Silikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Silikosis atau silicosis adalah penyakit paru-paru jangka panjang yang disebabkan oleh menghirup tingkat debu silika yang tidak aman, biasanya selama bertahun-tahun.
Orang yang bekerja dengan bahan tertentu dapat menghirup debu yang sangat halus yang mengandung silika. Begitu berada di dalam paru-paru, partikel debu dapat melukai paru-paru. Jaringan parut ini dikenal sebagai silikosis.
Silikosis dapat menyebabkan masalah pernapasan, kondisi paru-paru serius yang disebut fibrosis masif progresif, atau kanker paru-paru. Tidak ada obat untuk silikosis dan ini bisa berakibat fatal.
1. Siapa saja yang berisiko?

Menurut keterangan dari American Lung Association, saat seseorang menghirup debu silika, ia menghirup partikel kecil mineral silika. Seiring waktu, partikel debu silika dapat menyebabkan peradangan paru-paru yang mengarah pada pembentukan nodul paru-paru dan jaringan parut di paru-paru (fibrosis paru).
Silikosis adalah penyakit progresif yang biasanya memakan waktu 10–30 tahun setelah paparan pertama untuk berkembang. Seiring waktu, kapasitas paru-paru menurun, dan pasien dengan silikosis, terutama yang memiliki fibrosis masif progresif, mungkin memerlukan dukungan dengan oksigen dan perangkat lain untuk membantu bernapas.
Dalam beberapa kasus silikosis, jaringan parut ini bisa sangat parah sehingga mengarah ke bentuk fibrosis parah, yaitu fibrosis masif progresif. Untuk pasien ini, jaringan parut yang ekstrem dan pengerasan paru-paru dapat mengakibatkan sulit bernapas.
Memiliki silikosis juga meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, termasuk tuberkulosis, kanker paru-paru, dan bronkitis kronis.
Silika merupakan mineral yang paling melimpah di kerak bumi. Jadi, pekerjaan apa pun yang melibatkan pemecahan, pemotongan, pengeboran, atau penggilingan tanah, granit, batu tulis, batu pasir, atau bahan alami lainnya dapat menyebabkan paparan debu silika. Beberapa pekerjaan berisiko tinggi di antaranya:
- Pekerjaan konstruksi, termasuk jackhammer, pengeboran dan chipping batu, penggalian terowongan, sandblasting, penggilingan aspal, dan pemotongan beton dan batu bata.
- Pembuatan meja batu, terutama menggunakan batu rekayasa.
- Pekerjaan pengecoran.
- Pembuatan keramik.
- Pertambangan dan fracking.
2. Jenis

Silikosis dapat berkembang dalam tiga cara, yaitu:
- Silikosis kronis: Ini biasanya terjadi ketika seseorang telah terpapar debu yang dapat dihirup selama lebih dari 10 tahun. Jumlah silika dalam debu juga merupakan faktor. Ada beberapa bentuk silikosis kronis, yaitu silikosis simpel dan fibrosis masif progresif.
- Silikosis subakut: Jenis ini, juga disebut silikosis yang dipercepat, terjadi dalam periode waktu yang lebih singkat, seperti 2 hingga 5 tahun. Meskipun waktunya lebih pendek, paparan lebih berat.
- Silikosis akut: Individu bisa mendapatkan jenis ini dengan melakukan paparan intens terhadap partikel yang terdiri dari persentase besar silika selama periode waktu sesingkat beberapa bulan.
3. Gejala

