"Study shows magnesium inhibits colorectal cancer carcinogenesis by increasing vitamin D-synthesizing bacteria." VUMC News. Diakses Desember 2025.
Elizabeth Sun et al., “Magnesium Treatment Increases Gut Microbiome Synthesizing Vitamin D and Inhibiting Colorectal Cancer: Results From a Double-blind Precision-based Randomized Placebo-controlled Trial,” American Journal of Clinical Nutrition 122, no. 5 (September 12, 2025): 1185–94, https://doi.org/10.1016/j.ajcnut.2025.09.011.
Studi Temukan Peran Magnesium dalam Menghambat Kanker Kolorektal

- Suplementasi magnesium terbukti meningkatkan bakteri usus yang menyintesis vitamin D lokal dan menghambat kanker kolorektal.
- Efeknya dipengaruhi oleh jenis kelamin dan faktor genetik, khususnya gen TRPM7.
- Temuan ini membuka peluang pencegahan kanker kolorektal berbasis nutrisi dan presisi medis.
Selama ini, magnesium dikenal sebagai mineral penting untuk otot, saraf, dan kesehatan tulang. Namun, penelitian terbaru menunjukkan peran yang lebih kompleks, bahkan hingga ke potensi pencegahan kanker kolorektal.
Sebuah uji klinis berbasis presisi yang dilakukan oleh peneliti Vanderbilt University Medical Center, Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa suplementasi magnesium dapat meningkatkan bakteri usus tertentu yang berperan dalam sintesis vitamin D dan penghambatan proses awal kanker kolorektal.
Menariknya, vitamin D yang dimaksud dalam studi ini tidak bekerja lewat jalur yang biasa dikenal. Bukan vitamin D yang diproduksi kulit karena sinar matahari atau yang beredar di darah, melainkan vitamin D yang disintesis secara lokal di usus oleh mikrobioma tertentu. Vitamin D lokal ini diyakini bekerja langsung di jaringan usus, tempat kanker kolorektal bermula.
Studi yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition ini merupakan bagian dari Personalized Prevention of Colorectal Cancer Trial. Penelitian sebelumnya dari tim yang sama telah menunjukkan bahwa magnesium membantu meningkatkan kadar vitamin D dalam darah, terutama pada individu dengan kadar vitamin D rendah. Temuan terbaru ini melengkapi potongan puzzle tersebut, bahwa magnesium juga memengaruhi ekosistem mikroba usus yang mampu memproduksi vitamin D secara mandiri.
Efek spesifik, faktor genetik, dan implikasinya

Walaupun temuan studi memberi harapan, tetapi efek magnesium tidak terjadi secara merata pada semua orang. Dalam penelitian ini, manfaat paling jelas terlihat pada peserta perempuan. Para peneliti menduga hormon estrogen berperan dalam memengaruhi bagaimana magnesium dipindahkan dari sirkulasi darah ke dalam sel, sehingga efek biologisnya menjadi berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya faktor genetik, khususnya gen TRPM7, yang mengatur penyerapan magnesium dan kalsium. Pada peserta dengan fungsi TRPM7 yang memadai, suplementasi magnesium meningkatkan jumlah dua bakteri kunci: Carnobacterium maltaromaticum dan Faecalibacterium prausnitzii. Keduanya sebelumnya diketahui bekerja secara sinergis untuk meningkatkan produksi vitamin D dan menekan proses karsinogenesis kolorektal.
Sebaliknya, pada peserta dengan fungsi TRPM7 yang tidak optimal, efek magnesium lebih kompleks. Meski terjadi penurunan salah satu bakteri di mukosa rektum, tetapi secara keseluruhan temuan studi ini justru mengarah pada satu kesimpulan penting, bahwa magnesium berpotensi menurunkan risiko kanker kolorektal pada kelompok tertentu, terutama individu berisiko tinggi dengan latar belakang genetik spesifik.
Dari 236 peserta yang seluruhnya memiliki riwayat polip kolorektal, sebagian menjalani kolonoskopi lanjutan dengan median tindak lanjut 3,5 tahun. Data menunjukkan hubungan erat antara komposisi mikrobioma usus dan perkembangan polip baru. Ini merupakan pengingat bahwa kanker kolorektal bukan hanya soal sel, tetapi juga soal ekosistem di dalam tubuh.
Temuan ini membuka jalan menuju pendekatan pencegahan kanker kolorektal yang tidak lagi satu strategi untuk semua orang. Interaksi antara nutrisi, mikrobioma usus, hormon, dan faktor genetik menjadi kunci untuk memahami siapa yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari suplementasi magnesium.
Meski menjanjikan, tetapi para peneliti menekankan bahwa hasil ini bukan ajakan untuk mengonsumsi suplemen secara sembarangan. Magnesium tetap harus dipertimbangkan dalam konteks kebutuhan individu, kondisi kesehatan, dan pengawasan medis.
Referensi


















