Ini Budaya 3S Suku Kamoro di Papua yang Masih Lestari hingga Kini
Timika, IDN Times - Orang Kamo merupakan suku yang mendiami wilayah selatan Papua, yang membentang dari Sungai Otakwa di sisi timur dengan Kabupaten Asmat, Papua Selatan, hingga mendekati Potowai Buru di sisi barat dengan Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Suku Kamoro tidak mengenal sistem pertanian, sehingga mereka kembali kepada kehidupan mereka sebagai nelayan, dan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain atau nomaden. Mereka memiliki semboyan "3S" (sungai, sampan, sagu).
1. Sungai adalah sumber mata pencaharian masyarakat Kamoro
Sungai sebagai salah satu sumber mata pencaharian dan juga sebagai sarana transportasi. Tidak salah jika sungai merupakan salah satu akses utama masyarakat Kamoro untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Rasa sosial yang begitu kuat, membuat masyarakat Kamoro selalu berbagi dengan sesamanya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kamoro sehari-hari, mereka biasanya melakukan aktivitas seperti memangkur sagu, melaut, dan meramu.
Berbagai makanan khas masyarakat suku Kamoro antara lain tambelo, sagu, ulat sagu, siput dan karaka, dan ikan.
"Jadi suku Kamoro itu sudah budaya meramu, itulah karakteristik masyarakat Kamoro," kata Pengurus Lembaga Adat Masyarakat Suku Kamoro (Lemasko), Marianus Maknaipeku, saat ditemui di Jalan Budi Utomo, Distrik Mimika Baru, Mimika, Papua Tengah, Senin (29/8/2022).
2. Sagu jadi makanan pokok masyarakat Kamoro
Sungai atau Uwa merupakan sumber mata pencaharian, sehingga masyarakat Kamoro akan tinggal di sepanjang sungai.
Begitu juga sampan atau Ku sebagai alat transportasi bagi masyarakat untuk beraktivitas dari satu tempat ke tempat yang lain, juga untuk mencari dan mengumpulkan makanan di sekitar sungai.
Sehari-hari, masyarakat Kamoro mengkonsumsi sagu atau Amta. Untuk proses pengolahan menjadi sagu dibutuhkan beberapa proses mulai dari menebang pohon sagu hingga pohonnya dibelah menggunakan kampak atau Pokani.
Kemudian, menokok atau menumbuk sagu, dan meramas hingga sari dari sagu tersebut akan mengendap menjadi sagu. Selanjutnya, sagu dikemas menggunakan daun sagu, berupa tumang, kemudian dibawa pulang untuk diolah menjadi papeda.
"Jadi masyarakat akan melihat pohon sagu yang besar, mereka tebang dan olah jadi sagu," jelas Marianus.
3. Budaya 3S akan terus dilestarikan suku Kamoro
Mantan anggota DPRD Mimika itu menjelaskan, budaya 3S bagi masyarakat dan masih tetap dilestarikan oleh generasi penerus suku Kamoro. Walaupun mengikuti perkembangan iptek, namun nilai-nilai kebudayaan terus diwariskan secara turun temurun.
Menjadi kekhawatiran pihak lembaga adat, budaya 3S lambat laun akan hilang jika tidak dilestarikan generasi muda Kamoro, seiring dengan perkembangan zaman.
Lembaga Adat Suku Kamoro (Lemasko) akan terus melestarikan nilai-nilai kebudayaan tersebut, karena itu warisan budaya dari leluhur kepada generasi Kamoro yang sudah dilakukan secara turun temurun.
"Saya harap ke depan, lembaga dan pemerintah bisa duduk dan membuat aturan untuk kebiasaan masyarakat secara turun temurun," harapnya.