Jaringan Teroris Indonesia Targetkan Perempuan Jadi Anggota

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, jaringan terorisme di Indonesia mulai menggunakan cara baru dengan menargetkan perempuan sebagai anggota mereka.
"Pasca-bom Surabaya, ada fenomena baru di Indonesia, (teroris) sudah mulai melibatkan perempuan lone wolf," kata Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (14/3).
1. Cara tersebut hanya terjadi di Indonesia

Dedi menilai cara itu hanya terjadi di Indonesia. Meski begitu, ia mengaku Densus 88 Antiteror Mabes Polri sudah cukup lama berhasil membaca pergerakan tersebut.
"Ini berbeda dengan negara lain yang terpapar ISIS seperti Afghanistan, Iran, dan lainnya," jelas Dedi.
2. Perempuan Indonesia lebih mudah terpapar radikalisme

Dedi menjelaskan, perempuan di Indonesia lebih mudah terpapar radikalisme ketimbang laki-laki. Ia pun mencontohkan salah satu kasusnya yaitu terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara.
"Abu Hamzah berulang kali membujuk istrinya menyerahkan diri namun gagal. Abu menyampaikan kepada penyidik 'Saya tidak begitu yakin dia mau menyerahkan diri'. Paparan yang masuk ke dia (istri) lebih keras dibanding suaminya," jelas Dedi.
Terkait hal itu, Dedi mengimbau masyarakat untuk berperan aktif dalam memberantas terorisme.
"Ini perlu kita cermati, imbau seluruh masyarakat memerangi terorisme musuh bersama, musuh bangsa ini," katanya.
3. Masyarakat tidak perlu takut dengan teroris
Dedi menambahkan, masyarakat tidak perlu takut akan ancaman teroris. Menurutnya, kepolisian akan selalu siaga untuk mengamankan situasi.
"Masyarakat tidak perlu panik. Polisi punya pengalaman panjang penanganan terorisme. 20 tahun dipimpin langsung oleh bapak Kapolri," kata Dedi.
"Kita (Polisi) berhasil menangkap pelaku-pelaku terorisme di Indonesia. Fenomena seperti ini akan dilakukan termasuk upaya mitigasi dan antisipasi semaksimal mungkin oleh kepolisian dan aparat lainnya," ujar Dedi.