Eksploitasi Air Tanah Berlebihan, Permukaan Tanah Jawa Turun 10-15 cm

- Eksploitasi air tanah berlebihan
- Menteri LHK menyebut manusia sebagai penyebab utama penurunan muka tanah di pesisir Jawa karena penggunaan air tanah yang serampangan.
Bogor, IDN Times – Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan, eksploitasi air tanah yang berlebihan menjadi penyebab utama fenomena penurunan muka tanah di pesisir Pulau Jawa.
Dia mengatakan, kondisi lingkungan di hulu, seperti wilayah Bogor, sangat mempengaruhi daerah hilir.
Hanif pun menyoroti eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan sehingga kini menimbulkan dampak nyata dan berbahaya.
"Hampir seluruh pesisir Pulau Jawa mengalami penurunan muka tanah 10–15 sentimeter per tahun. Ini fakta nyata yang sudah kita rasakan," kata Hanif usai kegiatan bersih-bersih di Alun-Alun Kota Bogor, Jumat (17/10/2025).
Menurut Hanif, laju penurunan muka tanah di pesisir Pulau Jawa tidak terjadi hampir di semua wilayah. Angka 10–15 sentimeter per tahun ini jauh lebih cepat daripada kenaikan permukaan air laut, memperparah risiko wilayah pesisir tenggelam.
1. Eksploitasi air tanah berlebihan

Menteri LHK mengatakan, penyebab utama bencana lingkungan ini adalah manusia, khususnya dalam penggunaan air tanah yang serampangan.
"Kita ingin mengembalikan peradaban sungai karena eksploitasi air tanah sudah berlebihan dan tidak berkelanjutan," kata Hanif.
Pengambilan air tanah secara masif dan tanpa kontrol membuat pori-pori tanah kosong sehingga struktur tanah di atasnya ambles.
2. Penurunan tanah diperparah kenaikan air laut

Menurut dia, masalah lingkungan yang dihadapi pesisir Jawa kini bersifat ganda. Selain penurunan muka tanah, ada ancaman lain dari perubahan iklim global.
"Sementara itu, perubahan iklim juga meningkatkan permukaan air laut. Dua fenomena ini, penurunan tanah dan kenaikan air laut memperparah kerusakan di wilayah pesisir," kata Hanif.
Dua ancaman yang bertemu ini menciptakan kondisi kritis bagi kawasan pesisir, termasuk kota-kota besar di utara Jawa.
3. Kembalikan fungsi sungai

Menteri Hanif pun mendorong untuk mengembalikan fungsi sungai dan sumber air permukaan.
"Maka, mengembalikan budaya sungai menjadi keniscayaan, kewajiban kita bersama," ujar dia.
Dia berharap, komunitas lingkungan di daerah seperti Bogor, yang menjadi hulu bagi sungai Ciliwung dan Cisadane, diberdayakan.
"Dengan komunitas yang kuat, kesadaran menjaga sungai bisa tumbuh," ucap dia.