Cerita Pegawai Bandara di Tengah COVID-19: Hanya Terima Gaji 17 Persen

Jakarta, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19 seakan menjadi momok bagi para pekerja, khususnya yang bergerak di sektor informal. Bagaimana tidak, pendapatan beberapa pekerja harian atau usaha mandiri semakin berkurang. Hal ini juga disebabkan imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah, hingga penerapan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah.
Salah satu pegawai dari Angkasa Pura Solusi (APS) bernama Thanya, harus menerima kenyataan upahnya dipotong. Thanya selama ini bertugas di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, khususnya pada bagian Secure Bag.
"Pemotongan gaji itu berlangsung baru bulan ini sih, April ke Mei," katanya saat dihubungi IDN Times, Rabu (6/5).
1. Hanya menerima 17 persen dari gaji sebelumnya

Thanya menjelaskan, sejak COVID-19 mewabah, baik pegawai dari Angkasa Pura I maupun II yang ditugaskan di lapangan, banyak yang mengalami pemotongan gaji. Bahkan, ada yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Puji Tuhan gak ada yang di-PHK di APS. Tapi untuk di bagian lain kayak Gapura, kayak Garuda, kayak ACS (penyuplai makanan pesawat), Cargo, banyak yang di-PHK," ujar Thanya.
Thanya mengatakan, sebelum COVID-19 mewabah, dia mendapatkan gaji sekitar Rp4,2 juta. Namun, sejak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melarang pesawat mengangkut penumpang sejak 24 April hingga 1 Juni 2020, gajinya pun dipotong.
"Itu cuma digaji 17 persennya dari Rp4,2 juta. Pokoknya di bawah sejuta nerimanya," katanya.
2. Tetap bersyukur meski gaji dipotong
Thanya tak memungkiri, banyak pegawai APS yang tak terima ketika gajinya harus dipotong. Namun, dia memiliki perspektif berbeda. Menurutnya, setiap masalah khususnya COVID-19, jangan hanya dipandang dari sisi negatifnya saja.
"Positifnya adalah puji Tuhan kita gak ada pengurangan sama sekali pegawai. Bayangin, di (divisi) gue aja hampir ada sekitar 100 orang. Itu baru di lapangan yang di bagian retailnya wrapping. Gimana kalau di (divisi) semuanya?" ungkapnya.
"Puji Tuhan masih ada gaji, tapi yang penting gak di-cut," sambung wanita berusia 24 tahun ini.
3. Masuk kerja hanya dua kali dalam sebulan

Thanya menjelaskan, sebelumnya dalam sehari dia bekerja selama 8 jam. Pembagian waktu kerja juga dibagi menjadi tiga shift. Perusahaan pun mengubah jadwal kerja ketika COVID-19 sudah masuk ke tanah air. Jam kerja diubah menjadi 12 jam, dengan sistem satu hari masuk dan satu hari libur setiap harinya.
"Terus dilihat lagi makin turun income-nya dan ditutup akhirnya semua perjalanan kecuali Cargo dan Internasional. Bagian Internasional cuma beberapa doang yang dibuka. Itu akhirnya kita punya jadwal kurang lebih satu hari masuk, lima hari libur. Terus berkurang lagi satu bulan, dua kali masuk," jelasnya.
Selain itu, kini hanya satu dari enam gate saja yang beroperasi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
"Bayangin, berapa kerugian mereka sampai sekarang ditutup," katanya.
4. Memenuhi kebutuhan lewat tabungan dan usaha lain

Kini, Thanya hanya bergantung hidup lewat tabungannya. Dikarenakan masih tinggal bersama orang tua, Thanya cukup terbantu masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, ibunya juga memiliki usaha rajutan.
"Biasanya kalo Ramadan itu bakal mempercantik rumahnya. Nah, salah satunya nyokap gue punya ide untuk mempercantiknya dengan hasil rajutannya. Jadi hasilnya dari uang sampingannya itu," ucapnya.
5. Yakin dan percaya pandemik COVID-19 bisa berlalu

Thanya pun berharap pandemik COVID-19 bisa berlalu. Dia juga yakin, perusahaan yang kini harus berhenti sementara bisa bangkit lagi dan mempekerjakan orang-orang yang di-PHK.
"Apapun yang sekarang kita lagi laluin berdoa dan bersyukur. Karena gue yakin, kalau burung di udara aja Tuhan pelihara, kenapa kita anak-anaknya enggak?" tutur wanita asal Jakarta ini.
Dia mencontohkan, salah satu berkat nyata di tengah pandemik ini, ada kebijakan-kebijakan yang meringankan beban masyarakat. Seperti halnya, banyak perusahaan yang tidak menagih pembayaran suatu cicilan.
"Itu namanya mukjizat juga. Jadi Tuhan gak harus kasih apa yang lu butuhin, tapi apa jalan keluar yang lu butuhin. Itu lebih tepatnya," jelas Thanya.