5 Macam Gaya Parenting dan Parenting Mana yang Paling Baik?

Dalam membesarkan anak, pola asuh yang diterapkan orangtua memainkan peran penting dalam perkembangan mereka. Setiap orangtua memiliki pendekatan berbeda dalam mendidik anak, yang sering kali dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman pribadi, dan nilai-nilai yang diyakini. Di antara berbagai gaya parenting, ada yang lebih efektif dalam membentuk karakter dan keterampilan sosial anak.
Di sini akan membahas lima gaya parenting yang umum ditemukan, mulai dari yang paling disiplin hingga yang lebih permisif (lebih terbuka). Dengan memahami masing-masing gaya, orangtua dapat menentukan pola asuh yang paling sesuai. Tidak hanya itu, pengetahuan ini juga dapat membantu meningkatkan hubungan antara orangtua dan anak. Temukan cara terbaik untuk mendukung pertumbuhan anak dengan menyimak artikel ini.
1. Authoritarian parenting

Authoritarian parenting adalah gaya parenting yang kaku dan menekankan kedisiplinan yang tinggi pada anak. Orangtua cenderung tidak menjelaskan banyak hal atau alasan mereka melarang sesuatu. Anak-anak pun merasa bingung, tertekan, dan kurang bebas. Pada parenting ini, orangtua kurang memiliki pendekatan emosional dengan anak. Hasil dari parenting ini anak lebih patuh dan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Meski begitu, authoritarian parenting memiliki dampak negatif yang tinggi pula. Dari segi mental, anak bisa stres karena tekanan dari orangtua dan sulit mengambil keputusan. Di saat anak-anak seusianya aktif belajar banyak hal, mereka akan sulit bergaul. Lebih buruknya adalah anak yang terlihat patuh di depan, tetapi di luar bisa memberontak, atau bahkan lebih buruk dari yang kita bayangkan. Mereka menjadi tidak jujur.
2. Permissive parenting

Gaya parenting permissive memiliki pola asuh yang santai, dengan memberi sedikit batasan. Mereka lebih bersikap sebagai teman daripada sebagai otoritas. Parenting ini dapat membuat anak nyaman dan lebih terbuka dengan orangtua, tanpa takut dihakimi. Anak-anak dalam pola asuh ini sering kali lebih kreatif dan bebas berpikir. Dengan cinta dan kasih sayang orangtua yang utuh, perkembangan anak menjadi lebih seimbang.
Pola asuh ini juga memiliki dampak negatif, seperti anak akan bingung mengenai batasan, disiplin, dan tanggung jawab. Mereka akan sulit mengatur waktu dan menghadapi konsekuensi serta tekanan dari luar. Anak-anak dalam pola asuh ini juga tidak terlalu kompetitif dan cenderung santai. Permissive parenting bagus diterapkan saat anak memasuki usia remaja, agar mereka dapat melatih keseimbangan.
3. Neglectful parenting

Neglectful parenting ditandai dengan kurangnya keterlibatan emosional dan fisik dari orangtua. Mereka tidak dapat memberikan perhatian cukup terhadap kebutuhan anak, baik secara fisik maupun emosional. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, bisa jadi sibuk bekerja atau masalah pribadi. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orangtua akan merasa terabaikan dan kurang memiliki dukungan.
Dampak negatifnya adalah mereka akan merasa rendah diri dan kurang memiliki keterampilan sosial. Dalam beberapa kasus, anak mungkin akan mencari perhatian di luar rumah dengan cara yang salah. Kurangnya pendekatan emosional dan fisik juga menyebabkan masalah pada perilaku dan prestasi akademis yang rendah. Ini merupakan salah satu gaya pengasuhan yang paling berisiko.
4. Tiger parenting

Tiger parenting adalah pola asuh yang menekankan pada disiplin yang ketat dan harapan tinggi dari orang tua. Orang tua sering kali mendorong anak untuk meraih prestasi akademik dan keterampilan tertentu, seperti musik atau olahraga. Pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan yang kompetitif. Meski hasil yang didapat akan luar biasa, tetapi dampaknya pada kesehatan mental pun cukup besar.
Dalam beberapa kasus, anak-anak akan merasa tidak cukup baik jika mereka tidak berhasil memenuhi ekspektasi orang tua. Komunikasi yang terbatas, sering kali membuat mereka tidak memiliki kebebasan untuk membuat keputusan sendiri. Di sisi lain, anak-anak dari keluarga dengan tiger parenting seringkali memiliki etika kerja yang kuat. Inilah yang membebani mereka.
5. Authoritative parenting

Authoritative parenting, pengasuhan yang dianggap paling seimbang. Orang tua memberikan batasan yang jelas dan konsisten, tetapi juga terbuka dalam berkomunikasi. Orang tua mendengarkan pendapat dan memberi penjelasan pada anak dengan baik. Pola asuh ini mengedepankan kasih sayang dan dukungan, serta mendorong kemandirian anak. Hasilnya, anak lebih percaya diri dan memiliki keterampilan sosial yang baik.
Pendekatan orang tua secara emosional akan fisik menunjukkan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Mereka akan lebih mampu mengatasi stres dan menghadapi tantangan. Penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak dengan orang tua yang bersikap authoritative cenderung memiliki prestasi akademis yang baik. Gaya pengasuhan ini yang diakui secara luas sebagai salah satu yang paling efektif.
Penting untuk mencari tahu keseimbangan antara disiplin dan dukungan emosional, agar anak merasa aman dan dihargai. Mengadaptasi gaya pengasuhan sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak bisa meningkatkan hubungan dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang. Selalu ingat, pengasuhan adalah proses panjang dan dinamis. Untuk itu hubungan orang tua dan anak harus selalu terjalin agar dapat saling memahami.
Dengan memahami ini, orang tua dapat lebih sadar akan dampak dari setiap pendekatan terhadap anak mereka. Lingkungan yang positif dan suportif mempengaruhi cara berpikir dan emosional anak. Jadi, akan sangat baik jika anak lebih didengar dan diberikan ruang untuk bisa memilih hal yang mereka inginkan, tetapi tetap dalam pengawasan. Mari terus belajar menjadi orang tua yang baik, demi masa depan yang lebih cerah.