Laporan Bullying Pelaku Peledakan SMAN 72 Diabaikan, Pramono Buka Suara

- Pelaku peledakan lapor adanya bully pada guru
- Dugaan sekolah tidak respon laporan perundungan
- Lembaga pendidikan punya tanggungjawab dalam pembentukan karakter dan perlindungan murid
Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung buka suara terkait temuan penyidik atas laporan pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta ke guru mengenai aksi perundungan namun diabaikan pihak sekolah.
Pramono mengaku akan mendalami laporan tersebut sebelum memberikan tanggapan karena ini jadi prinsip yang harus ditangani terkait insiden tersenut.
"Yang sudah katanya melaporkan kepada sekolah dan sebagainya, karena saya belum tahu detailnya, nanti kami dalami dulu ya. Saya takut salah bicara karena ini kan persoalannya prinsip fundamental yang harus ditangani," ucap Pramono saat dikonfirmasi IDN Times, SMPN 115 Jakarta, Kamis (20/11/2025).
1. Pelaku lapor ada bully pada guru

Eks Kepala Densus 88, Komjen Pol Marthinus Hukom, mengungkapkan pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta sempat melapor kepada gurunya mengenai aksi perundungan yang dialami sebelum kejadian berlangsung. Dia menjelaskan informasi tersebut ia dapatkan langsung
"Perdasarkan hasil investigasi lapangan terhadap pelaku dan saya tidak akan berbicara tentang itu kalau saya tidak mendapatkan langsung dari penyidik," ujar Marthinus kepada IDN Times, Senin (17/11/2025).
2. Dugaan sekolah tidak respons laporan

Marthinus menjelaskan, dugaan tidak adanya respons dari pihak sekolah terkait laporan perundungan tersebut menjadi pertanyaan penting yang harus dijawab oleh pihak SMAN 72 Jakarta.
"Untuk mengenai tidak respons sekolah terhadap perundungan itu silakan ditanyakan ke sekolah," ujarnya.
3. Lembaga pendidikan punya tanggung jawab

Dia menilai lembaga pendidikan punya tanggung jawab bukan hanya pada aspek akademik, namun juga pada pembentukan karakter dan perlindungan murid. Maka sekolah punya otoritas juga untuk bangun moral anak.
"Karena tugas sekolah bukan hanya mencerdaskan anak-anak tapi harus juga menjadi pihak yang aktif membangun moralitas anak. Sekolah adalah pemegang otoritas setelah keluarga dalam membangun moralitas anak," kata dia.



















