Presiden: Kalau Mau Belajar Hadapi Kegagalan, Lihat Prabowo Subianto

- Prabowo mendorong untuk menghadapi masalah dengan tegar
- Belajar untuk berbakti dan waspada terhadap teknologi
- Teknologi bisa menghancurkan manusia jika disalahgunakan
Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pesan khusus kepada para wisudawan sarjana dari Universitas Kebangkitan Republik Indonesia (UKRI) pada Sabtu (18/10/2025) di Hotel Trans Luxury, Bandung. Berbicara soal kegagalan, kata Prabowo, maka ia mendorong agar para wisudawan dan wisudawati belajar dari pengalamannya.
Prabowo lima kali mengikuti pemilihan presiden hingga akhirnya terpilih sebagai RI 1. Empat kali di antaranya ia gagal menang pilpres.
"Kalau mau belajar bagaimana menghadapi kegagalan, saya kira perlu belajar dari Pak Prabowo Subianto. Jangan Anda lihat Prabowo Subianto sekarang! Pak Prabowo Subianto itu berkali-kali gagal, berkali-kali jatuh, tapi Prabowo Subianto selalu berdiri kembali," ujar Prabowo yang direspons tepuk tangan meriah hadirin.
"Jatuh, bangkit. Jatuh, berdiri lagi. Itu baru pejuang. Apalagi kalau anak laki menghadapi kegagalan, Mama... Emak yang dicari, padahal kita sudah dibesarkan emak kita dari kecil bertahun-tahun, kita kok masih nyari Ibu. Tapi, itu ya peranannya Ibu," imbuhnya.
Ia pun turut mengucapkan terima kasih kepada para Ibu atas perannya membesarkan anak-anak. Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyinggung ajaran agama yang selalu menyebut surga ada di bawah telapak kaki Ibu.
"Karena Ibu kita membesarkan kita tanpa harapan apa-apa. Bagaimana lagunya itu 'hanya memberi tak harap kembali.' Itu salah satu lagu favorit aku," tutur dia sambil meminta paduan suara UKRI menyanyikan lagu tersebut.
1. Prabowo berpesan agar masalah dihadapi

Lebih lanjut, Prabowo menitipkan pesan agar ketika masalah menghadapi sebaiknya dihadapi saja. Bila sejak awal niatnya berbuat baik, maka beragam tantangan besar bakal dihadapi.
"Karena di dunia ini banyak orang yang jahat, zalim, orang yang maling, perampok dan penindas. Jadi, kalau kita mau menegakan kebenaran, kita pasti akan menghadapi tantangan dan kesulitan. Tapi masalahnya adalah apakah kita akan tunduk, menyerah, kalah atau lari. Atau kita terus berjuang dan berusaha menegakkan kebenaran serta kejujuran," tutur dia.
2. Prabowo menitipkan pesan agar anak muda memilih jalan yang benar

Pesan lain yang disampaikan kepada para wisudawan dan wisudawati adalah mereka diharapkan memilih jalan yang benar untuk menegakkan keadilan dan kejujuran. Meskipun jalan kebenaran sering kali penuh dengan kesulitan.
"Dengan demikian bangsa kita akan bangkit dan kuat. Saya selaku suka dengan moto ini 'belajar untuk berbakti, raih ilmu untuk bangsa. Ilmu bukan untuk dirimu sendiri. Belajar tidak boleh berhenti," kata Prabowo.
Usai mengantongi gelar sarjana, bukan berarti boleh berpuas diri dan merasa pintar. "Gelar ini baru awal dari perjalanan yang jauh. Saya sampai sekarang, masih mungkin dua hingga empat jam, setiap hari, saya belajar. Setiap hari. Boleh tanya ajudan, staf saya, setiap malam saya tidur jam berapa," tutur dia.
Ia pun menyinggung sejumlah fasilitas di dunia maya seperti YouTube hingga teknologi kecerdasan buatan, Chat GPT. Sementara, dulu, teknologi tersebut belum ada.
3. Prabowo ingatkan bahwa teknologi juga bisa menghancurkan manusia

Di forum itu, Prabowo turut memuji Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad. Sebab, Dasco merupakan rektor dari UKRI.
Prabowo juga mengingatkan anak muda bahwa teknologi juga bisa menghancurkan manusia dengan cepat. Teknologi bisa disalahgunakan untuk membuat dan menyebarkan kebohongan.
"Sekarang bikin kebohongan gampang. Menyebarkan kebohongan juga gampang. Dengan AI, semua seolah-olah dibuat benar, padahal tidak benar. Contoh, dibikin video klip-video klip Prabowo pintar nyanyi. Padahal, Prabowo gak bisa nyanyi. Tapi, dibikin saya pintar nyanyi, aku diam aja kalau begitu," kata Prabowo yang direspons dengan tawa hadirin.
Di penghujung pidatonya, Prabowo berpesan kepada generasi muda agar selalu bersikap waspada. Sebab, dengan sikap waspada, publik tidak mudah dibohongi.
"Karena ciri khas Bangsa Indonesia, bangsa kita adalah bangsa yang terlalu ramah, terlalu baik, lugu. Oleh nenek moyang kita diberi pelajaran bahwa pemimpin tidak boleh lugu, pemimpin ramah dan sopan, tapi tak boleh lugu karena berarti gampang dibohongi," tutur dia.