Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Mempersulit Datangnya Rezeki, Jarang Kamu Sadari

Ilustrasi perempuan memegang kepala
Ilustrasi perempuan memegang kepala (pexels.com/Mikael Blomkvist)
Intinya sih...
  • Jangan alergi terhadap hal gratis, bisa jadi pintu menuju relasi dan pengalaman berharga.
  • Menabung tanpa tujuan yang jelas hanya akan membuat uang tergerus inflasi dan tidak memberikan nilai tambah.
  • Bedakan antara hemat dan pelit, jangan terlalu menjaga image "gak butuh uang" agar rezeki tidak terlewatkan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rezeki bisa muncul lewat banyak cara dan dalam berbagai bentuk. Ada yang berupa uang, kesempatan kerja, pertemuan dengan orang baru, sampai ide yang membawa keuntungan. Tak jarang seseorang merasa rejekinya seret di saat banyak peluang tersedia. Mereka sulit melihat kesempatan yang ada di depan mata karena terlalu sibuk mementingkan rasa gengsi, kebiasaan menunda, sampai ketakutan berlebihan untuk sedikit berkorban. Kalau kamu merasa peluang sering terlewat, bisa jadi ada perilakumu yang diam-diam membuat jalannya tersendat.

Pembahasan tentang rejeki memang terbilang tricky. Sudah ada yang mengatur, tapi gak ada yang tau pasti jumlahnya. Perlu untuk diusahakan, tapi juga harus tau kapan waktunya berhenti dan bersyukur. Datangnya rezeki sering dianggap misteri. Tapi sebenarnya, ada beberapa kebiasaan yang bisa mempersulit datangnya rezeki ke hidupmu. Berikut lima di antaranya yang mungkin tidak sadar kamu lakukan.

1. Alergi sama sesuatu yang gratisan

Ilustrasi menerima pesanan makanan
Ilustrasi menerima pesanan makanan (unsplash.com/JESHOOTS.COM)

Dikasih free sample yang terpercaya untuk dipakai? Terima aja. Diberi tawaran review tempat makan dengan bayaran kupon makan gratis? Cobain aja. In this economy, makan gengsi benar-benar gak akan bikin perut kenyang. Jangan langsung menolak sesuatu hanya karena labelnya “gratis”. Seolah itu adalah hal murahan, gak berkualitas, atau khusus diperuntukkan bagi mereka yang gak mampu beli.

Ada slogan yang bilang, "selain donatur dilarang ngatur". Biarkan orang lain berkata apa, yang terpenting kamu gak sedang melakukan kejahatan atau merugikan orang lain. Memalukan atau tidak, sering kali hanya perihal sudut pandang. Sesuatu yang gratis bisa jadi sangat berharga, tergantung cara kamu menilainya. Bahkan Siapa tau itu adalah pintu awal menuju relasi, pengalaman, atau kepercayaan. Rasa gengsi sering bikin kamu merasa harus selalu mandiri dan terlihat "sukses dari nol". Padahal rezeki bisa datang lewat tangan orang lain.

2. Menabung tanpa strategi yang jelas

Ilustrasi memegang uang
Ilustrasi memegang uang (pexels.com/Kaboompics.com)

Menabung identik dengan kebiasaan baik. Kamu dianggap bisa mengatur keuangan dengan bijaksana ketika berhasil menyisihkan sebagian dari penghasilan. Rasanya aman melihat saldo bertambah tanpa menyadari kalau nilainya terus tergerus inflasi. Tanpa tujuan yang jelas, tabungan hanya diam di rekening. Seperti membuka keran air tanpa menaruh wadah di bawahnya. Uang yang dibiarkan begitu saja ibarat kendaraan yang diparkir permanen. Terlihat rapi namun sia-sia karena gak pernah dimanfaatkan atau bisa memberikan value tambahan untuk pemiliknya. 

Lebih dari sekadar menyimpan, menabung perlu diarahkan pada tujuan yang terarah. Semisal menyesuaikan piramida keuangan yang terdiri dari dana darurat sebagai dasar, lalu protensi atau asuransi, kemudian terakhir investasi. Menentukan prioritas, tujuan, dan target tabungan penting untuk mencapai kestabilan keuangan jangka panjang. Jangan sampai menabung susah-susah hanya untuk tiba-tiba habis dalam sekejap mata.  

3. Gak bisa bedain antara 'hemat' dan 'pelit' ke diri sendiri

Ilustrasi membeli pakaian
Ilustrasi membeli pakaian (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada garis tipis antara hemat dan pelit. Kamu merasa sedang mengatur keuangan, padahal sebernanya terlalu berlebihan sampai menghambat diri berkembang. Upgrade alat kerja gak buang-buang uang saat benar-benar dibutuhkan. Bayar kursus bukan tindakan boros karena gak semua hal bisa dipelajari otodidak. Self-reward yang masuk akal juga tetap dilakukan biar gak gila karena kerja tanpa penghargaan.

Rejeki masing-masih orang, kan, sudah diatur porsinya. Jadi percaya atau tidak, uang yang harusnya dikeluarkan akan tetap hilang meskipun susah payah kamu tahan. Kamu gak pernah tau dari mana datangnya rejeki itu. Investasi yang terus kamu tunda itu bisa jadi lompatan besar buat hidup kamu.

4. Terlalu menjaga image "gak butuh uang"

Ilustrasi bertukar barang
Ilustrasi bertukar barang (pexels.com/RDNE Stock project)

Kamu ingin dilihat sebagai orang yang idealis, penuh passion, dan pantang kerja hanya demi uang. Tapi kenyataannya, kamu juga manusia yang punya kebutuhan. Terlalu jaga image kayak gini bisa bikin kamu nolak banyak rezeki secara gak sadar. Takut nawar harga, gak enak ngasih rate, atau merasa gak nyaman setiap perlu bicara soal uang.

Rezeki itu bukan cuma soal keberuntungan, tapi juga tentang keberanian untuk mengaku bahwa kamu butuh. Kalau hanya sibuk terlihat baik dan ikhlas saat aslinya duit mepet, rezeki juga bingung harus datang atau tidak. Gak ada salahnya untuk dibayar layak. Gak masalah untuk membuat perjanjian yang sama-sama menguntungkan. Justru itu adalah bentuk penghargaan atas waktu dan usaha kamu.

5. Sering mengabaikan hal yang sebenarnya kamu tahu perlu untuk dilakukan

Ilustrasi stres keuangan
Ilustrasi stres keuangan (pexels.com/Anna Tarazevich)

Menyalahkan keadaan sering kali terasa lebih mudah dibanding menyalahkan diri sendiri. Kamu sebenarnya tahu apa yang harus dilakukan, tapi gak mau untuk menghadapinya. Entah harus kirim email follow-up, harus posting portfolio, harus bangun pagi, atau harus belajar hal baru. Semua itu jelas lah penting, cuma rasanya lebih nyaman untuk ditunda atau mengerjakan sesuatu lainnya. Rezeki datang ke orang yang benar-benar siap menyambutnya, bukan yang sibuk cari pelarian.

Rezeki gak selalu tentang kerja lebih keras. Kadang, kamu cuma perlu berhenti mempersulitnya datang. Coba untuk lebih terbuka menerima bantuan, berani jujur soal kebutuhan, dan disiplin menyelesaikan hal-hal kecil yang sering kamu abaikan. Rezeki butuh ruang untuk masuk. Kalau kamu terlalu sering menutup pintunya dengan gengsi, takut, atau ragu, yang ada justru semakin jauh

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Ini Sisi Romantismu dari Pilihan Scene Drama Korea

10 Sep 2025, 21:23 WIBLife