Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Geram Harga Gas Mahal Terus, Jokowi Hampir Bicara Kasar ke Menterinya

Sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 6 Januari 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)
Sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 6 Januari 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo geram lantaran harga gas yang terus meningkat. Jokowi meminta harga gas dihitung dengan benar agar lebih kompetitif.

Hal itu disampaikan Jokowi di rapat terbatas mengenai Ketersediaan Gas untuk Industri bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju. Kegeraman Jokowi itu ia ungkapkan saat mengakhiri pengantar rapat.

"Saya tadi mau ngomong yang kasar, tapi gak jadi. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan sebagai pengantar," kata Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin (6/1).

1. Jokowi minta menterinya hitung harga gas lebih kompetitif

Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat 27 Desember 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)
Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat 27 Desember 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Di hadapan para menterinya, Jokowi meminta tegas agar harga gas dihitung dan dikalkulasi lebih kompetitif. Jokowi juga menyarankan agar dilihat detail apa yang menjadi penyebab tingginya harga gas.

"Coba dilihat betul penyebab tingginya harga gas mulai dari harga di hulu, di tingkat lapangan gas, di tengah terkait dengan biaya penyaluran gas, biaya transmisi gas, di tengah infrastruktur yang belum terintegrasi dan sampai di hilir di tingkat distributor," ujar Jokowi.

2. Jokowi berikan tiga saran untuk harga gas

Sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 6 Januari 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)
Sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 6 Januari 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Kemudian, Jokowi pun meminta laporan mengenai pelaksanaan Pepres Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas. Jokowi mempertanyakan kendala-kendala di lapangan.

"Menurut saya ini ada tiga hal yang bisa kita lakukan. Saya melihat yang pertama, ada jatah pemerintah US$2,2 per MMBTU supaya jatah pemerintah ini dikurangi atau bahkan dihilangkan, ini bisa lebih murah, ini. Tapi nanti tanya ke Menkeu juga," ucap Jokowi.

Kemudian, Jokowi juga menyarankan agar Domestic Market Obligation (DMO) diberlakukan. DMO merupakan kewajiban badan usaha untuk menyerahkan sebagian minyak dan gas bumi dari bagiannya kepada negara melalui Badan Pelaksana dalam rangka penyediaan minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang besarnya diatur dalam Kontrak Kerja Sama.

"Yang kedua, DMO diberlakukan sehingga bisa diberikan kepada industri. Ketiga, bebas impor untuk industri. Ini sudah sejak 2016 gak beres-beres, saya harus cari terobosan, ya 3 itu pilihannya," tutur Jokowi.

3. Jokowi sebut produk gas Indonesia kalah karena harga mahal

Presiden Jokowi di Semarang, Jawa Tengah (Dok.IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)
Presiden Jokowi di Semarang, Jawa Tengah (Dok.IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)

Jokowi mengingatkan bahwa masalah gas bukan semata-mata sebagai komoditas, tetapi juga modal pembangunan yang akan memperkuat industri nasional. Menurut Jokowi, ada 6 sektor industri yang menggunakan 80 persen volume gas Indonesia, baik itu pembangkit listrik, industri kimia, industri makanan, industri keramik, industri baja, industri pupuk, dan industri gelas.

"Artinya, ketika porsi gas sangat besar pada struktur biaya produksi, maka harga gas akan sangat berpengaruh pada daya saing produk industri kita di pasar dunia. Kita kalah terus produk-produk kita gara-gara harga gas yang mahal," kata Jokowi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us