Gejala silikosis biasanya muncul setelah bertahun-tahun terpapar. Pada tahap awal, gejalanya ringan dan termasuk batuk, dahak, dan sesak napas yang progresif.
Ketika jaringan parut terus memburuk, tanda-tanda nyata pertama dari suatu masalah mungkin adalah rontgen dada yang tidak normal dan batuk yang berkembang perlahan.
Setelah jaringan parut paru-paru menjadi lebih parah, ada berbagai gejala yang mungkin muncul. Ini biasanya termasuk gejala seperti bronkitis seperti batuk terus-menerus, sesak napas, dan kesulitan bernapas. Penderitanya juga bisa mengalami kelemahan, kelelahan, demam, keringat pada malam hari, kaki bengkak, dan perubahan warna kebiruan pada bibir.
Makin lama silikosis tidak diobati, maka makin besar kemungkinan untuk mengembangkan komplikasi. Karena penyakit ini memengaruhi sistem kekebalan tubuh, pasien silikosis rentan terkena TBC, kanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit ginjal.
4. Komplikasi yang bisa ditimbulkannya

Seperti dijelaskan dalam laman National Health Service, silikosis dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang lebih serius dan berpotensi mengancam nyawa, seperti:
- TBC dan infeksi dada lainnya.
- Hipertensi pulmonal.
- Gagal jantung.
- Artritis atau radang sendi.
- Penyakit ginjal.
- PPOK.
- Kanker paru-paru.
5. Diagnosis

Dokter akan mulai menanyakan riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan bertanya tentang berapa lama pasien telah bekerja dalam pekerjaan yang diketahui berisiko menyebabkan silikosis.
Dokter mungkin menemukan silikosis lewat tes pencitraan, bahkan jika tidak ada gejala. Misalnya lewat suara napas yang tidak normal saat pasien diperiksa.
Beberapa tes yang digunakan dokter untuk mendiagnosis silikosis dapat mencakup:
- Tes pencitraan: Ini termasuk rontgen dada dan pemindaian computed tomography (CT) resolusi tinggi. Ada hal-hal tertentu yang bisa dilihat oleh dokter pada jenis tes ini yang akan mengarah pada diagnosis silikosis.
- Tes fungsi paru: Tes ini mengevaluasi seberapa baik paru-paru pasien bekerja.
- Tes laboratorium: Tes ini bisa dilakukan untuk menyingkirkan kondisi lain, seperti beberapa jenis infeksi. Ini kemungkinan termasuk tes kulit tuberkulosis. Tidak ada tes laboratorium untuk membuktikan bahwa pasien menderita silikosis.
- Bronchoalveolar lavage: Tes ini "mencuci" paru-paru pasien dan memeriksa cairan yang dikeluarkan.
- Biopsi paru-paru: Tes ini melibatkan pengambilan sedikit jaringan dari paru-paru pasien. Namun, ini jarang dilakukan.
6. Pengobatan dan pengelolaan

Tidak ada obat untuk silikosis kerusakan yang telah terjadi tidak dapat dibalikkan. Pengobatan akan difokuskan untuk memperlambat perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala.
Menghindari paparan silika lebih lanjut dan iritasi lainnya seperti asap rokok sangat penting. Pengujian untuk TBC penting karena penyakit ini cenderung lebih parah pada orang dengan silikosis.
Setelah menentukan tingkat kerusakan paru-paru yang telah terjadi, dokter akan dapat merencanakan perawatan. Ini mungkin termasuk:
- Penggunaan bronkodilator untuk membantu mengendurkan saluran udara dan mengurangi peradangan.
- Berhenti merokok sesegera mungkin. Merokok dapat meningkatkan kerusakan yang dilakukan oleh silika dan mempercepat perkembangan penyakit. Jika kesulitan, minta bantuan dokter.
- Oksigen tambahan mungkin diresepkan untuk membantu pasien memasukkan lebih banyak udara ke paru-paru saat dibutuhkan. Meskipun awalnya oksigen tambahan ini dibutuhkan saat olahraga, tetapi seiring perkembangan penyakit pasien mungkin membutuhkannya setiap saat.
- Rehabilitasi paru-paru adalah program latihan yang dirancang untuk membantu semua pasien dengan kondisi paru-paru kronis mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
- Dalam situasi yang sangat parah, dokter mungkin menyarankan operasi dan merujuk pasien ke spesialis transplantasi paru-paru.
Agar penyakit tidak bertambah parah, pasien silikosis perlu menghilangkan paparan silika. Iritan paru-paru lainnya, seperti polusi udara dalam dan luar ruangan, alergen dan asap, juga harus dihindari.
Dokter dapat membantu mengelola gejala, tetapi pasien juga dapat mengambil langkah-langkah untuk menjaga diri tetap sehat dengan melakukan hal-hal berikut:
- Pertahankan berat badan dan nutrisi dengan pola makan sehat bergizi seimbang.
- Tetap seaktif mungkin dengan rutin berolahraga, tetapi jangan sampai memaksakan diri.
- Mencegah infeksi saluran pernapasan yang dapat memperburuk kondisi paru-paru. Dapatkan vaksinasi terhadap flu setiap tahun, dan pneumonia pneumokokus seperti yang direkomendasikan oleh dokter.
- Waspada untuk mengawasi perkembangan TBC atau infeksi lain dan segera temui dokter jika ada yang berkembang.
- Memiliki rencana untuk mengelola serangan penyakit.
7. Prognosis

