Ketika Sang Adik Mempertanyakan Keberadaan Mahesa Setelah Meninggal

April mengira kakaknya sedang sakit

Jakarta, IDN Times - Hampir sepekan Mahesa Junaedi meninggalkan keluarganya untuk selamanya. Bocah yang meninggal akibat berebut sembako pada acara 'Untukmu Indonesia' di Monas, Sabtu (24/4) lalu itu, masih menyisakan duka mendalam.

Orangtuanya, Junaedi dan Superni mengaku ikhlas dan tak membawa masalah tersebut ke jalur hukum. Kini, mereka hanya tinggal bertiga bersama puteri kecil, April, yang masih berusia tiga tahun.

1. Mahesa sangat dekat dengan sang adik

Ketika Sang Adik Mempertanyakan Keberadaan Mahesa Setelah MeninggalIDN Times/Indiana Malia

Junaedi menuturkan, bocah berperawakan gempal dan berambut ikal itu sangat dekat dengan adik semata wayangnya. Sepulang sekolah, mereka kerap bermain bersama.

"Ya, seringnya main HP sama adiknya. Bikin video-video lucu atau selfie gitu," ujar Junaedi saat ditemui IDN Times di kediamannya, Pademangan Barat, Jakarta Utara, Kamis (3/5).

Baca juga: Mahesa, Bocah Yang Tewas Akibat Berebut Sembako di Monas Dikenal Suka Menolong

2. April mengira kakaknya sedang sakit

Ketika Sang Adik Mempertanyakan Keberadaan Mahesa Setelah MeninggalIDN Times/Indiana Malia

Saat tahu anaknya telah meninggal usai berdesak-desakan di tengah kerumunan massa, Junaedi dan istrinya tak sanggup berkata-kata. Terlebih, saat puteri kecilnya melihat jenazah kakak kesayangannya dimandikan.

"Dia lihat kakaknya dimandikan, dibungkus kain. Dia nanya terus 'Aa sakit ya, Ma?' Jadi dia mengira kakaknya sakit," kata Superni, menahan tangis.

Kakak beradik itu memang sangat dekat. Mahesa pun bukan tipikal anak yang suka keluyuran tanpa seizin orangtuanya, sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah.

3. April selalu menanyakan keberadaan sang kakak

Ketika Sang Adik Mempertanyakan Keberadaan Mahesa Setelah MeninggalIDN Times/Indiana Malia

Saat pemakaman, April sengaja dititipkan pada saudara, karena orangtuanya tak mau memberikan ingatan menyedihkan pada buah hatinya.

"Karena ingatan anak kecil itu sangat kuat," kata Superni.

Melihat kakaknya tak lagi ada di rumah, April mulai bertanya-tanya. Setiap hari balita itu menanyakan keberadaan sang kakak.

"Aa dimana, Ma? Aa masih sakit, ya?" Superni menirukan ucapan anak bungsunya itu.

Perempuan itu pun mencoba tegar dengan tidak meneteskan air mata di depan puterinya. Selama prosesi pemakaman, dia sangat menahan diri untuk tidak menangis.

Dia hanya menangis diam-diam tanpa sepengetahuan April. Sebab, jika dirinya menangis maka April akan ikut menangis. Gadis kecil itu sangat mudah tersentuh perasaannya.

"Dia suka ikut nangis kalau lihat orangtuanya nangis," tutur perempuan 36 tahun itu.

Baca juga: Miris, Ini Status Mahesa di WhatsApp Ibunda Sebelum Meninggal

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya