Tari Balian Dadas Bakal Tampil di Istana Negara Saat Hut RI Mendatang

Kalteng, IDN Times – Totalitas kontingen Barito Selatan yang menampilkan Tari Balean atau Balian Dadas membuahkan hasil. Panitia Festival Isen Mulang 2019 menobatkannya sebagai juara pertama Lomba Karnaval Budaya. Kabar gembira itu diumumkan di Taman Budaya Palangkaraya, Rabu (19/6) malam.
Menariknya lagi, kemenangan tersebut akan menghantarkan kontingen Barito Selatan ke Istana Negara. Mereka bakal diundang untuk membawakan Tari Balian Dadas saat perayaan HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus mendatang.
“Benar. Tari Balian Dadas bakal ditampilkan di istana negara saat perayaan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus nanti. Sebenarnya itu sudah menjadi permintaan pihak Istana sejak jauh hari. Mereka juga sudah dua kali datang ke Kalbar untuk memastikannya. Semua sudah fix,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Tengah, Guntur Talajan.
Tari Balian Dadas memang bukan tarian biasa. Mereka yang membawakannya seperti bergerak di alam bawah sadar. Sebab, beberapa “adegan” dalam tarian tersebut cukup ekstrem dan berbahaya. Dengan begitu, penari amatir sangat tidak disarankan untuk menarikan tari tersebut.
1. Tari Balian Dadas merupakan salah satu tari tradisional masyarakat Dayak Man'nyan

Tarian Balian Dadas sempat menyita perhatian pengunjung karnaval karena mempertontonkan atraksi yang tidak biasa. Beberapa penari tampak “bersahabat” dengan pelepah pohon salak yang penuh dengan duri tajam. Mereka memeluk, menginjak, dan bergulingan di atasnya tanpa takut terluka.
Tari Balian Dadas sendiri merupakan salah satu tari tradisional masyarakat Dayak Man’nyan di Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Biasanya, tarian tersebut dilakukan untuk meminta kesembuhan kepada Sang Pencipta (Ranying Hatala Langit) bagi mereka yang menderita sakit.
Seiring berjalannya waktu, perkembangannya tidak lagi sebagai sarana pengobatan. Namun, lebih untuk sarana hiburan oleh masyarakat. Tari tersebut dipertunjukkan 6 penari wanita dan 2 penari pria. Awalnya pertunjukan dibuka 2 penari wanita yang berperan menjadi dayang-dayang sang dukun.
Selanjutnya di pertunjukan kedua, munculah dua penari pria yang berperan sebagai dukun. Rangkaian tari tersebut berupa gerakan melingkar dan berputar-putar yang menggambarkan mereka sedang melaksanakan ritual pengobatan dengan diiringi lirik-lirik lagu seperti mantra.
2. Festival Isen Mulang memang selalu menampilkan beragam "warna" budaya dari suku Dayak

Ketua Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty mengatakan, kini Tari Balian Dadas juga digunakan dalam acara penyambutan, peresmian, dan juga festival budaya.
“Karena difungsikan sebagai sarana hiburan, maka tarian ini sudah banyak dimodifikasi dari bentuk aslinya. Termasuk dengan atraksi duri salak seperti yang tersebut di atas,” ujar Esthy.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung menambahkan, Festival Isen Mulang memang selalu menampilkan beragam “warna” budaya dari suku Dayak. Keunikan yang tersaji jelas memiliki daya tarik bagi wisatawan.
“Atraksi yang ditampilkan sangat menarik dan membuat event ini berlangsung meriah. Dalam bahasa lokal, Isen Mulang berarti tidak pernah mundur. Ini merupakan moto Palangkaraya yang menggambarkan keberanian masyarakat setempat,” tutur Adella.
3. Lewat Festival Isen Mulang, industri pariwisata di Kalimantan Tengah dapat dibangkitkan

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Festival Isen Mulang menjadi momentum yang pas untuk membangkitkan industri pariwisata di Kalimantan Tengah. Kegiatan tersebut kental dengan nuansa budaya yang dikemas dengan standar nasional.
"Kalteng harus bangkit dan berkibar seperti daerah lain. Konsep acaranya sudah bagus. Sekarang yang dibutuhkan adalah branding secara masif. Kemenpar akan bantu itu. Tapi, penyelenggara festival ini juga harus aktif. Manfaatkan semua jenis media, termasuk media sosial,” tutur Menpar Arief.