4 Penyebab Anak Mengalami Penurunan Akademik, Orangtua Wajib Tahu

Penurunan prestasi akademik pada anak ternyata bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah yang memang perlu diketahui dan juga diperhatikan oleh orangtua dan juga guru. Jika anak sebelumnya berprestasi, namun tiba-tiba mengalami penurunan nilai dan juga kesulitan dalam memahami pelajaran, maka bisa jadi ada faktor lain yang menyebabkan perubahan tersebut.
Orangtua tentunya wajib mengetahui penyebab penurunan akademik pada anak agar nantinya dapat mencari solusi yang tepat dan juga memberikan dukungan secara penuh, sehingga anak bisa bangkit kembali seperti sebelumnya. Namun, ada beberapa penyebab utama berikut ini yang sering menjadi latar belakang mengapa anak sampai mengalami penurunan akademik.
1. Mengalami stres atau tekanan berlebih

Nyatanya bukan hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami risiko stres berlebih, namun anak-anak juga bisa mengalami hal serupa. Ternyata anak yang mengalami risiko stres berlebih bisa terjadi akibat tekanan akademik, terutama jika mereka dituntut untuk selalu meraih nilai tinggi atau mencapai target tertentu oleh orangtua atau gurunya.
Tekanan yang didapat anak secara terus menerus bisa membuat mereka merasa kewalahan dan pada akhirnya kehilangan minat untuk belajar. Jika dibiarkan, stres berlebih tersebut dapat mengganggu konsentrasi dan juga kemampuan anak dalam memahami pelajaran. Penting bagi orangtua untuk bisa mengurangi ekspektasi yang terlalu tinggi dan berusaha memberikan dukungan emosional agar bisa membantu anak tetap merasa lebih nyaman dalam belajar.
2. Kurang tidur atau pola hidup yang tidak sehat

Kurang tidur atau pola hidup yang tidak sehat ternyata bisa menjadi beberapa faktor yang menurunkan prestasi akademik anak. Selain itu, anak yang mengalami kurangnya asupan gizi atau pun jarang berolahraga, maka akan sangat memengaruhi kemampuan kognitif secara keseluruhan, sehingga orangtua perlu memahami hal yang satu ini.
Anak yang kurang tidur atau tidak mendapatkan nutrisi cukup, maka akan lebih sulit untuk berkonsentrasi dan juga mudah mengalami kelelahan. Pola hidup yang sehat, termasuk tidur dengan cukup dan makan makanan bergizi menjadi aspek yang penting untuk menjaga energi dan juga fokus anak dalam belajar sehari-hari.
3. Kesulitan dalam mata pelajaran tertentu

Anak mungkin sering kali mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu dan hal ini bisa memengaruhi keseluruhan prestasi akademik yang mungkin diperolehnya di sekolah. Orangtua tentunya harus memahami pada mata pelajaran apa saja yang membuat anak merasa kesulitan agar nantinya dapat menemukan solusi yang terbaik dan tidak berdampak pada mata pelajaran lainnya.
Pada saat anak merasa kesulitan, maka mereka akan cenderung kehilangan motivasi untuk belajar dan pada akhirnya mudah merasa frustrasi. Penting bagi orangtua dan guru untuk membentuk anak dalam mata pelajaran yang dirasa sulit, entah itu melalui les tambahan atau bimbingan khusus, sehingga anak pun akan tumbuh menjadi lebih percaya diri dan juga termotivasi untuk belajar.
4. Masalah sosial atau emosional

Masalah sosial atau emosional, seperti konflik dengan teman, bullying, atau masalah di rumah ternyata bisa mengakibatkan dampak yang cukup besar pada semangat dan juga konsentrasi belajar anak. Anak-anak yang menghadapi masalah emosional biasanya akan lebih sering merasa cemas tidak tenang atau bahkan enggan untuk pergi ke sekolah sekali pun.
Tentunya, orangtua harus peka apabila anak sampai menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan atau perubahan emosi secara drastis. Penting sekali untuk terus memberikan dukungan dan membantunya dalam mengatasi masalah tersebut agar tidak sampai terus menerus mengalami penurunan prestasi akademik.
Penurunan akademik pada anak untuk menjadi sinyal yang tidak boleh diabaikan oleh orangtua, sebab bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih mendalam. Orangtua perlu mencari tahu faktor penyebab yang membuat anak mengalami perubahan akademik agar nantinya dapat mencari solusi yang terbaik dan juga memberikan dukungan yang tepat. Coba komunikasikan dengan anak dan juga guru untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar.