkan, jangan terbawa emosi dan cari cara untuk menenangkan diri dari stres. Cobalah minta bantuan kepada keluarga atau kerabat untuk menenangkan bayi. Apabila menitipkan anak ke orang lain, pastikan bahwa orang tersebut mengetahui bahaya SBS.

Menurut IDAI, hindari bermain atau bercanda terlalu kasar dengan bayi, misalnya mengayunkan, mengguncang, atau melempar tubuh bayi. Jika ingin meletakkan bayi pada ayunan, gunakan ayunan khusus bayi yang berayun dengan lembut. Awasi bayi saat bermain dengan anak yang lebih besar serta pilihlah pengasuh anak yang kompeten dapat dipercaya.

Itulah fakta seputar shaken baby syndrome. Merawat anak memang butuh kesabaran. Pentingnya edukasi bagi orang tua dalam mengasuh anak bisa mencegah kondisi berbahaya seperti ini. Jika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi anak, sebaiknya hubungi dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapat penanganan yang tepat.

Baca Juga: Sindrom Crouzon: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya