IMGR 2026: 53 Persen Milenial dan Gen Z Terlibat Aktivisme Digital

- 53 persen Milenial dan Gen Z terlibat dalam aktivisme media sosial
- Aktivisme digital mendorong aksi di dunia nyata
Jakarta, IDN Times - Partisipasi masyarakat sipil terutama Milenial dan Gen Z untuk demokrasi kini tak sebatas hanya memberi suara saat pemilihan umum (pemilu) atau pemilihan presiden (pilpres).
Berdasarkan hasil survei IDN Research Institute 2026, Milenial dan Gen Z telah mendefinisikan ulang arti pertisipasi demokrasi yang dibentuk oleh kecepatan, visibilitas, dan koneksi yang konstan.
Mereka mengartikan itu bukan dalam suatu bentuk, suara atau arah tertentu. Bukan juga turun ke jalan dan berteriak lantang.
Partisipasi itu kini terlihat dengan menerjemahkan kebijakan ke dalam bahasa yang mudah dipahami sehingga orang lain dapat memahaminya.
Termasuk menggunakan humor, cerita, atau kreativitas untuk membangun kesadaran dan refleksi dan memilih siapa dan apa yang akan diperkuat di lingkaran digital dan mengkurasinya dengan tujuan.
1. 53 persen Milenial dan Gen Z terlibat dalam aktivisme media sosial

Namun demikian, 63 persen Gen Z dan 58 persen millenial menyatakan pemungutan suara merupakan bentuk utama partisipasi sipil. Hal itu menunjukkan keterlibatan demokrasi tradisional masih kuat.
“Namun, di luar pemilu, kaum muda juga membangun arena pengaruh baru. 31 persen Gen Z dan 22 persen Milenial terlibat dalam aktivisme media sosial, menggunakan carousel, tagar, dan penjelasan untuk menantang narasi dan menyoroti isu-isu mendesak. Sementara itu, 27 persen Gen Z dan 25 persen Milenial berkontribusi melalui blog, podcast, dan platform media independen,” sebut laporan IMGS 2026, Rabu (27/8/2025).
2. Aktivisme digital mendorong aksi di dunia nyata

Survei juga menunjukkan, partisipasi sipil secara luring tetap sama kuatnya. Sebanyak 21 persen Gen Z dan 19 persen Milenial telah berpartisipasi dalam inisiatif akar rumput, sementara 20 persen dan 18 persen masing-masing bergabung dalam demonstrasi publik.
“Angka-angka ini mengungkapkan sebuah kebenaran sederhana, aktivisme digital tidak menggantikan aksi di dunia nyata, tetapi justru mendorongnya,” tulis laporan tersebut.
3. Layar dan jalanan jadi platform yang saling terhubung untuk perubahan

Menurut laporan itu, bagi kaum muda masa kini, layar dan jalanan bukanlah arena yang terpisah, melainkan platform yang saling terhubung untuk perubahan.
Spektrum keterlibatan yang terus berkembang ini menunjukkan, Milenial dan Gen Z tidak hanya menunggu hari pemilihan untuk bersuara, mereka membentuk narasi setiap hari. Baik melalui konten, percakapan, pengorganisasian komunitas, maupun protes. Kini, politik mereka tertanam dalam keputusan sehari-hari, apa yang akan dibagikan, didukung, ditentang, atau dibangun.
“Visi mereka untuk demokrasi berani aktif, partisipatif, dan didorong oleh nilai-nilai. Mereka mengharapkan lebih dari sekadar representasi simbolis dan mereka menuntut dampak struktural,” tulis laporan itu.
IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.
Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.