Bivitri: Narasi Penghasutan Anak Sama Saja Melecehkan Generasi Muda

- Bivitri mengatakan, generasi muda saat ini memiliki pikiran yang merdeka. Maka hal ini lekat dengan pemikiran demokrasi.
- Bivitri menilai pola pemerintah yang membungkam kritik sebagai strategi lama. “Bahwa ini pertama memang playbooknya pemerintahan atau penyelenggara negara yang tidak mampu untuk memberikan solusi-solusi konkret untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warganya,” ujarnya.
- Dukungan aktivis jenguk empat tersangka yang diduga lakukan penghasutan
Jakarta, IDN Times - Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti mengatakan narasi penghasutan yang disematkan pada Direktur Lokataru Foundation Delpedro Marhaen, aktivis Syahdan Husein dari gerakan Gejayan Memanggil, mahasiswa Universitas Riau (Unri) dan pegiat media sosial, Khariq Anhar, serta staf Lokataru yakni Muzaffar Salim adalah bentuk pelecehan pada anak-anak.
Menurut Bivitri tudingan menghasut anak-anak SMA justru merendahkan otonomi mereka.
“Menghasut anak-anak SMA itu menurut saya juga sebenarnya seperti melecehkan otonomi dari anak-anak, seakan-akan mereka nggak punya pikiran sendiri kayak orang robot gitu ya, yang bisa kita pakai remote control, eh jalan ke sini, jalan ke situ,” ujarnya di Polda Metro Jaya, Rabu (10/9/2025).
1. Generasi muda saat ini adalah pemikir yang merdeka

Bivitri mengatakan, generasi muda saat ini memiliki pikiran yang merdeka. Maka hal ini lekat dengan pemikiran demokrasi.
"Kita merdeka aja kok, justru ketika ada upaya-upaya yang dilakukan oleh semua yang ada disini, itu sebenarnya lebih untuk memberikan pendampingan hukum, hal-hal kayak gitu. Semuanya melakukan disini, kenapa? Karena hari-hari ini pola untuk membungkam pengkritik sedang dilakukan," katanya.
2. Bentuk pembungkaman pengkritik

Bivitri menilai pola pemerintah yang membungkam kritik sebagai strategi lama.
“Bahwa ini pertama memang playbook-nya pemerintahan atau penyelenggara negara yang tidak mampu untuk memberikan solusi-solusi konkret untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warganya,” ujarnya.
Menurutnya, alih-alih menyelesaikan akar masalah, yang dibungkam justru para pengkritik. Dia mencontohkan kasus di Amerika Serikat di era Donald Trump, juga Nepal hingga Bangladesh.
“Ini semacam playbook itu yang saya bilang, resepnya biasanya memang seperti ini,” katanya.
Dia juga menyinggung tuduhan pada Lokataru Foundation yang adalah sebuah lembaga riset serta tak ada urusan dengan hal-hal yang sifatnya terorisme, makar, dan lain sebagainya yang dicoba di frame, menghasut anak-anak.
3. Dukungan aktivis jenguk empat tersangka yang diduga lakukan penghasutan

Dia turut hadir ke Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti Polda Metro Jaya. Dia bersama pegiat HAM serta aktivis dari berbagai lembaga sipil mendatangi empat tersangka yang diduga melakukan penghasutan pada anak saat aksi demo di Jakarta beberapa waktu lalu.
Mereka adalah Direktur Lokataru Foundation Delpedro Marhaen, aktivis Syahdan Husein dari gerakan Gejayan Memanggil, mahasiswa Universitas Riau (Unri) dan pegiat media sosial, Khariq Anhar, serta staf Lokataru yakni Muzaffar Salim.
Kunjungan solidaritas ke Polda Metro Jaya, Rabu (10/9/2025) ini bertajuk “Jenguk Kawan di Polda Metro Jaya".
Agenda meliputi pernyataan sikap, testimoni keluarga, serta penyerahan surat solidaritas sebagai penegasan penolakan kriminalisasi suara kritis. Sejumlah tokoh hadir sekitar pukul 12.30 WIB termasuk keluarga Delpedro.