Temui Panglima Australia, Menhan Ungkap Alasan RI Beli Alutsista Baru

- Indonesia-Australia memiliki ikatan alumni pertahanan
- Menhan Sjafrie singgung misi kemanusiaan ke Papua Nugini
- Australia tidak khawatir dengan upaya modernisasi alutsista Indonesia
Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Bersenjata Australia (CDF), Laksamana David Johnston pada Jumat (17/10/2025) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat. Salah satu yang dibahas yakni cara untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Mulai dari meningkatkan kontak antara prajurit dengan prajurit hingga hubungan antara institusi dengan institusi.
Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang mengatakan relasi antara Indonesia dan Australia ada di titik yang cukup memuaskan. "Termasuk tadi juga disampaikan bahwa ada rencana juga untuk pelatihan siber, termasuk bagaimana melakukan kegiatan dalam konteks human neutral assistance disaster relief," ujar Frega di kantor Kemhan, Jakarta Pusat.
Selain itu, Indonesia sebelumnya juga membuka peluang bagi pasukan dari kedua negara untuk melakukan latihan bersama di Morotai, Maluku Utara. Menhan Sjafrie pada Juni 2025 lalu pernah menyampaikan Morotai adalah salah satu daerah yang memiliki fasilitas pangkalan yang baik karena pernah menjadi Pangkalan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) pada Perang Dunia II pada dekade 1940-an.
Laksamana Johnston disambut oleh Wakil Menhan Donny Ermawan Taufanto di Lapangan Bhinneka Tunggal Ika. Prosesi penyambutan diawali dengan upacara jajar kehormatan dan peletakan karangan bunga di depan patung Presiden Soekarno. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri Bangsa Indonesia.
1. Indonesia-Australia memiliki ikatan alumni pertahanan

Lebih lanjut, jenderal bintang satu itu mengatakan salah satu yang dibahas kedua petinggi militer yakni mengenai Ikatan Alumni Pertahanan (Ikahan). Pembentukan organisasi itu disepakati oleh pejabat dari kedua negara.
"Ikahan ini merupakan salah satu organisasi alumni pertahanan yang memang sangat unik dan mungkin satu-satunya yang ada di dunia. Pertemuan rutin dilakukan bahkan sampai di level puncak. Ada beberapa petinggi baik dari Indonesia dan Australia," kata Frega.
Ia menambahkan beberapa petinggi dari Negeri Australia yang rutin melakukan kontak merupakan sahabat lama Sjafrie. "Tadi, Pak Sjafrie juga sempat menceritakan bagaimana pengalaman pada saat Beliau mengikuti pertukaran di Royal Military College, Duntroon di Canberra. Juga sempat disampaikan cerita-cerita dan pengalaman Beliau saat menjadi taruna serta berinteraksi dengan taruna dari Australia," tutur dia.
Salah satu taruna Negeri Kanguru yang ia ajak interaksi adalah David Hurley yang pernah menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Australia. Kedekatan di antara Hurley dan Sjafrie, kata Frega membantu untuk memelihara hubungan baik kedua negara. Sehingga, memungkinkan terjadi penguatan di bidang pertahanan.
2. Menhan Sjafrie singgung misi kemanusiaan ke Papua Nugini

Di dalam pertemuan dengan Laksamana Johnston, Sjafrie turut menyinggung misi kemanusiaan yang pernah dilakukan oleh Indonesia dengan mengirimkan kapal rumah sakit KRI dr. Wahidin Sudirohusodo (WSH)-991 pada September 2025 lalu. Selain itu, satgas dari TNI Angkatan Laut (AL) sempat melakukan bakti sosial kesehatan.
Ketika ditanyakan apakah Sjafrie sempat mendiskusikan mengenai pakta pertahanan Australia dengan Papua Nugini yang diteken pada awal Oktober 2025 lalu, Frega menepisnya. Isi dari perjanjian pertahanan kedua negara itu yakni masing-masing negara akan saling membantu bila mendapat serangan secara militer.
"Terkait dengan DCA (Australia-Papua Nugini) tidak dibahas secara spesifik. Termasuk rencana operasi militer bersama. Tetapi, tadi Beliau berdua fokus terhadap aktivitas dan intensitas kegiatan yang sudah ada saat ini. Pak Panglima Angkatan Bersenjata Australia juga berharap bisa mengundang kembali Pak Menhan berkunjung ke Australia," tutur jenderal bintang satu itu.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese juga sudah berkunjung ke Jakarta pada Mei 2025 lalu. Indoensia menjadi negara pertama yang dikunjungi usai ia memenangkan pemilu.
"Ini merupakan sinyal yang kuat hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Australia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo," katanya.
3. Australia tidak khawatir dengan upaya modernisasi alutsista Indonesia

Lebih lanjut, Frega juga menyebut Negeri Kanguru tidak khawatir dengan upaya modernisasi alutsista yang dilakukan oleh Indonesia. Terbaru, pemerintah memberikan sinyal bakal memboyong 42 jet tempur Chengdu buatan China. Selain itu, Indonesia juga massif membentuk batalyon baru untuk membantu pembangunan.
"Kalau kekhawatiran tidak ada. Tadi memang Pak Menhan hanya menyampaikan bahwa saat ini langkah yang dilakukan oleh Indonesia selain untuk meyakinkan postur kekuatan juga dalam konteks humanitarian," kata Frega.
Sedangkan, dalam konteks pembangunan militer, Sjafrie memberi pemahaman bahwa itu merupakan prerogatif Indonesia. "Tetapi, Pak Menhan mengatakan bahwa Indonesia akan selalu terus berupaya dan berkontribusi terhadap stabilitas dan perdamaian di kawasan," tutur dia.