Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengajarkan Nilai Kejujuran pada Anak Sesuai Usia Mereka

ilustrasi ibu mengajarkan kejujuran pada anaknya (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi ibu mengajarkan kejujuran pada anaknya (pexels.com/Ron Lach)

Mengajarkan anak tentang nilai kejujuran menjadi hal penting yang patut dilakukan sebagai orangtua. Dikutip Parents, penelitian menunjukkan, anak-anak mulai berbohong pada usia 2 tahun. Menariknya, frekuensi kebohongan dapat meningkat seiring dengan keterampilan kognitif mereka yang semakin berkembang.

Meskipun berbohong merupakan sifat alami yang dimiliki oleh setiap manusia, tapi bukan berarti perilaku tersebut dapat diabaikan. Bagaimanapun, berbohong merupakan salah satu sifat tidak terpuji yang bisa memberi dampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain.

“Orangtua harus mengajarkan anak tentang kejujuran. Saat kamu melihat anak kamu berbohong, pandang itu sebagai kesempatan untuk membicarakan mengapa kejujuran begitu penting,” kata Joseph Di Prisco, Ph.D., salah satu penulis ‘Right From Wrong: Instilling a Sense of Integrity in Your Child’, dikutip Parents.

Masih mengutip laman yang sama, Victoria Talwar, PhD, selaku profesor di Departemen Psikologi Pendidikan dan Konseling di McGill University di Montreal, menambahkan, mengajari anak-anak tentang kejujuran sejak dini akan membantu mereka menyelesaikan situasi dengan baik tanpa perlu bergantung pada kebohongan. Lantas, bagaimana cara mengajarkan nilai kejujuran pada anak sesuai usia mereka? Berikut ulasannya.

1.Mengajari nilai kejujuran pada anak usia 2 tahun

ilustrasi ibu dan anak di dapur (pexels.com/PNW Production)
ilustrasi ibu dan anak di dapur (pexels.com/PNW Production)

Dikutip Huckleberrycare, seorang konsultan tidur anak bersertifikat, Camila Martelo, menuliskan bahwa anak-anak mulai berbohong pada usia 2 tahun. Kendati demikian, pada usia ini, kebohongan yang mereka lakukan bukan atas dasar niat jahat.

Bagi anak usia 2 tahun, batas antara kejujuran dan ketidakjujuran sangatlah kabur. Mereka belum dapat memahami konsep kebenaran dan belum mengerti apa itu berbohong. Sehingga, saat balita berbohong, yang mereka lakukan hanyalah menghilangkan perilaku mereka agar orangtua tidak marah.

Ada cara untuk mengajari nilai kejujuran pada anak usia 2 tahun, salah satunya menghindari bertanya ketika kamu sudah mengetahui jawabannya. Mengutip Babycenter, seorang terapis keluarga, Jerry L. Wykoff, mengatakan, ketika kamu menemukan coretan berwarna biru di dinding ruang tamu misalnya, kamu mungkin tergoda untuk bertanya pada anak ‘Apakah kamu yang melakukan itu?’. Anak mungkin akan menjawab ‘tidak’, bahkan ketika ia masih memegang krayon di tangannya.

Untuk itu, bersikaplah lembut dengan menyatakan fakta, kemudian tindak lanjuti dengan kalimat sederhana yang dapat membantu memperkuat mengapa kejujuran itu penting, seperti ‘Lihatlah, tanganmu penuh dengan warna biru. Lain kali, tolong beri tahu ibu jika kamu ingin menggambar agar ibu bisa siapkan buku gambar.’

2.Mengajari nilai kejujuran pada anak usia 3 dan 4 tahun

ilustrasi kebersamaan ibu dan anak (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi kebersamaan ibu dan anak (pexels.com/Ron Lach)

Hampir sama dengan poin sebelumnya, anak-anak usia 3 dan 4 tahun masih belum memahami apa itu berbohong. Menurut psikolog klinis Richard Gallagher, Ph.D., anak-anak usia itu memiliki imajinasi yang kuat, sehingga mereka suka mengarang cerita sebagai bentuk ekspresi imajinasi mereka yang kaya.

“Secara perkembangan, mereka belum cukup dewasa untuk menyadari bahwa sesuatu itu tidak benar hanya karena mereka menginginkannya,” ujar Dr. Gallagher, dikutip Parents. “Mereka tidak sengaja memutarbalikkan kebenaran. Mereka suka membesar-besarkan dan mengarang cerita sebagai bentuk ekspresi imajinasi mereka yang kaya, bukan kebohongan,” imbuhnya.

