BRIN: Air Hujan di 18 Kota Besar Terkontaminasi Mikroplastik

- Sampel air hujan di 18 kota besar terkontaminasi mikroplastik
- Alarm kondisi udara saat ini karena terdapat polutan mikroplastik
- Pakaian sintetis dan plastik sekali pakai menjadi sumber utama kontaminasi mikroplastik
Jakarta, IDN Times – Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova mengungkapkan air hujan terkontaminasi mikroplastik tak hanya ditemukan di Jakarta. Mikroplastik juga ditemukan pada air hujan yang turun di 18 kota besar lain.
"Sebenarnya ini tidak hanya terjadi di Jakarta, kami melakukan penelitian lanjutan di 18 kota besar dan pesisir yang ada di Indonesia, tapi kami baru kembali mengambil sampel terakhir itu di bulan Juni-Juli 2025," ucapnya dalam media briefing di Balai Kota, Jumat (24/10/2025).
1. Sampel terdapat mikroplastik

Reza mengatakan hasil penelitian rinci terkait kandungan mikroplastik dari air hujan di 18 kota itu memang belum keluar. Namun, ia menyebut seluruh sampel memang mengandung mikroplastik.
"Hasilnya ini kami masih belum mengonfirmasi secara tepat angkanya itu berapa banyak, karena kami harus mengolah datanya. Tapi memang kabar buruknya adalah seluruh sampel kami yang ada di udara itu mengandung mikroplastik, mau itu besar ataupun kecil," ucapnya.
2. Alarm kondisi udara saat ini

Dia menerangkan kondisi ini jadi alarm buat semua pihak. Hal ini menandakan terdapat polutan lain pada udara yang dihirup masyarakat, yaitu mikroplastik.
"Fenomena ini bisa jadi terjadi lebih lama, tapi ini memang baru terdeteksi beberapa tahun terakhir, karena alatnya memang semakin sensitif karena yang ada di udara cenderung terlihat lebih kecil mikroplastiknya ukurannya juga mungkin yang ada di air, sedimen atau pun biota," ucapnya.
3. Salah satu sumber adalah pakaian

Reza,menjelaskan salah satu sumber utama mikroplastik yang mencemari udara berasal dari pakaian yang digunakan masyarakat sehari-hari.
"Yang pertama dari pakaian-pakaian yang kita gunakan. Sebagian besar sekarang adalah polyester atau nylon atau polimer yang sintetis, bukan katun misalnya yang memang natural fiber. Kemudian yang kedua adalah dari penggunaan plastik sekali pakai," jelasnya.
Reza menjelaskan, sejatinya air hujan bisa membersihkan polutan di udara. Namun, momen itu justru membuat air hujan terkontaminasi mikroplastik.
"Saat air hujan turun membersihkan maka pada ketika itu air terkontaminasi oleh mikroplastik. Jadi memang kita bisa bilang secara kasar (mengandung), tapi kalau saya lebih tepatnya terkontaminasi, tapi memang karena di dalamnya itu sudah bercampur, terbawa, jadi mungkin saya takutnya salah kalau mengandung lebih jadi lebih baik menggunakan kata terkontaminasi," katanya.


















