Cetak Sejarah, Menkes: Angka Stunting Pertama Kali di bawah 20 Persen

- Perkuat sistem kesehatan paling dasar
- Pemerintah melibatkan 8.349 puskesmas dan lebih dari 324 ribu kader kesehatan di seluruh Indonesia.
- Sistem surveilans penyakit sudah terintegrasi dengan peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat.
- Fokus pada pengobatan menjadi pencegahan
- Transformasi layanan primer menandai perubahan paradigma kesehatan nasional dari fokus pada pengobatan menjadi pencegahan.
- Program pengampuan penyakit prioritas utama dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit-rumah sakit di seluruh kabupaten/kota
Jakarta, IDN Times – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat tonggak sejarah baru dalam dunia kesehatan Indonesia. Untuk pertama kalinya angka prevalensi stunting pada balita berhasil turun di bawah 20 persen, yakni mencapai 19,8 persen.
Penurunan ini menjadi capaian penting dari pilar pertama transformasi kesehatan, yaitu penguatan layanan primer yang menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa Indonesia, prevalensi stunting balita turun di bawah 20 persen. Ini bukti nyata kerja keras bersama seluruh tenaga kesehatan dan kader di lapangan,” ujar Budi Gunadi Sadikin dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-61, Rabu (12/11/2025).
1. Perkuat sistem kesehatan paling dasar

Upaya penurunan stunting tidak dilakukan secara instan. Pemerintah memperkuat sistem kesehatan dari tingkat paling dasar dengan melibatkan 8.349 puskesmas dan lebih dari 324 ribu kader kesehatan di seluruh Indonesia. Dan sistem surveilans penyakit juga sudah terintegrasi dengan peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat yang meningkat.
"Sistem surveilans penyakit ini sudah lebih cepat dengan peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat yang meningkat dan akan terus dikembangkan di seluruh provinsi dan 514 kabupaten/kota," katanya.
2. Fokus pada pengobatan menjadi pencegahan

Budi menegaskan bahwa transformasi layanan primer juga menandai perubahan paradigma kesehatan nasional dari fokus pada pengobatan menjadi pencegahan. Selain itu, transformasi layanan rujukan dengan fokus untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit-rumah sakit di seluruh kabupaten/kota.
"Percepatan ini dilakukan dengan program pengampuan penyakit prioritas utama, yaitu kanker, jantung, strok, ginjal, dan ibu dan anak. Saat ini, 29 provinsi sudah mampu melakukan operasi bedah jantung terbuka," katanya.
3. Porsi asuransi belanja kesehatan mencapai Rp640 triliun per tahun

Sementara untuk transformasi pembiayaan kesehatan, Budi memastikan pembiayaan yang adil, efektif, dan efisien. Dia mengatakan 268 juta penduduk atau hampir 100 persen telah dijangkau oleh program Jaminan Kesehatan Nasional.
"Porsi asuransi dalam belanja kesehatan yang setiap tahunnya mencapai Rp640 triliun telah meningkat dengan pesat, menunjukkan masyarakat terlindungi secara finansial kalau ada kejadian kesehatan yang fatal bagi mereka. Sudah lebih dari 36 persen dari belanja kesehatan dicover oleh asuransi kesehatan ini. Tarif JKN sudah kita sesuaikan untuk pertama kalinya untuk bisa meningkatkan pendapatan dari para rumah sakit-rumah sakit," katanya.


