Untuk membantu mengajari anak usia 3 dan 4 tahun tentang kejujuran, Jane Kostelc, spesialis perkembangan anak di St. Louis, dikutip Parents, merekomendasikan agar orangtua tidak bereaksi secara berlebihan dalam merespons kebohongan anak, apalagi langsung melabelinya sebagai pembohong. Mengajarkan kejujuran dengan marah-marah bukanlah cara yang tepat.

Itu hanya akan membuat anak bersikap defensif dan malah memicu keinginan untuk terus berbohong demi menghindari hukuman. Sebaliknya, hadapi kebohongan anak dengan sikap tenang dan bantu mereka untuk mengatasi masalahnya.

3.Mengajari nilai kejujuran pada anak usia 5-7 tahun

ilustrasi ibu mengajari anaknya mengambar (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi ibu mengajari anaknya mengambar (pexels.com/Ron Lach)

Biasanya, pada usia tahun-tahun pertama sekolah, yaitu 5-7 tahun, anak berbohong bukan hanya untuk menghindari tanggung jawab dan hukuman, melainkan juga demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya, bermain atau menonton acara TV kesukannnya yang tayang di waktu malam.

Supaya anak berhenti berbohong, ada baiknya bila kamu mencari tahu terlebih dahulu alasan mereka berbohong. Kamu juga bisa melakukan introspeksi diri dengan bertanya pada diri sendiri, apakah ekspektasimu sebagai orangtua terlalu tinggi atau gaya disiplin kamu terlalu keras, sehingga mereka berbohong untuk menghindari kesalahan?

Oleh karenanya, luangkan lebih banyak waktu bersama anak. Pahami rasa takut dan malu yang mereka rasakan saat berbuat salah. Selanjutnya, beri pemahaman bahwa orang dewasa pun pernah melakukan kesalahan dan berbohong, tetapi mengakui kesalahan tersebut, meskipun tidak menyenangkan, jauh lebih baik daripada menutupinya.

4.Mengajari nilai kejujuran pada anak usia 8 tahun

ilustrasi ibu mengajari anak-anaknya (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi ibu mengajari anak-anaknya (pexels.com/Alena Darmel)

Pada usia 8 tahun, anak-anak dapat melakukan kebohongan dengan sengaja. Belum lagi, teman sebaya dan kedudukan sosial menjadi hal yang sangat penting bagi mereka, sehingga tak heran jika tujuan mereka berbohong, salah satunya adalah untuk membuat teman-temannya terkesan.

Oleh sebab itu, untuk mengajarkan kejujuran pada anak usia 8 tahun, menciptakan ruang yang aman dan nyaman di lingkungan keluarga sangatlah penting supaya mereka mau bercerita secara terbuka kepada orangtuanya. Di samping itu, Dr. Di Prisco, mengatakan, bila kamu mendengar anakmu membicarakan tentang sesuatu yang tidak pernah terjadi kepada teman-temannya, jangan mempermalukan mereka di hadapan teman-temannya.

Sebaliknya, kamu bisa berbicara empat mata bersama anak setelah teman-temannya pergi bahwa apa yang dilakukan itu bukanlah sesuatu yang baik. Jelaskan bahwa tidak perlu berbohong untuk membuat teman-temannya terkesan. Berikan pemahaman kalau teman yang baik akan mau berteman dengan orang lain apa adanya.

5.Mengajari nilai kejujuran pada remaja usia 9-12 tahun

ilustrasi belajar (pexels.com/Cottonbro Studio)
ilustrasi belajar (pexels.com/Cottonbro Studio)

Memasuki usia remaja, anak menjadi lebih peka terhadap tindakan yang mereka lakukan dan paham apa itu berbohong. Hati nurani mereka semakin kuat, sehingga mereka mungkin merasakan perasaan bersalah yang dalam setelah berbohong.

Oleh karena itu, pembicaraan yang terbuka dan detail mengenai kejujuran sangatlah diperlukan. Beri pemahaman pada anak bahwa kejujuran harus dibiasakan, meskipun terkadang dapat mendatangkan kekecewaan di awal. Di samping itu, anak pada usia ini sudah mempunyai masalah pribadi dalam hidupnya, sehingga peran orangtua sangat penting sebagai pendengar yang baik.

“Anak-anak yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtua mereka, di mana mereka merasa nyaman untuk berbicara dan mengungkapkan isi hati, lebih mungkin untuk mengatakan sesuatu secara jujur,” ujar Dr. Talwar.

Dalam upaya mendidik anak agar menjadi pribadi yang jujur, orangtua perlu memahami bahwa mengajarkan nilai-nilai kejujuran pada setiap anak tidaklah sama. Hal ini karena kebohongan yang dilakukan oleh anak dapat terjadi secara berbeda, tergantung usia mereka. Oleh sebab itu, sangat penting mengajari anak tentang nilai kejujuran sesuai usianya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvi Ayuning
EditorDelvi Ayuning
Follow Us