Usung Konsep Circular Economy, P&G Kampanye Conscious Living

Sampah masih menjadi permasalahan yang serius, khususnya sampah plastik. Partikel yang sulit terurai membuat sampah ini memerlukan penanganan khusus untuk mengatasinya. Belum lagi semakin sedikitnya lahan yang bisa digunakan sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir), membuat isu ini harus segera diselesaikan bersama.
Dengan adanya fenomena ini, P&G Indonesia meluncurkan kampanye Conscious Living, dan menggandeng Dinas ingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, serta Octopus untuk bekerja sama.
Dalam P&G Conscious Living by Octopus Program Launch yang dilakukan secara virtual pada Selasa (05/10/2021) kemarin, P&G Indonesia mengajak seluruh masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah domestik di rumah. Berikut ini penjelasannya.
1. Kesadaran membuang dan memilah sampah di masyarakat masih rendah

Dr. Ir. Prima Mayaningtyas, selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, menjelaskan bahwa sampai hari ini, produksi sampah rumah tangga di Jawa Barat setiap harinya mencapai lebih dari 24.000 ton per hari, dengan 60% sampah berupa sampah organik dan 40% adalah sampah anorganik.
Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, atau bahkan membuang sampah pada tempatnya membuat diperlukan upaya khusus untuk menanggulangi masalah ini.
"Di era digital ini, teknologi berbasis aplikasi digital untuk menguatkan sistem manajemen pengolahan sampah sangat diperlukan, sekaligus untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik," ujar Prima.
2. Kampanye ini merupakan upaya mencegah sampah sampai ke TPA

P&G sebagai perusahaan Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) yang melayani konsumen melalui produk berkemasan sachet atau plastik multilayer dan HDPE, menyadari dampak lingkungan serius yang ditimbulkan dari produk-produknya.
"Multilayer ini dibuat dari lapisan tipis yang terdiri dari plastik, aluminium, dan kertas yang dilaminasi dan sulit dipisahkan, karena masing-masing lapisan memiliki titik leleh yang berbeda jika ingin dihancurkan atau diolah menjadi material lain," jelas Asrini Suhita, selaku Sales Senior Director & Sustainabiity Leader P&G Indonesia.
Conscious Living ini merupakan program kelola sampah sachet atau plastik multilayer dan HDPE di Indonesia, dalam upaya mengurangi dampak lingkungan, dan merupakan bentuk dukungan terhadap program pemerintah Jawa Barat dalam merencanakan kota Bandung yang bebas TPA di tahun 2023.
Prima menjelaskan, dengan jumlah sampah yang sangat besar, saat ini sangat sulit untuk mencari landfill. "Di Bandung saja kita mengolah sampah 2.000 ton per hari, Jawa Barat 24.000 ton perhari. Jadi bisa kita bayangkan bagaimana sulit sekarang mencari landfill sampah," ujar Prima.
3. Ada circular economy yang terjadi dalam conscious living

Asrini menjelaskan bahwa selain mengatasi permasalahan sampah, kampanye ini juga menjalankan konsep Circular Economy. Kampanye ini mengajak masyarakat untuk mengumpulkan dan memilah sampah domestik di rumah, untuk kemudian diambil dan dikirim ke pengepul dan bank sampah.
"Jadi skema ekonomi sirkular itu maksudnya semua orang yang menjadi pihak-pihak di jalur sampah itu akan mendapatkan keuntungan dari program ini. Yang pertama itu dari segi konsumen, konsumen yang memilah sampah lalu memanggil Octopus untuk sampahnya diambil oleh pelestari," jelas Asrini.
Konsumen yang mengirimkan sampah, akan mendapatkan keuntungan berupa poin insentif, yang kemudian dapat ditukarkan dengan pulsa atau voucher listrk.
"Selanjutnya adalah dari segi pelestari dan pengepul. Yang tadinya mungkin pendapatannya masih di bawah rata-rata UMR, dengan melakukan pengambilan sampah dan juga menjual sampah kepada pengepul, bisa mendapatkan tambahan pendapatan,: ujar Asrini.
4. Meningkatkan nilai sampah multilayer dan HDPE

Seperti disebutkan di awal, sampah plastik sachet atau multilayer dan HDPE merupakan jenis sampah yang sulit untuk diurai. Sampah ini menimbulkan permasalahan lingkungan yang serius, dan tidak memiliki nilai ekonomis bagi seluruh pihak di dalam jalur sampah.
"Dulu kalau dikasih ke pengepul gak ada nilainya gitu ya, sekarang dengan adanya program ini, maka sachet atau plastik multilayer dan juga HDPE ini jadi ada nilai ekonominya untuk menambah pendapatan dari pengepul," jelas Asrini.
Konsumen dan masyarakat umum juga akan merasakan manfaatnya. Hal ini karena sampah sachet atau multilayer dan juga HDPE ini akan diolah untuk menjadi pengganti energi batubara. Sehingga bisa berkontribusi juga untuk pembangunan dan akan dinikmati lagi oleh semuanya.
5. Kampanye ini akan terus berlangsung

Sebelumnya, LV Vaidyanathan, selaku President Director P&G Indonesia, menyampaikan bahwa P&G Indonesia telah berhasil melakukan pengurangan emisi karbon, dan menggunakan renewable energy pada tahun 2020.
Asrini juga menjelaskan bahwa kampanye ini merupakan program jangka panjang yang akan terus berlangsung dengan melakukan evaluasi berkala, untuk bisa dikembangkan. P&G sendiri memiliki target untuk bisa mengumpulkan memilah dan me-recycle 30 ton sampah selama satu tahun ke depan di Jawa Barat.
Demikian poin-poin penting dalam launching kampanye Conscious Living oleh P&G Indonesia. Dengan usaha bersama, semoga lebih banyak orang yang peduli dengan lingkungan dan semakin bijak dalam menghasilkan dan memilah sampah ya!