Cak Imin Peringatkan SPPG Jangan Manfaatkan Celah MBG

- Program MBG atasi gizi buruk anak sekolah dengan makanan bergizi gratis, namun peringatan agar tidak dijadikan sumber micin.
- Kunjungan Cak Imin memastikan SPPG di Kupang berjalan sesuai prosedur higienis dan menjadi contoh bagi tempat lain.
- SPPG harus menjadi bagian dari ekosistem pemberdayaan dengan melibatkan UMKM lokal dalam rantai produksi untuk menggerakkan masyarakat agar produktif.
Kupang, IDN Times - Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, A. Muhaimin Iskandar, mengatakan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus disiplin ketika menjalankan seluruh rantai produksi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Cak imin memberikan peringatan kepada seluruh pengelola SPPG, agar tidak mencari celah untuk keuntungan pribadi dan mencelakakan penerima manfaat atau siswa.
“Kepada SPPG, dapur-dapur harus disiplin. Jangan memanfaatkan celah yang merugikan konsumen. Ini program raksasa yang akan dicatat dalam sejarah sebagai gerakan penanggulangan kualitas gizi anak dan melawan stunting. Mari kita dukung bareng-bareng,” ucap Cak Imin saat meninjau dapur SPPG di Kupang Timur Babau, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (1/10/2025).
1. MBG untuk mengatasi gizi buruk

Cak Imin menegaskan prioritas Presiden Prabowo Subianto dalam program MBG untuk memperbaiki asupan gizi anak-anak sekolah. Apalagi, banyak anak-anak sekolah di Indonesia yang kini kerap mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi.
“Program ini cara cepat dan paling pokok untuk mengatasi gizi buruk. Tapi saya ingatkan, jangan sampai makanan bergizi gratis justru dijadikan sumber micin. Ketergantungan anak-anak kita pada snack instan bermicin dan MSG harus dikurangi, karena itu merusak selera makan,” ujarnya.
2. SPPG di Kupang berjalan sesuai prosedur

Dalam kunjungan ini, Cak Imin memastikan operasional SPPG berjalan sesuai standar higienis. Ia menilai dapur SPPG Babau ini dapat menjadi contoh.
“Dapur SPPG di sini sangat membanggakan. Semua pekerja senang, siswa penerima manfaat senang, pemilik dapur senang. Jadwal produksinya pun disiplin, mulai jam 1 siang persiapan kebersihan, jam dua dini hari memasak, jam enam pagi makanan siap, dan jam 9 pagi sudah terdistribusi. Ini yang harus ditiru di tempat lain,” ujarnya.
3. Bagian ekosistem libatkan ekosistem

Cak Imin menilai keberadaan SPPG juga harus menjadi bagian dari ekosistem pemberdayaan dengan melibatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal dalam rantai produksi.
“Kita ingin MBG ini bukan hanya soal gizi, tapi juga menggerakkan masyarakat agar produktif. Masyarakat bisa terlibat dalam penyediaan bahan baku, koperasi, UMKM, semuanya harus dititipkan dalam ekosistem MBG,” katanya.