Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Strategi Kemendikbud untuk Tuntaskan Masalah Buta Aksara

Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri (IDN Times/Margith Juita Damanik)
Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Jakarta, IDN Times - Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri mengatakan masih ada enam provinsi di Indonesia yang perlu diberi perhatian khusus terkait dengan permasalahan buta huruf. Keenam provinsi tersebut adalah Papua, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.

"Tapi kita masih meninggalkan beberapa wilayah beberapa daerah yang perlu mendapat penekanan dalam buta aksara ini," kata Jumeri. 

Untuk itu, Kemendikbud menyiapkan empat langkah dalam mengatasi masalah buta aksara di Indonesia. Apa saja langkahnya?

1. Pemutakiran data buta aksara

Instagram.com/realgosoo
Instagram.com/realgosoo

Jumeri mengakui Kemendikbud memanfaatkan hasil pendataan secara nasional. Baik yang dilakukan oleh masyarakat, survei BPS dan sensus. "Penuntasan buta aksara dan sejenisnya adalah penting untuk kita lakukan," kata Jumeri.

Dengan hasil survei yang digunakan, Kemendikbud menentukan prioritas program bagi daerah-daerah yang membutuhkan. Program tertentu juga dikerahkan bagi kelompok-kelompok yang dianggap perlu menjadi yang paling diperhatikan terkait dengan buta aksara.

2. Strategi penuntasan lewat layanan program pendidikan keaksaraan

pexels.com/Burst
pexels.com/Burst

Demi memastikan langkah ini akan berlaku secara efektif, layanan program pendidikan keaksaraan difokuskan kepada daerah yang terdapat persentase buta aksara tertinggi.

"Kemendikbud melakukan program pemberatan buta aksara dengan sistem blok atau klaster," kata Jumeri. "Kita membuat klaster-klaster pada wilayah tertentu untuk bisa memberi effort atau ikhtiar yang lebih tinggi pada daerah tersebut sehingga penuntasan itu bisa semakin tinggi," sambung dia.

3. Pengembangan jejaring dan sinergitas

Pexels/Vincenzo Malagoli
Pexels/Vincenzo Malagoli

Langkah lainnya yang diambil Kemendikbud adalah pengembangan jejaring dan sinergi dalam upaya penuntasan buta aksara, termasuk didalamnya pemeliharan kemampuan keberaksaraan.

"Setelah warga kita itu melek aksara, tidak buta aksara lagi, maka perlu dijaga supaya mereka bisa mempertahankan dan bisa meningkatkan literasinya," kata Jumeri.

Jika tidak ada tindak lanjut kepada masyarakat yang sudah melek aksara, Jumeri meyakini masyarakat dapat kembali menjadi buta aksara. Menurutnya, perlu upaya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan baca mereka.

Salah satu langkah konkret yang diterapkan Kemendikbud adalah dengan kemitraan bersama sejumlah universitas dalam mengadakan KKN tematik khusus pemberantasan buta aksara dan dengan pihak-pihak lainnya.

4. Pengembangan program yang inovatif

Nur Rohim bersama anak didiknya di SMP Satap Lesten Gayo Lues, Aceh (Dok.Pribadi/Nur Rohim)
Nur Rohim bersama anak didiknya di SMP Satap Lesten Gayo Lues, Aceh (Dok.Pribadi/Nur Rohim)

"Langkah keempat, untuk mengimplementasikan layanan program diperlukan inovasi dalam layanan porgram secara daring, mempercepat akses," kata Jumeri. Dia menegaskan sekolah nonformal dan pendidikan masyarakat juga kini bisa didaringkan.

Inovasi dalam metode pembelajaran keaksaraan disebut Jumeri masih perlu penyesuaian. "Kita juga perlu mengubah paradigma pendidikan keaksaraan kita untuk bisa lebih berdaya guna, lebih berdaya efektif bagi penuntasan buta aksara kita," tutup Jumeri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Margith Juita Damanik
EditorMargith Juita Damanik
Follow Us