Kisah Nenek Ida Mencari Anak dan Cucunya Pasca-Tragedi Lion Air JT 610

Jakarta, IDN Times - Ida berdiri dari tempat duduknya. Sambil menahan tangis, ia berusaha berbicara dengan mikrofon di tangannya saat konferensi pers proses evakuasi Lion Air JT 610 di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta, Senin (5/11).
Perempuan bernama lengkap Ida Riana itu berbicara tentang dua cucunya yang menjadi korban pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh pada Senin, 29 Oktober lalu.
"Cucu saya hampir dua tahun, yang satu lagi empat tahun lebih. Kami dari kampung. Kami capek. Kami gak bohong ada anak satu, menantu satu, dan cucu dua," kata dia.
Anak Ida bernama Restria Amelia dan suaminya Daniel Wijaya. Keduanya mengajak anak mereka, Radika dan Rafesa Wijaya saat menumpang Lion Air JT 610. Daniel adalah pegawai Pertamina yang sedang bertugas di Jakarta.
"Dia ada urusan kerja di sini, bawa anak istri. Di sini ada saudara, ada nenek, jadi pas kerja dia bawa anak istri ke sini, 1-2 hari. Kalau libur panjang kadang-kadang seminggu," ungkap Ida.
1. Ida sudah seminggu berada di Jakarta menunggu kabar dari RS Polri

Ida bersama suaminya, Usman, tinggal di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung. Mereka mengetahui kabar kecelakaan Lion Air JT 610 dari media. Ida bersama suaminya tiba di Jakarta pada Selasa (30/10), untuk mencari tahu informasi anak dan cucunya.
"Kami sudah delapan malam dan tujuh hari di Jakarta. Dari Selasa (30/10) lalu," ucap dia.
Selama satu minggu di Jakarta, Ida harus pulang-pergi dari Hotel Ibis Cawang dan Rumah Sakit (RS) Polri. Penginapan hotel menjadi tanggungan maskapai Lion Air.
"Kadang-kadang di RS Polri, malam di sini (Hotel Ibis), siang ke sana. Tidak ada keluarga di sini. Makan, transportasi, selama ini ditanggung Lion," kata Ida.
2. Ida mengeluhkan asuransi yang mengharuskan membawa surat-surat keterangan asli

Satu sisi, Ida berterima kasih kepada Lion Air yang memberinya tempat tinggal sementara di hotel, termasuk makanan. Namun ia mengeluhkan klaim asuransi kematian keluarganya dari Lion Air yang mengharuskan membawa surat-surat keterangan asli seperti akte kelahiran.
"Tapi maksudku, yang namanya surat lengkap itu jangan minta yang asli. Yang kemarin masalah asuransi dia minta akte mama dan bapak, zaman kami lahir mana ada akte. Barang zaman dulu mana ada akte, surat lahir dari desa aja hilang. Ini minta akte Restia, gak ada akte, karena waktu itu hidup kami agak kesusahan," tutur dia.
Ida kesal kepada maskapai Lion Air. Dia kesulitan melengkapi akte kelahiran yang asli untuk klaim asuransi. Tidak hanya akte kelahiran, Ida juga diminta surat kelahiran dan kartu keluarga (KK) yang asli.
"Maksudku jangan semuanya yang asli. Kami ini capek dari Bangka Belitung," ujar dia.
3. Menolak rencana tabur bunga yang diadakan pemerintah

Ida dan Usman menolak rencana pemerintah yang akan mengadakan ucapara tabur bunga di lokasi diduga tempat jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).
Ida menolak lantaran jenazah anak, menantu, dan cucunya belum jelas keberadaanya. "Belum lah. Kami belum dapat jenazah, masa ditabur bunga dulu. Nanti lah tabur bunga. Cari dulu jenazah nya, baru kami mau tabur bunga," kata dia.
Ida kini berharap agar jenazah anak, menantu, dan cucunya segera ditemukan bersama korban Lion Air JT 610 lainnya.