Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BKPRMI soal Polemik Miftah: Masyarakat Sekarang Kritis

Ketua Dewan Penasihat DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Idrus Marham (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Intinya sih...
  • Ketua Dewan Penasihat DPP BKPRMI menyarankan pendakwah untuk menyesuaikan gaya berbicara dengan perkembangan zaman.
  • Pendakwah diingatkan agar konsisten pada hadis dan ayat Al-Qur'an dalam menyampaikan dakwah.
  • Idrus meminta evaluasi terhadap metode dakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman, namun menolak adanya sertifikasi bagi pendakwah.

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Penasihat DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Idrus Marham, mengomentari polemik gaya dakwah Miftah Maulana Habiburokhman.

Menurutnya, masyarakat saat ini sudah semakin kritis. Sehingga para pendakwah diimbau menyesuaikan gaya berbicaranya terhadap perkembangan zaman.

"Saya kira pemuda masjid tidak dalam posisi itu, tetapi tadi (soal dakwah Miftah), kami hanya memberikan salah satu contoh bahwa masyarakat sekarang ini sudah sangat kritis dan langsung merespons terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, termasuk misalkan metode-metode dakwah yang dilakukan oleh para dai," ucap Idrus usai menghadiri acara BKPRMI di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (6/12/2024).

1. Harus saling menghargai

potret Miftah (youtube.com/PCNU Magelang)

Idrus mengingatkan agar dakwah yang disampaikan konsisten pada hadis dan ayat di Al-Qur'an. 

"Di situ jelas bahwa baik dari sisi, cara strategi, ya betul-betul tetap harus mencerminkan ajaran ya bagaimana disitu ada saling menghargai. Bagaimana di situ betul-betul metodologi dakwah kita harus bisa ambil hikmah," tuturnya.

2. Evaluasi agar dakwah mengikut perkembangan

Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana saat mengikuti kegiatan retreat di Akmil, Magelang, Jawa Tengah. (IDN Times/Aditya Mustaqim)

Lebih lanjut, Idrus mengungkap, kasus yang menimpa Miftah jadi evaluasi dan pembelajaran bagi siapapun. Ia menyebut, dakwah harus mengikuti perkembangan zaman.

"Ini saya kira satu koreksi juga dan saya minta tadi supaya ini dipelajari metodologi dakwah yang selama ini yang dilaksanakan oleh siapapun, dan sebagai hasil evaluasi itu akan merumuskan ya metodologi dakwah yang sesuai dengan perkembangan yang ada," tegasnya.

3. Tak perlu ada sertifikasi pendakwah

Miftah Maulana Habiburrahman (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Meski begitu, Idrus berpandangan, tidak perlu adanya sertifikasi bagi para pendakwah. Jika pendakwa disertifikasi dikhawatirkan akan menimbulkan masalah sosial baru di tengah masyarakat.

"Jadi karena kalau kita dakwah itu bukan sekedar tugas formal, tetapi ada kesadaran, ada tanggung jawab, ada panggilan keagamaan," tutur Idrus.

Sebelumnya, Miftah mendapat berbagai kecaman karena mengejek seorang pedagang es teh. Ia dianggap telah menyakiti hati penjual es teh karena merendahkan di hadapan banyak orang ketika mengisi acara pengajian di Magelang, Jawa Tengah.

Miftah awalnya tampak sedang menyampaikan dakwah. Kemudian tampak penjual es berdiri sambil membawa dagangannya di antara jemaah yang hadir. Peserta majelis yang hadir pun meminta agar Miftah memborong dagangan tersebut.

Namun, Miftah dari atas panggung bertanya kepada pedagang soal dagangan es teh yang masih terlihat banyak itu. Ia lalu berbicara dengan pedagang es teh tersebut.

"Es teh mu sih ekeh (masih banyak) nggak?" tanya Miftah.

Ia kemudian melontarkan hinaan kepada pedagang es itu.

"Ya sana jual, go*l***," ujarnya sambil tertawa.

Miftah juga mengatakan, jika dagangannya tidak laku maka itu merupakan takdir pedagang.

"Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah takdir," ungkap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us