Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara Melalui Hikayat Amir Hamzah

- Islam di Nusantara terkait erat dengan sastra sebagai media dakwah, seperti Hikayat Amir Hamzah.
- Ajaran Islam disebarkan melalui akulturasi dengan budaya Nusantara dan diterima bersama unsur-unsur budaya pendukungnya.
- Hikayat Amir Hamzah berkembang pesat di masyarakat Nusantara dan diadaptasi ke dalam berbagai bahasa daerah di seluruh dunia.
Jakarta, IDN Times - Jejak perkembangan Islam di Nusantara lekat dengan sastra. Para pedagang muslim saat itu, menggunakan sastra sebagai media untuk berdakwah, dengan memasukkan unsur cerita pahlawan Islam (epos) dan mitologi sebagai daya tarik.
Penyerapan unsur-unsur Arab dapat terlihat dari bentuk struktur genrenya, seperti hikayat, syair, silsilah, dan kisah. Salah satu, hikayat yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara adalah Hikayat Amir Hamzah.
1. Peran sastra dalam penyebaran Islam

Penyebaran Islam di Indonesia berlangsung melalui proses akulturasi antara masyarakat Nusantara dan para pedagang muslim yang membawa budaya Islam melalui jalur pelayaran.
Selain menerima ajaran Islam, masyarakat juga mengadopsi unsur-unsur budaya pendukung, seperti adat istiadat Islam, bahasa Arab, aksara, dan kesusastraannya.
Pada akhir abad ke-13, karya sastra Islam berkembang pesat di masyarakat sebagai hasil integrasi ajaran Islam dengan budaya melayu. Cerita-cerita dalam karya sastra tersebut diadaptasi dan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.
2. Peran Hikayat Amir Hamzah dalam penyebaran agama Islam

Kisah Amir Hamzah merupakan salah satu bentuk kesusastraan Islam yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Cerita ini berasal dari Persia dan masuk ke Nusantara melalui India.
Tokoh utamanya, Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai panglima perang Islam. Ia mendapatkan julukan “Asadullah” atau “Singa Allah” atas keberaniannya dalam membela Islam.
Hikayat Amir Hamzah tidak hanya mengisahkan silsilah, asal usul, hingga kematian tokohnya, tetapi juga menjadi medium dakwah yang tidak bersifat dogmatis. Struktur cerita yang menyerupai epos Mahabharata dan kisah Raden Inu dalam cerita panji, menunjukkan bagaimana sastra dapat beradaptasi dengan budaya lokal untuk menyebarluaskan ajaran Islam.
3. Serat Menak: Adaptasi dalam sastra Jawa

Seiring berjalannya waktu, Hikayat Amir Hamzah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di seluruh dunia.
Menurut Istanti (2001), teks Amir Hamzah bertransformasi dalam beberapa bahasa daerah, di antaranya menjadi bahasa Sunda berjudul "Amir Hamjah" dan “Amir” dalam bahasa Bali.
Kemudian, pada abad ke-16, Hikayat ini disadur ke dalam bentuk cerita berbahasa Jawa yang dikenal sebagai Serat Menak. Saduran Serat Menak umumnya memiliki struktur cerita yang lebih panjang daripada hikayat aslinya, serta cerita dapat berkembang sesuai dengan kondisi sosial keagamaan masyarakat Jawa saat itu.
Dari berbagai kategori Serat Menak yang tersebar, salah satu di antaranya ditulis berdasarkan teks Hikayat Amir Hamzah secara langsung.