- ScienceDirect. (n.d.). Contextual inquiry. Elsevier. Diakses November 2025.
- Nielsen, J. (2020, June 14). Diary studies: Understanding long-term user behavior and experiences. Nielsen Norman Group. Diakses November 2025.
- Budiu, R. (2017, June 18). Remote usability tests: How to do user testing in the user's natural environment. Nielsen Norman Group. Diakses November 2025.
- Lachner, F., Naegelein, A., Kowalski, R., Spann, M., & Butz, A. (2017). Triangulation of methods in human-computer interaction research: A case study. In Proceedings of the 19th International Conference on Human-Computer Interaction (INTERACT 2017). Media Informatics Group, LMU Munich. Diakses November 2025.
- Khovanskaya, V. D., & Sengers, P. (2024). Cultural probes revisited: Empowering participants in participatory design research. Proceedings of the CHI Conference on Human Factors in Computing Systems, 1–14. Association for Computing Machinery. Diakses November 2025.
5 Cara Melakukan User Research dalam UI/UX agar Desainmu Tepat Sasaran

- Amati pengguna di dunia nyata melalui shadowing
- Gunakan catatan harian dengan pemicu momen penting
- Uji desain cepat tanpa moderator dengan bantuan data
Desain yang pas sasaran tidak lahir dari tebakan, melainkan lahir dari observasi terhadap perilaku, konteks, dan motivasi pengguna. Di dunia produk digital sekarang, riset pengguna harus lincah namun tetap mendalam, supaya keputusan desain didukung oleh bukti yang relevan dan bukan sekadar opini. Artikel ini menyajikan lima cara riset yang jarang dibahas secara praktik sehari-hari namun mudah diterapkan, sehingga hasil riset terasa tajam dan langsung bisa dipakai oleh tim desain dan produk.
Setiap cara disusun agar saling terhubung. Mulai dari memahami konteks nyata penggunaan, menangkap pengalaman jangka panjang, menguji cepat dengan data nyata, menggabungkan banyak sumber bukti, hingga melibatkan pengguna langsung dalam mencipta solusi. Dengan alur ini, riset berubah dari sekadar pengumpulan data menjadi peta keputusan desain yang jelas.
1. Amati pengguna di dunia nyata melalui shadowing

Praktik observasi di tempat pengguna bekerja atau memakai produk tetap menjadi sumber insight paling jujur karena mengurangi bias ingatan. Namun tidak semua tim punya waktu untuk observasi panjang. Solusinya adalah shadowing-lite yaitu sesi observasi terfokus 30 sampai 60 menit dengan catatan lapangan yang sangat terstruktur. Teknik ini mengikuti prinsip contextual inquiry yang dikembangkan oleh Beyer dan Holtzblatt yaitu belajar dari aktivitas nyata pengguna bukan dari ingatan belaka.
Cara praktisnya adalah menggabungkan observasi langsung dengan pertanyaan singkat saat momen relevan muncul. Tim bisa merekam layar atau membuat notulen cepat lalu memetakan pain point ke alur tugas. Hasilnya lebih konkret daripada wawancara retrospektif dan memberi konteks yang langsung bisa dihubungkan ke keputusan desain berikutnya.
2. Gunakan catatan harian dengan pemicu momen penting

Untuk produk yang dipakai sewaktu-waktu atau dalam jangka panjang, diary study menangkap pengalaman nyata dari waktu ke waktu. Mengatur trigger atau pemicu peristiwa supaya peserta mencatat saat sesuatu terjadi membuat data lebih kaya dan relevan. Menurut praktik diary study di HCI, metode ini efektif untuk menangkap pola dan hambatan yang tidak muncul dalam sesi lab singkat.
Implementasinya bisa lewat notifikasi in-app yang muncul saat pengguna menyelesaikan tugas tertentu atau setelah kejadian penting, dengan format pertanyaan singkat dan opsi jawaban cepat. Gabungkan entri harian singkat dengan beberapa wawancara follow-up untuk menggali alasan di balik pola yang muncul. Dengan begitu tim mendapat narasi jangka panjang yang tetap ringkas dan bisa divalidasi dengan data perilaku.
3. Uji desain cepat tanpa moderator dengan bantuan data

Untuk menguji hipotesis desain secara cepat, unmoderated usability test bekerja sangat efisien asalkan skenario dan skrip dibuat adaptif. NNGroup dan studi perbandingan moderasi menjelaskan bahwa testing remote baik moderasi maupun tanpa moderator bisa valid bila tugas dirancang jelas dan metrik dikombinasikan dengan rekaman perilaku.
Triknya adalah memakai alur tes yang beradaptasi berdasarkan jawaban peserta serta menyiapkan triase otomatis menggunakan analytics untuk mengelompokkan kegagalan menurut frekuensi dan severity. Misal bila lebih dari X persen peserta gagal pada langkah tertentu, otomatis dianggap high priority. Dengan kombinasi ini, tim bisa memfilter masalah kritis dari sekian banyak feedback tanpa perlu menonton semua rekaman satu per satu.
4. Gabungkan berbagai sumber data agar hasil lebih akurat

Satu metode riset saja sering menimbulkan bias metode. Triangulasi yaitu menggabungkan beberapa metode dan sumber data membuat temuan lebih dapat diandalkan. Penelitian tentang triangulasi menekankan bahwa mengombinasikan wawancara, observasi, dan data kuantitatif meningkatkan validitas hasil riset.
Cara yang bisa langsung dilakukan adalah menghubungkan hasil dari shadowing-lite dan diary study dengan data yang ada di analytics. Setelah itu, coba periksa masalahnya lewat tes cepat atau tree testing. Kalau data menunjukkan banyak pengguna keluar di halaman tertentu, cocokkan dengan catatan diary dan rekaman tes untuk melihat apakah masalahnya karena teks yang membingungkan, posisi tombol yang kurang pas, atau harapan pengguna yang berbeda.
5. Ajak pengguna ikut merancang lewat co-creation dan cultural probes

Orang sering lupa bahwa pengguna tidak hanya sumber data tapi juga sumber ide. Pendekatan participatory design termasuk co-creation workshop dan cultural probes memungkinkan pengguna berkontribusi langsung pada bentuk solusi. Teknik cultural probes yang dikembangkan dalam HCI membantu menggali nilai dan konteks emosional pengguna sehingga ide desain jadi lebih relevan.
Praktiknya adalah membuat sesi co-creation singkat dengan prototipe kertas lalu melengkapi dengan probes sederhana seperti kartu aktivitas, foto tugas sehari-hari, atau tugas foto singkat yang dikembalikan ke tim. Hasilnya bukan hanya masukan pada fitur saja tetapi juga pemahaman baru tentang bagaimana produk seharusnya berinteraksi dengan rutinitas pengguna. Ketika tim membawa pengguna ke meja desain, risiko salah kaprah berkurang drastis.
Riset pengguna yang tepat sasaran bukan soal metode yang paling mahal melainkan soal kombinasi yang saling melengkapi dan mudah dijalankan. Mulai dari observasi konteks, tangkapan pengalaman panjang lewat diary, pengujian cepat yang terukur, triangulasi data, hingga keterlibatan pengguna dalam mencipta solusi membentuk alur yang logis dan efektif.
Referensi:


















