Anak Kena Gas Air Mata Imbas Bentrok Rempang Batam, Ini Kata KemenPPPA

Jakarta, IDN Times - Sejumlah siswa jadi korban gas air mata saat bentrokan terjadi antara warga dan aparat di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Bentrokan berlangsung setelah aparat memaksa masuk ke kampung adat untuk mengukur lahan, demi pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City, pada Kamis (7/9/2023) lalu.
Menanggapi hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengungkapkan, ada 11 anak yang dirawat di RSUD Kota Batam. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar mengatakan, kondisi mereka terus membaik.
“Kami prihatin dan terus memantau dampak dari kejadian tersebut serta berkoordinasi dengan Tim UPTD PPA Kota Batam, mengantisipasi dampak buruk bagi anak-anak. (Ada) 11 anak telah dirawat di RSUD Kota Batam dengan kondisi yang terus membaik, dan Tim UPTD PPA terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit,” kata Nahar kepada IDN Times, dikutip Sabtu (9/9/2023).
1. Akan ada asesmen dan pendampingan untuk anak korban

Dalam penanganan kondisi anak-anak yang terkena dampang konflik, Nahar mengatakan, upaya asesmen dan pendampingan akan dilakukan. Ini berlaku bagi anak-anak yang terdampak di lokasi bentrokan Rempang atau yang tengah dirawat di rumah sakit.
“Sampai situasi kondusif diharapkan proses belajar mengajar tetap dapat dilakukan untuk sementara secara daring. Semoga akar masalahnya dapat diselesaikan dengan baik, dan anak-anak tetap dapat dipenuhi hak kesehatan, belajar, dan berada dalam lingkungan yang aman dari segala bentuk kekerasan,” kata dia.
2. Perlu ada mekanisme dari kepolisian terkait potensi bentrok di dekat permukiman dan area pendidikan

Nahar berpendapat, terkait potensi bentrok di dekat permukiman dan area pendidikan, memang seharusnya ada mekanisme yang dilakukan aparat kepolisian. Seperti pemberitahuan dan koordinasi, guna meminimalisir risiko pada anak dan kelompok rentan.
“Kami yakin ada SOP-nya masing-masing dan benar-benar perlu memperhatikan kelompok masyarakat yang paling rentan terdampak, termasuk di dalamnya anak-anak,” kata dia.
3. Polri menyangkal ada banyak korban dalam bentrokan ini

Sementara itu, Polri mengatakan, tidak ada korban dalam bentrokan antara polisi dan masyarakat di Pulau Rempang. Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, menyangkal kabar mengenai banyaknya korban yang berjatuhan dalam peristiwa itu.
“Terkait dengan informasi-informasi yang berkembang yang menyampaikan adanya beberapa siswa pingsan, bahkan ada yang menyebutkan seorang bayi meninggal dunia, itu adalah tidak benar,” ujar Ramadhan kepada wartawan, Jumat (8/9/2023).
“Jadi tidak ada korban, saya ulangi, tidak ada korban dalam peristiwa kemarin,” kata dia.
Ramadhan mengatakan, bentrokan itu terjadi dalam rangka pengamanan kepolisian terhadap Badan Pengusahaan (BP) Batam yang hendak melakukan pengukuran dan mematok lahan. Namun, warga setempat tak memahami situasi itu.