BPOM AS Setujui Operasi Baru untuk Pembengkakan Prostat

Bisa mengurangi efek samping pengobatan pembesaran prostat

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) resmi menyetujui metode pengobatan terbaru untuk hiperplasia prostat jinak (BPH) atau lebih sering dikenal dengan pembesaran prostat. Pengobatan baru ini bernama Optilume BPH Catheter System. 

Hampir seabad yang lalu, para ahli bedah mengembangkan metode pengobatan bernama reseksi transurethral prostat (TURP) untuk BPH. Sekitar 90 persen pria yang diobati dengan metode ini mendapatkan kesembuhan jangka panjang. Namun, mereka biasanya  harus menghabiskan satu malam untuk pemulihan di rumah sakit, dan banyak dari mereka yang tidak bisa ejakulasi.

Operasi pengobatan BPH yang lebih baru dan bersifat minimal invasif, menawarkan waktu pemulihan yang lebih cepat dengan risiko komplikasi yang lebih sedikit. Penelitian tentang metode baru ini telah diterbitkan dalam The Journal of Urology.

1. Prosedur pengobatan Optilume

BPOM AS Setujui Operasi Baru untuk Pembengkakan Prostatilustrasi operasi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Selama prosedur, dokter memasang kateter tiup ke prostat melalui uretra, yaitu saluran yang membawa urine keluar dari kandung kemih. Kateter akan membelah dua bagian prostat (yang disebut lobus), menciptakan saluran berbentuk V di bagian atas kelenjar yang mengurangi tekanan pada uretra.

Ini akan meningkatkan laju aliran urine. Tak hanya itu, kateter dilapisi dengan obat kemoterapi, yaitu paclitaxel. Obat ini akan membantu membatasi respons peradangan terkait pengobatan. Setelah kateter dilepas, saluran berbentuk V di prostat akan tetap ada.

2. Berfokus pada pasien dengan ukuran prostat antara 20 hingga 80 gram

BPOM AS Setujui Operasi Baru untuk Pembengkakan Prostatilustrasi pasien pembesaran prostat (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Dokter Steven Kaplan, profesor urologi yang memimpin penelitian ini, menyatakan bahwa metode baru ini menyaingi apa yang dicapai dengan TURP, dilansir Harvard Health Publishing.

Selama penelitian, tim Dr. Kaplan mengukur perubahan dalam satuan yang ditetapkan oleh International Prostate Symptom Score (IPSS). Satuan ini berkisar antara 0 hingga 35 dan mengklasifikasikan BPH menjadi ringan, sedang, atau berat.

Berdasarkan hasil uji klinis pertama, yang disebut studi PINNACLE, peneliti berfokus pada pria berusia 50 tahun atau lebih dengan ukuran prostat antara 20 hingga 80 gram. Pengobatan menggunakan metode ini langsung memberikan manfaat.

Dalam satu tahun, skor IPSS di antara pria yang menerima pengobatan rata-rata 11,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan skor awal.

Baca Juga: Studi: Dengerin Lagu Galau Bisa Bantu Kurangi Rasa Sakit

3. Evaluasi tindak lanjut menunjukkan hasil menjanjikan

BPOM AS Setujui Operasi Baru untuk Pembengkakan Prostatilustrasi pasien (flickr.com/NIH Clinical Center)

Evaluasi tindak lanjut untuk pria yang terdaftar dalam uji klinis kedua, yang disebut studi EVEREST, masih berlangsung. Namun, hasil yang ada sejauh ini menunjukkan skor IPSS turun dari 22,5 menjadi 11,5 setelah empat tahun setelah pengobatan. Pasien tidak mengalami perubahan signifikan pada fungsi ejakulasi

Heidi Rayala, ahli urologi dan asisten profesor di Harvard Medical School, menyatakan bahwa TURP masih menjadi tolok ukur dalam pengobatan BPH. Ini karena banyak teknologi yang pada awalnya menjanjikan telah berhenti dilakukan karena dinilai kurang efektif seiring waktu.

Meskipun demikian, metode baru, seperti Optilume, menawarkan prospek menarik untuk meningkatkan efektivitas dengan mengurangi efek samping.

"Penting untuk dicatat bahwa kemanjuran Optilume bervariasi berdasarkan ukuran prostat dan gejala pasien. Mencocokkan pendekatan bedah yang tepat untuk masing-masing pasien akan tetap penting, karena pasien dan ahli urologi mereka mengevaluasi pilihan optimal dalam spektrum terapi minimal invasif," ucapnya mengutip dari Harvard Health Publishing

Peneliti menemukan metode terbaru untuk mengobati hiperplasia prostat jinak atau pembesaran prostat, yaitu Optilume BPH Catheter System. Selama masa evaluasi tindak lanjut, metode ini memberikan hasil yang menjanjikan untuk pasien BPH.

Baca Juga: BPOM AS Setujui Vaksin Chikungunya Pertama di Dunia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya