Hamas: Israel Halangi Pengungsi Palestina Pulang ke Jalur Gaza Utara

- Israel menghalangi pemulangan pengungsi Palestina ke Gaza utara, melanggar kesepakatan gencatan senjata.
- Hamas mendesak AS, Mesir, dan Qatar untuk menekan Israel agar memfasilitasi pemulangan para pengungsi.
- Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel dirancang untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan.
Jakarta, IDN Times - Israel dilaporkan telah menghalangi upaya pemulangan pengungsi Palestina ke Jalur Gaza bagian utara. Hal ini dilaporkan oleh Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas.
Aksi Israel ini, kata Hamas, memperlihatkan rezim Zionis secara terang-terangan telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang diberlakukan pekan lalu.
Dalam wawancara dengan jaringan TV Al Araby pada Minggu (26/1/2025), Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, menyebut Israel telah menghalangi kepulangan pengungsi Palestina ke Gaza utara. Meski Hamas telah memberi tahu para mediator bahwa Arbel Yehud, perempuan Israel yang ditawan kelompok itu, masih hidup.
1. Hamas desak mediator tekan Israel

Dikutip dari ANTARA, Hazem mendesak para mediator gencatan senjata, yakni Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, untuk menekan Israel agar memfasilitasi pemulangan para pengungsi ke tempat asal mereka.
Sebelumnya pada Sabtu (25/1), kantor pemimpin Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pengungsi Palestina dilarang kembali ke Gaza utara sampai Yehud dibebaskan.
2. Yehud akan dibebaskan Sabtu depan

Seorang sumber yang dekat dengan Hamas memberi tahu stasiun TV Al Jazeera Qatar bahwa kelompok itu telah menyampaikan kepada mediator, Yehud akan dibebaskan pada Sabtu depan.
Israel mengklaim Yehud adalah warga sipil, tetapi seorang sumber di Kelompok Jihad Islam Palestina mengatakan, dia adalah polisi yang dilatih dalam program ruang angkasa militer Israel dan ditahan oleh sayap militer Hamas, Brigade Al Quds.
3. Hamas-Israel sepakat gencatan senjata

Sebelumnya, Hamas dan Israel telah sepakat melakukan gencatan senjata, menghentikan perang di Gaza, yang dirancang untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan.
Dilansir The Guardian, kesepakatan tersebut akan diterima secara resmi oleh Israel setelah rapat kabinet pada Kamis.
“Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak,” ucap Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed.