Kemenkes Buat SOP Baru untuk SPPG, Wajib Ada Ahli Kesehatan Lingkungan

- SPPG tumbuh pesat
- Lonjakan kasus keracunan terjadi karena pertumbuhan jumlah SPPG yang sangat cepat tanpa kesiapan penuh di lapangan.
- Jumlah SPPG meningkat dari 2.000 menjadi lebih dari 10.700 unit dalam enam minggu terakhir.
- Ahli kesehatan lingkungan
- Kemenkes akan menambahkan satu posisi penting di setiap SPPG, yakni ahli kesehatan lingkungan dalam SOP baru nanti.
- Mereka akan memastikan air bersih, sanitasi, dan bahan makanan aman dikonsumsi untuk mencegah risiko keracunan.
Jakarta, IDN Times – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menyusun standar operasional prosedur (SOP) baru untuk memperketat pengawasan dalam pelaksanaan Program Unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah ini diambil setelah munculnya sejumlah kasus keracunan di beberapa daerah penerima program tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus atau Benny mengatakan, penyusunan SOP dilakukan sebagai tindak lanjut arahan langsung Presiden Prabowo Subianto agar pelaksanaan MBG tetap aman dan berkualitas.
“Saya ditugaskan oleh Bapak Presiden melalui Pak Menkes untuk memastikan program ini berjalan baik. Karena makin banyak kasus keracunan yang dilaporkan, kami sekarang sedang menyusun SOP-nya,” ujar Benny dalam Temu Media, Jumat (17/10/2025) petang.
1. SPPG tumbuh pesat

Menurut pria yang disapa Benny, lonjakan kasus keracunan terjadi karena pertumbuhan jumlah Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) berlangsung sangat cepat tanpa kesiapan penuh di lapangan.
Dalam enam minggu terakhir, jumlah SPPG meningkat dari 2.000 menjadi lebih dari 10.700 unit, dengan masing-masing melayani sekitar 3.000 hingga 3.500 penerima manfaat.
“Bayangkan, kalau SPPG baru buka langsung kasih makan 3.000 orang, padahal belum punya pengalaman mengelola katering, pasti kewalahan," jelasnya.
2. Ahli kesehatan lingkungan

Benny mengungkapkan, dalam SOP baru nanti, Kemenkes akan menambahkan satu posisi penting di setiap SPPG, yakni ahli kesehatan lingkungan. Selama ini, setiap SPPG hanya memiliki tiga tenaga utama: manajer, ahli gizi, dan ahli keuangan.
“Saya minta ditambah satu lagi: ahli kesehatan lingkungan. Mereka akan memastikan air bersih, sanitasi, dan bahan makanan aman dikonsumsi. Kasus seperti ayam setengah busuk yang tetap dimasak itu karena kurangnya quality control,” tegasnya.
3. SOP baru akan berikan pengawasan

Selain memperkuat tenaga ahli, SOP baru juga akan mengatur mekanisme pengawasan harian, audit sanitasi, dan pelaporan cepat ke Kemenkes untuk mencegah risiko keracunan.
Benny menambahkan, Kemenkes terus memantau perkembangan kasus secara harian bersama Badan Gizi Nasional. Hingga ga Jumat pagi, tercatat 439 kasus keracunan di delapan kabupaten, meski jumlahnya terus fluktuatif setiap hari.
“Dari sekitar 35 juta orang yang makan, target kita tetap zero keracunan. Gak boleh ada satu pun yang sakit karena program ini,” kata Benny.