Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kekerasan di Sekolah Tinggi, Abdul Mu’ti Minta Guru Perkuat Konseling

IMG_20251111_094429.jpg
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI), Abdul Mu’ti/ IDN Times Dini Suciatiningrum
Intinya sih...
  • Semua guru harus punya tugas bimbingan konseling
  • Pendekatan secara humanis untuk membangun budaya saling menerima dan menghargai
  • Pendekatan komprehensif, termasuk hal-hal yang sifatnya spiritual
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI), Abdul Mu’ti, meng,ungkapan angka kekerasan di lembaga pendidikan masih cukup tinggi. Mirisnya, pelajar bisa jadi pelaku maupun korban.

Untuk itu, Mu'ti akan menekankan pendidikan dengan pendekatan yang humanis dan memperkuat konseling sehingga semua murid bisa terbuka pada guru atau wali murid.

"Inilah yang coba kita bangun dengan pendekatan yang lebih humanis itu, kita mencoba untuk memperkuat bimbingan dan konseling, sehingga pendekatannya heart to heart. Supaya murid ini bisa berceritalah, dari hati ke hati, dari perasaan yang penuh percaya diri untuk bisa menyampaikan berbagai hal kepada guru wali," ucap Mu'ti usai Konferensi Internasional LKLB di Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025)

1. Semua guru itu harus punya tugas bimbingan konseling

(Ratusan siswa SMKN 1 Lubuk Linggau menggelar aksi demo menuntut guru cabul dihukum) IDN Times/istimewa
(Ratusan siswa SMKN 1 Lubuk Linggau menggelar aksi demo menuntut guru cabul dihukum) IDN Times/istimewa

Mu'ti mengatakan semua guru harus mempunyai tugas sebagai konseling sehingga tidak hanya mengandalkan guru BK (Bimbingan Konseling).

"Nanti di dalam kebijakan kami sudah ada kan, semua guru itu harus punya tugas bimbingan konseling, walaupun dia bukan guru BK. Tugasnya, mengenali potensi muridnya, kemudian memitigasi, berdialog, dan menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua, membicarakan berbagai macam persoalan yang selama ini kan komunikasi antara orang tua dengan sekolah itu belum terjalin dengan baik," paparnya.

2. Pendekatan secara humanis

IMG-20250718-WA0021.jpg
Siswa-siswi SDN Tugurejo Semarang makan bareng dengan duduk melingkar di pelataran sekolah. (IDN Times/Dok SDN Tugurejo Semarang)

Mu'ti menilai korban perundungan biasanya dianggap lemah dari yang lain. Untuk itu, guru harus mengembangkan sikap humanis agar bisa saling membangun budaya saling menerima dan menghargai.

"Nah, kalau kita mengembangkan sikap yang lebih humanis, maka kita bisa membangun budaya saling menerima di antara semua insan pendidikan," katanya.

3. Pendekatan secara komprehensif

WhatsApp Image 2025-07-14 at 11.20.04.jpeg
Ilustrasi Kegiatan MPLS bagi siswa peserta didik baru tahun 2025 (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Selain itu, lanjut Mu'ti pendekatan yang dilakukan secara komprehensif yang tidak selalu bersifat akademik sehingga mencoba melihat luar akademik termasuk hal-hal yang sifatnya spiritual.

"Ini kan juga selama ini juga perlu mendapatkan bimbingan. Dan spiritualitas ini adalah bagian penting dari tujuan pendidikan nasional kan? Pendidikan nasional itu kan tujuannya di antaranya adalah membangun generasi yang beriman dan bertakwa dan berakhlak mulia. Nah, ini yang coba kita bangun," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in News

See More

Taiwan Evakuasi 3 Ribu Warga Menjelang Kedatangan Topan Fung-wong

12 Nov 2025, 01:05 WIBNews