Silikosis telah menjadi kurang umum dari waktu ke waktu berkat peningkatan langkah-langkah keselamatan kerja. Meski begitu, silikosis masih dapat terjadi dan kondisi ini tidak ada obatnya.
Menurut laporan dalam jurnal BMC Pulmonary Medicine pada Juni 2022, lebih dari 12,9 ribu kasus kematian terjadi karena silikosis di seluruh dunia, dan 655,7 ribu disability-adjusted life year (DALY) dikaitkan dengan silikosis pada 2019.
Dari tahun 1990 hingga 2019, jumlah kematian global dan DALY di negara-negara dengan kuintil Sociodemographic Index (SDI) tinggi masing-masing turun 0,35 persen dan 0,32 persen. Ada beban yang lebih besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang diperkirakan pada 2019 menurut age-standardized rates (ASR).
Jumlah global kematian dan DALY di antara laki-laki menyumbang lebih dari 95 persen dari semua kasus pada 2019. Baik kematian spesifik usia-jenis kelamin dan tingkat DALY meningkat dengan penuaan dan mencapai puncaknya pada kelompok usia 85-89 tahun.
Selama 30 tahun terakhir, ASR kematian dan DALY menunjukkan tren penurunan dengan rata-rata perubahan persentase tahunan sebesar -3,0 persen dan -2,0 (95% CI: 1.7, 2.2) masing-masing.
Pandangan jangka panjang atau prognosis penderita silikosis tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Jaringan parut paru yang parah bisa berkembang pada silikosis yang dipercepat atau kronis. Sebab, jaringan parut menghancurkan jaringan paru-paru yang sehat, mengurangi jumlah oksigen yang ditransmisikan paru-paru ke darah.
8. Pencegahan

Langkah paling sederhana untuk mencegah silikosis di antaranya:
- Batasi waktu terpapar silika.
- Kenakan masker atau pakaian pelindung lainnya saat bekerja di sekitar silika.
- Perusahaan diwajibkan untuk menyediakan peralatan keselamatan yang tepat.
Cara lain untuk mencegah silikosis di tempat kerja:
- Gunakan blasting cabinet atau ventilasi yang tepat.
- Gunakan metode basah untuk memotong, memecahkan, atau menggiling bahan.
- Ganti bahan blasting yang mengandung silika dengan jenis lain.
- Gunakan respirator yang melindungi diri dari menghirup silika.
- Jangan makan atau minum di dekat debu silika.
- Cuci tangan dan wajah sebelum makan.
- Mandi dan ganti pakaian setelah bekerja.
Jika kamu mengalami batuk dan kesulitan bernapas dan terpapar silika serta debunya selama bertahun-tahun, kamu mungkin menderita silikosis. Segeralah periksakan diri. Ini merupakan kondisi paru-paru serius dan tidak dapat disembuhkan, tetapi tetap bisa diobati. Konsultasilah dengan dokter dan lakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk tetap sehat.