Mau Program Hamil? 4 Pemeriksaan Dasar Ini Wajib Kamu Tahu

Memiliki buah hati merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri. Meskipun demikian, beberapa pasangan harus bersabar karena buah hati belum kunjung hadir di tengah-tengah mereka. Hingga berbagai cara mereka lakukan agar segera dikaruniai buah hati.
Dilansir WebMD, pasangan yang menginginkan kehamilan dan telah mencoba berhubungan teratur (setiap dua atau tiga hari sekali) tanpa menggunakan kontrasepsi selama setahun maka perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Namun, berbeda dengan wanita yang berusia di atas 35 tahun, wanita yang mempunyai keluhan haid tidak teratur atau mengalami nyeri haid yang hebat, mereka tidak perlu menunggu satu tahun untuk melakukan pemeriksaan ke dokter karena bisa saja itu merupakan indikasi adanya gangguan kesuburan atau infertilitas.
Jika terjadi kekhawatiran akan adanya infertilitas, sebaiknya pasangan suami istri harus segera konsultasi dengan dokter kandungan dengan sub spesialis infertilitas. Pada konsultasi pertama, dokter akan melakukan wawancara tentang riwayat kesehatan, gaya hidup, kehidupan seksual, dan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dokter akan merekomendasikan empat pemeriksaan dasar berikut sebagai langkah awal memulai program hamil.
1. Analisis sperma

Dilansir WebMD, diperlukan setidaknya satu sel telur dan satu sperma yang sehat agar terjadi kehamilan. Rata-rata, setiap kali seorang pria ejakulasi akan menghasilkan hampir 100 juta sperma. Untuk bertemu dengan sel telur, sperma tersebut harus berenang menuju tuba fallopi di mana sel telur berada. Dalam perjalanannya, hanya sedikit sperma yang bertahan dan hidup sehingga diperlukan sperma yang paling sehat agar dapat membuahi sel telur.
Analisis sperma diperlukan untuk mengetahui jumlah, pergerakan dan bentuk sperma. Jumlah sperma yang normal adalah lebih dari sama dengan 15 juta per ml. Sperma juga harus mampu bergerak lurus maju setidaknya sebesar 32%. Selain itu, sperma yang sehat juga harus mempunyai bentuk dan ukuran yang normal minimal 4%. Hal tersebut hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan analisis sperma di laboratorium.
2. USG transvaginal

Untuk dapat terjadi kehamilan, sistem reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan ovarium harus dalam keadaan sehat. Ovarium sebagai penghasil sel telur dan rahim sebagai tempat tumbuhnya janin mempunyai peran penting dalam terjadinya kehamilan.
Dilansir Very Well Family, USG transvaginal akan memberi informasi terkait bentuk dan ukuran ovarium, jumlah sel telur serta melihat adanya kista normal dan tidak normal pada ovarium. USG transvaginal juga diperlukan untuk melihat bentuk, ukuran serta posisi rahim dan ketebalan dinding rahim. Selain itu, melalui USG 2D dapat terlihat juga kondisi saluran tuba falopi jika terjadi pembengkakan (hidrosalping). Namun untuk memastikan apakah saluran tuba falopi tersumbat atau tidak, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan HSG.
3. Histerosalfingografi (HSG)

Dalam proses terjadinya kehamilan, tuba falopi berperan sebagai tempat bertemunya sel telur dan sperma. Setelah itu, sel telur yang berhasil dibuahi akan menuju rahim dan menempel untuk kemudian berkembang menjadi janin.
Dilansir WebMD, HSG adalah pemeriksaan rontgen dengan pemberian cairan kontras yodium melalui serviks ke dalam rahim dan saluran tuba falopi. Cairan kontras tersebut mengandung pewarna yang membuat rahim dan tuba falopi terlihat melalui rontgen. Selanjutnya dilakukan pengambilan gambar rontgen untuk melihat cairan kontras yang mengisi rahim dan mengalir melalui tuba falopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi rahim secara menyeluruh dan memeriksa apakah terdapat sumbatan pada saluran tuba falopi.
4. Cek hormon

Dalam siklus menstruasi setiap bulannya, hormon-hormon reproduksi bekerja sama menstimulasi ovarium untuk menghasilkan sel telur. Sel telur inilah yang akan bertemu dengan sperma dan kemudian terjadi pembuahan. Oleh karena itu, hormon-hormon reproduksi harus dalam kondisi normal sehingga mampu menstimulasi ovarium untuk menghasilkan sel telur yang baik.
Pemeriksaan hormon reproduksi dilakukan melalui sampel darah di laboratorium. Pengambilan sampel darah biasanya dilakukan pada hari ketiga dalam siklus menstruasi.
Setelah ke-empat pemeriksaan tersebut dilakukan, dokter akan menganalisis penyebab gangguan kesuburan yang dialami oleh pasangan suami istri. Selanjutnya akan diberikan treatment yang sesuai untuk merencanakan kehamilan.
Bagi pasangan telah lama menanti buah hati, jangan takut untuk segera memeriksakan diri dan pasangan ke dokter, ya! Karena semakin cepat gangguan kesuburan terdeteksi, maka semakin besar pula peluang kehamilan segera terjadi.