Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BNPB Buat Mitigasi Bencana Saat Momen Mudik Nataru

Sejumlah calon pemudik menunggu jadwal keberangkatan bus di Terminal Pondok Pinang, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (IDN Times/Herka Yanis)
Sejumlah calon pemudik menunggu jadwal keberangkatan bus di Terminal Pondok Pinang, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (IDN Times/Herka Yanis)

Jakarta, IDN Times - Jelang libur Natal 2023 dan Tahun baru 2024 (Nataru), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan sejumlah langkah antisipasi dan mitigasi bencana.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi basah ada koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota.

Arahan itu tertuang dalam melalui Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2023 tentang Imbauan Dalam Rangka Antisipasi Kejadian Bencana Pada Masa Libur Natal 2023 dan Tahun Baru Tahun 2024. Bencana hidrometeorologi basah diprediksi akan terjadi hingga Februari 2024.

“Kami mendorong pemda untuk menetapkan status siaga darurat, jadi sebelum terjadi bencana pemda bisa siap siaga dan agar dari pusat dapat memberikan bantuan sumber daya ke daerah,” ujarnya usai Rapat Tingkat Menteri (RTM) Persiapan jelang Nataru di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, pada Senin (11/12/2023).

1. Pembuatan pos komando dan rencana operasi

Ilustrasi mudik. Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri memprediksi puncak arus mudik Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah akan terjadi mulai 18 hingga 21 April 2023. (Sumber: Kompas.com)

Surat Edaran ini ditujukan untuk wilayah yang dilalui jalur mudik dengan tingkat kerawanan bencana seperti Provinsi Lampung, Bali dan Provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa. 

Kemudian dalam rangka siaga darurat bencana libur natal dan tahun baru daerah perlu ada pembuatan pos komando, mempersiapkan rencana operasi dan menggelar peralatan.

2. Siapkan peta rawan bencana

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi bersama unsur Forkopimda melakukan peninjauan Peralatan Bencana pada Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana dan Gelar Peralatan Bencana Provinsi Sumut, di Hanggar Lanud Soewondo, Medan (13/09). (Diskominfo Sumut)

BNPB juga merilis Peta Jalur Mudik Rawan Bencana yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana di suatu wilayah. Selain itu ada upaya menerjunkan tim BNPB untuk pendampingan di daerah.

“Peta rawan bencana banjir, rawan cuaca ekstrem dan rawan longsor, akan dibagikan ke masyarakat, ke pemda sehingga para pelaku perjalanan liburan akan paham (tingkat rawan bencananya) ketika sampai di daerah masing-masing,” ujarnya.

3. Melanjutkan penggunaan TMC kurangi dampak curah hujan tinggi

ilustrasi mengenakan jas hujan (IDN Times/Reza Iqbal Ghifari)

Selain itu, penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dalam menangani kekeringan dan mengurangi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada 2023 akan diteruskan untuk mengurangi dampak dari tingginya curah hujan dalam beberapa bulan ke depan.

“Kerjasama dengan BMKG untuk menggunakan TMC terbukti ketika terjadi kekeringan dan el nino tahun 2023, dengan kesiapan yang lebih cepat tidak terjadi karhutla yang signifikan. Pengalaman ini akan kami terapkan untuk menangani bencana hidrometeorologi basah ini,” kata Suharyanto.

“Akan memonitor perkembangan cuaca. Seandainya di jalur mudik dan tempat wisata maupun daerah tertentu yang mungkin akan datang hujan deras dan banjir, dengan TMC hujannya akan diperkecil atau dialihkan ke tempat lain,” katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us