Gus Yahya Akui Persoalan Tambang Penyebab Konflik Internal PBNU

- Kiai Said Aqil usul konsesi tambang yang dikelola PBNU dikembalikan ke pemerintah
- Gus Yahya ingin islah dengan Rais 'Aam PBNU
- Gus Yahya juga ingin penyelesaian masalah sesuai aturan di PBNU
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberikan sinyal polemik internal di organisasi yang dipimpinnya karena persoalan tambang. Meski demikian, dia menyebut, konflik juga tidak hanya melalu soal tambang.
"Mungkin, mungkin saja, tapi bukan cuma itu. Ada yang lain," ujar Gus Yahya di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Namun, Gus Yahya enggan menjelaskan awal mula konflik internal di PBNU. Dia menyebut butuh waktu berjam-jam untuk menjelaskan persoalan konflik internal di tubuh organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
"Panjang kalau itu kita harus rapat sampai berjam-jam," kata dia.
Sebagaimana diketahui, PBNU mendapat jatah mengelola tambang batubara seluas sekitar 26 ribu hektare di Kalimantan Timur, eks wilayah PT Kaltim Prima Coal (KPC), sebagai bagian dari kebijakan pemerintah memberikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK).
Izin pengelolaan tambang itu berdasarkan Perpres Nomor 25 Tahun 2024. PBNU pun sudah membentuk badan usaha dan menggandeng investor untuk proses produksinya yang ditargetkan berjalan pada 2025.
1. Kiai Said Aqil usul konsesi tambang dikembalikan saja ke pemerintah

Terkait dengan usul Mustasyar PBNU, KH. Said Aqil Siradj, agar konsesi tambang dikembalikan saja ke pemerintah, Gus Yahya mengatakan, harus terlebih dahulu dibahas bersama dalam rapat.
"Iya, itu gak masalah, tapi semua harus dibicarakan bersama, toh. Karena keputusannya ini juga keputusan bersama, maka kalau diubah harus dengan pembicaraan bersama. Soal putusannya kayak apa, mari kita bicarakan nanti," ucap dia.
2. Gus Yahya ingin islah dengan Rais 'Aam PBNU

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya mengakui ingin islah atau rekonsiliasi dengan Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. Dia mengaku sudah mencoba sejumlah upaya untuk bertemu Miftachul Akhyar.
"Sebelum itu saya sendiri bahkan sudah menemui Wakil Rais 'Aam, KH Afifuddin Muhazir, karena sebelum saya sampaikan kemarin, saya sudah meminta memohon waktu pada Rais 'Aam tapi belum dijawab," ujar dia.
Selain itu, Gus Yahya juga sudah menemui sejumlah kiai untuk bertemu. Meski demikian, belum ada kelanjutan terkait pertemuan itu.
"Dan Rais Aam mengirim Pak Muhammad Nuh dan Saudara Nur Hidayat. Kemudian apa kelanjutan dari itu? Belum. Tentu kalau dari pihak kami, ada dua hal yang paling penting," ucap dia.
3. Gus Yahya ingin penyelesaian masalah sesuai aturan di PBNU

Gus Yahya ingin penyelesaian masalah ini sesuai aturan yang berlaku. Pertama, dia mengaku ingin adanya perbaikan tatanan organisasi. Dia menegaskan, tak boleh ada pihak yang mengabaikan aturan di PBNU.
"Saya katakan kalau tatanan organisasi ini diabaikan, maka itu mundur satu abad. Mundur sampai ke era sebelum NU didirikan. Kalau tatanan organisasi ini diabaikan," kata dia.
Kedua, Gus Yahya ingin menyelesaikan polemik PBNU secara bersama-sama. Dia juga mengajak semua pihak untuk menyelesaikan masalah tersebut di Muktamar atau forum tertinggi di PBNU.
"Posisi kami yang kedua adalah bahwa gak ada jalan keluar selain bersama-sama. Mari bermuktamar bersama. Supaya selesai muktamar, selesai semua. Sudah gak ada lagi masalah. Nah, proses kesananya mari kita jalankan bersama-sama. Ada banyak masalah, kita akui ada banyak masalah. Mari kita selesaikan masalah-masalah yang belum bisa kita selesaikan sampai Muktamar, selesaikan di Muktamar saja," ujar Gus Yahya.
















