Ibu Akhiri Hidup Dengan Anak, Menteri PPPA Minta Penguatan Keluarga

- Ajak seluruh pihak berintrospeksi mencari akar permasalahan
- Dorong perangkat daerah untuk terus melakukan pendampingan bagi keluarga EN
- Jika ada masalah keluarga perlu segera beri pertolongan cepat dan tepat
Jakarta, IDN Times - Seorang ibu berinisial EN (34) mengakhiri hidup dan juga dua anaknya yakni AA (9) dan AAP (11 bulan). Jenazah ketiganya ditemukan di kamar kontrakan di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung pada Jumat (5/9/2025) pukul 04.00 WIB, oleh suaminya sendiri yang berinisial YS.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi meminta seluruh pihak untuk saling menjaga agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Penguatan keluarga, menjaga hubungan antar masyarakat, dan membangun sistem pemerintahan yang peduli kepada kesejahteraan warga kata dia adalah hal yang penting untuk dilakukan bersama. Arifah melakukan kunjungan ke rumah orang tua EN pada Senin, 8 September 2025.
“Tentunya ini menjadi pelajaran penting untuk kita tentang bagaimana menguatkan ketahanan keluarga salah satunya melalui komunikasi. Begitu pula dengan hubungan antar masyarakat," kata dia dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
1. Ajak seluruh pihak berintrospeksi mencari akar permasalahan

Dia mengajak seluruh pihak berintrospeksi mencari akar permasalahan peristiwa tersebut, hingga menyebabkan seorang ibu mengakhiri hidup bersama anak-anaknya. Nantinya, seluruh elemen mulai dari keluarga, masyarakat dan pemerintah secara bersama perlu mengupayakan solusi terbaik untuk memberikan lingkungan yang ramah terhadap perempuan dan anak.
"Kita bisa lebih saling peduli jika melihat tetangga kita berubah, ada perbedaan dari biasanya. Mungkin mereka butuh perhatian, atau sekedar perlu tempat bercerita. Perhatian dan empati itu sangat dibutuhkan di era yang serba digital,” ujarnya.
2. Dorong perangkat daerah untuk terus melakukan pendampingan bagi keluarga EN

Dia mendorong perangkat daerah untuk terus melakukan pendampingan bagi keluarga EN, dan melaksanakan tindak lanjut dalam memberdayakan masyarakat setempat, khususnya dalam aspek ketahanan keluarga, kesehatan mental, serta perlindungan perempuan dan anak. Hal ini, kata dia, diharapkan bisa jadi upaya pencegahan supaya peristiwa serupa tak terulang.
“Kami dari Kemen PPPA juga turut berupaya menguatkan perempuan-perempuan Indonesia. Terjadinya peristiwa ini mendorong kita untuk menguatkan upaya tersebut. Ayo kita bergandengan tangan melindungi perempuan dan menguatkan masyarakat secara holistik dari berbagai sektor,” ujarnya.
3. Jika ada masalah keluarga perlu segera beri pertolongan cepat dan tepat

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti mengatakan jika ada persoalan terkait ketahanan keluarga maupun perlindungan perempuan dan anak, maka perlu segera diberikan pertolongan yang cepat dan tepat.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Bila kamu merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444.
Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.Kamu juga bisa menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri, lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan jiwa.
Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap mental illness dan meluruskan mitos serta agar masyarakat paham bunuh diri sangat terkait dengan gangguan atau penyakit jiwa. Kalian dapat menghubungi komunitas ini melalui nomor telepon 021-06969293 atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.