Pakar PBB: Israel dan Pendukungnya Harus Biayai Rekonstruksi Gaza

- Menyetujui permintaan AS untuk memikul tanggung jawab dalam membersihkan puing-puing di Gaza, yang mengalami kehancuran masif akibat lebih dari 2 tahun perang.
- Jalur Gaza mengalami kehancuran besar-besaran setelah Israel melancarkan perang di wilayah tersebut pada Oktober 2023.
- AS menyediakan 66 persen dari impor senjata utama Israel pada 2020-2024, disusul oleh Jerman dengan 33 persen dan Italia dengan sekitar 1 persen.
Jakarta, IDN Times - Pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Francesca Albanese, mengatakan bahwa Israel harus ikut membiayai rekonstruksi Jalur Gaza bersama dengan negara-negara pemasok senjata utamanya, seperti Amerika Serikat (AS), Jerman dan Italia.
Dalam pidatonya di sebuah acara di London pada Jumat (12/12/2025), Albanese menegaskan perlunya penilaian menyeluruh terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perang genosida di Gaza. Menurutnya, selain Israel, semua negara yang berperan dalam perang tersebut harus dikenai sanksi.
“Negara-negara harus memutus hubungan dengan Israel dan menghentikan pemberian bantuan serta dukungan kepada negara yang mempertahankan pendudukan ilegal,” tambahnya, dikutip dari Anadolu.
1. Israel setuju untuk biayai operasi pembersihan di Gaza
Menurut laporan media Israel YNet pada Kamis (11/12/2025), Israel untuk saat ini telah menyetujui permintaan AS untuk memikul tanggung jawab dalam membersihkan puing-puing di Gaza, yang mengalami kehancuran masif akibat lebih dari 2 tahun perang. Operasi tersebut diperkirakan akan menelan biaya hingga miliaran dolar AS.
Para pejabat di Washington menginginkan agar rekonstruksi dimulai di Rafah, wilayah selatan Gaza yang berada di bawah kendali militer Israel, dan menjadikannya sebagai model bagi upaya pembangunan kembali yang lebih luas
Dorongan dari AS ini muncul ketika aktor-aktor regional mengisyaratkan keengganan mereka untuk turut menanggung beban finansial. Awal pekan ini, Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan bahwa Doha tidak akan mendanai rekonstruksi Gaza dengan alasan tanggung jawab tersebut ada di tangan Israel.
2. Perang Israel di Gaza hasilkan sekitar 68 juta ton puing
Jalur Gaza mengalami kehancuran besar-besaran setelah Israel melancarkan perang di wilayah tersebut 7 pada Oktober 2023, merespons serangan Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera. Selama perang tersebut, militer Israel telah membunuh lebih dari 70 ribu warga Palestina, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut The Wall Street Journal, analisis citra satelit yang dilakukan oleh PBB menunjukkan bahwa lebih dari 123 ribu bangunan di Gaza hancur dan 75 ribu lainnya rusak. Ini berarti, sekitar 81 persen dari seluruh bangunan di wilayah tersebut mengalami kehancuran atau kerusakan serius.
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memperkirakan kehancuran tersebut menghasilkan sekitar 68 juta ton puing. Para mediator dan lembaga internasional memandang pembersihan puing-puing ini sebagai prasyarat untuk memulai rekonstruksi pada fase kedua gencatan senjata.
3. 3 negara pemasok senjata terbesar untuk Israel
Sejauh ini, AS masih menjadi pemasok senjata terbesar ke Israel. Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyediakan 66 persen dari impor senjata utama Israel pada 2020-2024, Amerika Serikat menyediakan 66 persen impor senjata utama Israel. Senjata tersebut mencakup pesawat, kendaraan lapis baja, rudal, kapal, serta sistem pertahanan udara.
Jerman berada di posisi kedua, dengan menyumbang 33 persen dari pasokan senjata yang masuk ke Israel. Sebagian besar ditujukan untuk angkatan laut Israel, berupa kapal fregat dan torpedo. Namun, pada Agustus 2025, Kanselir Friedrich Merz mengumumkan bahwa pemerintah Jerman akan menghentikan sementara pemberian izin ekspor peralatan militer yang berpotensi digunakan di Gaza sampai ada keputusan lebih lanjut.
Di posisi ketiga, terdapat Italia yang menyumbang sekitar 1 persen dari impor senjata utama Israel. Meski pemerintah Italia mengecam tindakan Israel di Gaza, laporan tahun lalu menunjukkan bahwa Roma terus memasok senjata setelah dimulainya perang pada Oktober 2023.
Sementara itu, sejumlah negara Eropa telah menghentikan pasokan persenjataan, atau telah menangguhkan izin ekspor. Negara-negara tersebut termasuk Prancis, Spanyol dan Inggris, yang memasok kurang dari 0,1 persen dari total impor senjata Israel.


















