Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Transplantasi Tinja Terbukti Bisa Bantu Redakan Depresi

Ilustrasi seorang laki-laki yang mengidap depresi.
ilustrasi depresi (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Transplantasi tinja terbukti dapat meredakan gejala depresi, terutama pada pasien dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).
  • Efektivitas tertinggi terjadi saat mikroba sehat dikirim langsung ke usus besar, bukan lewat kapsul oral.
  • Meski menjanjikan, tetapi prosedur ini berisiko dan harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dengan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebuah tinjauan ilmiah terbaru memberikan bukti menarik bahwa transplantasi tinja (fecal microbiota transplantation/FMT), yaitu prosedur medis yang mentransfer mikroba sehat dari tinja donor ke tubuh pasien, dapat membantu meredakan gejala depresi.

Analisis terhadap 12 uji klinis acak yang melibatkan 681 peserta menunjukkan bahwa prosedur ini lebih efektif ketika mikroba ditransfer langsung ke usus besar melalui rektum dibandingkan diberikan lewat kapsul oral. Efek positifnya terlihat paling kuat pada pasien yang juga memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS), meski manfaat tersebut cenderung menurun setelah enam bulan.

Peneliti utama, Xiaotao Zhang dari Universitas Nanjing, menjelaskan bahwa FMT dapat memulihkan keseimbangan mikrobiota usus, yaitu komunitas kompleks bakteri, jamur, dan virus yang berperan penting dalam sistem pencernaan dan bahkan kesehatan mental. Ketika keseimbangan ini terganggu, baik akibat antibiotik atau penyakit, dampaknya bisa terasa hingga ke fungsi otak dan suasana hati.

Menariknya, beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa kesehatan usus berkaitan erat dengan depresi. Gangguan pada mikrobioma dapat memengaruhi produksi neurotransmiter seperti serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati.

Potensi dan risiko prosedur FMT

FMT bukan hanya menjanjikan bagi pasien depresi. Terapi ini juga menunjukkan potensi dalam menangani obesitas, diabetes tipe 2, dan infeksi usus serius yang tidak merespons antibiotik.

Namun, para ahli menegaskan bahwa FMT tidak boleh dilakukan sembarangan. Pengenalan mikroba yang tidak cocok atau berbahaya bisa menimbulkan infeksi parah dan gangguan pencernaan baru. Karena itu, prosedur ini harus dilakukan di bawah pengawasan medis yang ketat.

Beberapa ilmuwan bahkan mengusulkan ide futuristik, yaitu menyimpan sampel feses seseorang sejak muda dan sehat, agar dapat digunakan kembali di masa depan jika mikrobiomanya rusak akibat penyakit atau obat-obatan.

Dengan lebih dari 330 juta orang di seluruh dunia hidup dengan depresi, dan banyak yang tidak merespons obat konvensional, pendekatan berbasis mikrobioma ini diharapkan bisa menjadi terobosan besar dalam dunia psikiatri dan kesehatan usus.

Referensi

Xiaotao Zhang et al., “Clinical Efficacy of Fecal Microbiota Transplantation in Alleviating Depressive Symptoms: A Meta-analysis of Randomized Trials,” Frontiers in Psychiatry 16 (October 6, 2025), https://doi.org/10.3389/fpsyt.2025.1656969.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Dampak Form yang Salah saat Latihan, Awas Bisa Cedera Parah

25 Okt 2025, 19:34 WIBHealth