5 Tanda Kamu Oversharing Masalah, Gak Berguna dan Bahaya

Oversharing masalah berarti kamu berlebihan dalam mencurahkan isi hatimu tentang suatu persoalan. Kalau sekadar curhat bisa membuatmu merasa lebih lega, oversharing masalah bikin dirimu seperti tak bisa berhenti bercerita dan makin stres.
Apalagi kalau tanggapan orang lain di luar ekspektasi, kamu dapat kesal padanya. Sebaliknya, lawan bicaramu juga capek mendengarkan ceritamu. Lebih jelasnya, inilah lima tanda dirimu telah terjebak dalam kebiasaan oversharing problem pribadi.
1. Tidak selektif dalam memilih teman curhat

Tidak semua orang tepat menjadi tempat curhatmu. Kamu tahu bahwa begitu banyak orang gak mudah menyimpan rahasia. Bila dirimu asal curhat pada siapa saja, kamu juga yang berpotensi merugi.
Kebutuhan terbesarmu hanyalah didengarkan oleh sebanyak mungkin orang. Padahal, orang yang paling semangat menerima curhatanmu biasanya sekadar kepo. Bukan sungguh-sungguh peduli dan mau membantu.
2. Mengunggah terlalu banyak status tentang persoalanmu

Media sosial juga bisa menjadi tempat curhat. Kamu akan mendapatkan dukungan dari sebagian teman di dunia maya. Curhatmu belum tergolong oversharing masalah kalau cuma 1 atau 2 unggahan.
Namun bila dalam sehari kamu berkali-kali membuat status tentang masalah itu bahkan sampai berhari-hari kemudian, ini sudah oversharing. Tambah parah jika kamu melakukannya dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Wajar kalau orang menilai dirimu caper melalui cerita masalah itu.
3. Gak fokus ke solusi dan berkutat di unek-unekmu saja

Menceritakan masalah pada orang lain dapat membantumu memperoleh ketenangan. Dengan begitu, kamu siap masuk ke fase berikutnya yaitu mencari solusi. Namun, bagaimana bila dirimu tak kunjung sampai ke titik ini?
Kamu justru terus berputar-putar terkait perasaanmu. Apabila kamu merasa kesal, sedih, atau membenci suatu situasi; seharusnya dirimu cepat-cepat berusaha membebaskan diri. Bukan seolah-olah terlalu menikmati penderitaan itu dan nyaman saat memperoleh validasi dari orang lain.
4. Simpati orang lain berubah menjadi ketidakpedulian

Kalau kamu tak mau dianggap oversharing masalah, perhatikan setiap perubahan sikap orang-orang di sekitarmu. Mereka yang sudah bosan dengan ceritamu yang itu-itu saja pasti akan mulai bersikap cuek bahkan menjaga jarak.
Meski dulu mereka amat bersimpati padamu, sekarang tidak lagi. Apa pun yang kamu katakan tentang masalah itu tak lagi mendapatkan tanggapan yang memadai dari orang lain. Mereka bosan dan gak mau suasana hatinya memburuk akibat dipaksa ikut memikirkan masalahmu.
5. Bocornya hal-hal yang seharusnya dirahasiakan

Bukan orang lain yang mengorek rahasiamu dan menyebarkannya. Kamulah yang gak mampu menahan diri dari memberitahukan segalanya pada orang lain. Misalnya, identitas semua orang yang terlibat dalam masalahmu disebut dengan jelas.
Padahal, ceritamu tentang mereka juga tak lebih dari versimu. Itu bisa sangat berbeda dari versi mereka. Bila mereka tahu, mereka pasti tidak terima dan timbul masalah baru.
Berlebihan dalam menceritakan persoalan dalam hidupmu tak membuatnya lebih cepat beres. Ceritakan secukupnya saja dan pastikan teman curhatmu adalah orang yang bisa dipercaya. Masalah pribadi bukan buat diumbar.